Menuju konten utama

Bahlil Sebut Negara Pengusul Paris Agreement Mulai Tak Konsisten

Bahlil mengeklaim, Indonesia merupakan negara yang akan konsisten menjalankan perjanjian Paris Agreement dalam menurunkan emisi.

Bahlil Sebut Negara Pengusul Paris Agreement Mulai Tak Konsisten
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (kanan) bersama Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eniya Listiani Dewi (kiri) meninjau salah satu stan pada pembukaan Global Hydrogen Ecosystem 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), Selasa (15/4/2025). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/Spt.

tirto.id - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengritik negara-negara penggagas Perjanjian Iklim Paris atau Paris Agreement yang tidak konsisten dalam menurunkan emisi CO2.

“Sekalipun saya tahu, bahwa dunia sebagian yang mengusulkan untuk mendorong Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam menurunkan CO2 dan kita mendorong 2050-2060 bebas emisi itu mulai agaknya mulai ragu-ragu, mulai tidak konsisten,” ucap Bahlil dalam sambutannya saat acara Global Hydrogen Ecosystem 2025 Summit & Exhibition, di Jakarta International Convention Centers (JCC), Jakarta, Selasa (15/4/2205).

Sebagai catatan, pelaksanaan Paris Agreement terkait merespons perubahan iklim mengalami tantangan. Tantangan terbaru adalah sikap pemerintahan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump yang menarik diri dari komitmen iklim yang dicetuskan di Paris pada 2015 dan mulai berlaku pada 2016 itu.

Dia pun memastikan, Indonesia merupakan negara yang akan konsisten menjalankan perjanjian Paris Agreement tersebut.

“Tapi saya ingin mengatakan bahwa Indonesia akan selalu berada pada bagian yang akan menjalankan komitmen itu tetapi dengan penuh hati-hati secara mendalam,” tutur Bahlil.

Bahlil pun memastikan Indonesia konsisten dalam menjalankan perjanjian tersebut dengan kehati-hatian. Menurutnya, komitmen Indonesia tersebut terbukti dalam Asta Cita Presiden Prabowo Subianto menekankan tentang swasembada energi, yang mana di dalamnya akan menyangkut energi hijau dan hidrogen.

“Yang pertama itu berbicara tentang kedaulatan swasembada energi. Di dalamnya di situ adalah energi hijau, energi baru terbarukan, dan hidrogen merupakan bagian daripada visi besar Bapak Presiden,” tekannya.

Maka dari itu, dia meyakinkan Duta Besar Perancis untuk tidak meragukan komitmen Indonesia dan segera mempertanyakan komitmen dari negara yang mana sebagai penggagas perjanjian Paris Agreement itu.

“Jadi Pak Dubes Perancis, enggak perlu meragukan tentang komitmen Indonesia. Justru saran saya, Bapak tolong tanyakan kepada negara-negara yang telah menginisiasi untuk melahirkan Paris Agreement itu. Sejauh mana komitmen mereka, karena ini Indonesia sudah sangat konsisten menjalankan,” ujar Bahlil.

Baca juga artikel terkait KRISIS IKLIM atau tulisan lainnya dari Nabila Ramadhanty

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Nabila Ramadhanty
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Andrian Pratama Taher