tirto.id - Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 telah diselenggarakan secara serentak pada Rabu (14/2/2024). Beberapa lembaga survei pun telah merilis hasil hitung cepat berkaitan dengan pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) dalam Pemilu 2024.
Ada yang menarik dari hasil hitung cepat (quick count) dari Pilpres dan Pileg tahun ini. Di satu sisi, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sementara ini merekam perolehan suara terbanyak versi hitung cepat berbagai lembaga.
Berdasarkan pantauan Tirto dari hasil hitung cepat Charta Politika dan Populi Center per Kamis (15/2/2024) pukul 11.00 WIB, PDIP, Partai Golkar, dan Partai Gerindra, menjadi tiga besar parpol dengan perolehan suara terbanyak versi hitung cepat. Perlu diketahui, bahwa pada saat data ini diambil, suara sampel yang masuk ke kedua lembaga survei tersebut sudah diatas 92 persen.
Hasil hitung cepat Charta Politika mencatat, PDIP meraih 15,85 persen suara, unggul atas Partai Golkar di posisi kedua dengan 13,65 persen dan Partai Gerindra di posisi ketiga dengan 13,57 persen.
Data Populi Center juga mencatat PDIP meraih 16,36 persen suara, unggul atas Partai Golkar (15,48 persen) dan Partai Gerindra (13,94 persen).
Hal ini tak seperti prediksi awal bahwa Gerindra, partai Prabowo Subianto, akan menjadi partai yang paling banyak mendapat suara di Pileg, misalnya di survei elektabilitas Poltracking ini.
Namun, di tengah dominasi PDIP, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, berdasarkan beberapa quick count per Kamis (15/2/2024) pukul 11.00 WIB, masih merajai suara di daerah-daerah yang dikenal sebagai "kandang banteng"—wilayah yang dianggap sebagai basis elektoral dari PDIP, setidaknya pada dua Pemilu terakhir.
Apa penyebabnya dan bagaimana pemetaan di Pilpres kali ini?
Prabowo-Gibran Kuasai Kandang Banteng
Secara nasional, menurut catatan Indikator, pada 11:00 WIB, Kamis (15/02/2024), Prabowo-Gibran mencatat 58,02 persen suara, disusul pasangan Anies-Muhaimin 25,36 persen suara, dan Ganjar-Mahfud meraih 16,62 persen.
Dari segi teritorial, Prabowo-Gibran nampak unggul hampir di semua wilayah. Data hitung cepat Indikator Politik, per Kamis (15/2/2024) pukul 11.00 WIB, mencatat, pasangan ini unggul di 10 dari 11 zona tempat dilaksanakan hitung cepat.
Sebagai informasi, dalam proses pengumpulan data hitung cepat kali ini, Indikator Politik membagi 11 zona wilayah di Indonesia yaitu Sumatera Bagian Utara, Sumatera Bagian Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Timur, Bali dan Nusa, Kalimantan, Sulawesi, serta Maluku dan Papua.
Hasil hitung cepat Indikator mencatat, Prabowo-Gibran unggul di 11 zona tersebut kecuali DKI Jakarta yang dimenangkan Anies-Muhaimin (41,86 persen). Meski begitu, keunggulan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut di zona ini pun hanya unggul tipis yaitu sebesar 0,04 persen atas Prabowo-Gibran (41,82 persen).
Yang perlu dicatat, Prabowo-Gibran unggul di wilayah yang terkenal sebagai basis pendukung PDIP--"kandang banteng"--seperti di Provinsi Jawa Tengah dan Bali.
Berdasarkan rangkuman Tirto, pada Pemilu 2019, di Provinsi Jawa Tengah, PDIP berhasil memenangi pemilu legislatif 28 kabupaten/kota dari 35 kabupaten/kota di provinsi tersebut.
Tercatat, di provinsi ini, perolehan suara PDIP (5,8 juta suara) menjadi yang terbanyak dibanding partai lain. Angka tersebut bahkan menyumbang 21 persen dari total suara nasional yang berhasil dikumpulkan PDIP.
Selain itu, kepala daerah dari PDIP juga tercatat menjadi yang terbanyak di Provinsi Jawa Tengah. Tercatat, PDIP memiliki total 17 kader yang menjabat kepala daerah dari total 35 kab/kota di Jawa Tengah.
Sementara di Bali, pada Pemilu 2019 lalu, PDIP juga menjadi partai dengan perolehan suara terbanyak, dengan total 1,2 juta suara atau sekitar 54 persen, dari total suara di provinsi ini.
Dari pantauan Tirto terhadap proses hitung cepat partai politik di Provinsi Jawa Tengah dan Bali, PDIP memang masih memimpin di kedua provinsi ini. Kedua provinsi ini bisa dibilang masih "kandang banteng".
Di Jawa Tengah, hitung cepat Charta Politika mencatat, PDIP masih meraih suara terbanyak dengan 26,37 persen. Unggul jauh atas Partai Golkar di posisi kedua dengan 11,68 persen. Sementara, di Bali, lembaga yang sama mencatat PDIP juga menjadi partai dengan perolehan terbanyak dengan 46,92 persen. Unggul jauh dari Partai Golkar di posisi kedua dengan 16,44 persen.
Namun, menariknya dalam data hitung cepat Pilpres 2024, pasangan yang diusung PDIP yaitu Ganjar-Mahfud justru takluk dari Prabowo-Gibran di dua provinsi ini.
Hitung cepat Indikator Politik mengungkap, Prabowo-Gibran malah unggul di zona Jawa Tengah dan DIY dengan raihan 52,93 persen suara. Unggul di atas Ganjar-Mahfud (33,68 persen) dan Anies-Muhaimin (13,39 persen). Sementara di zona Bali dan Nusa, Prabowo-Gibran juga unggul 58,41 persen atas Ganjar-Mahfud (27,78 persen) dan Anies-Muhaimin (13,81 persen).
Senada, hitung cepat Charta Politika mencatat, Prabowo-Gibran juga unggul dengan raihan 51,16 persen suara di provinsi yang sebelumnya dipimpin oleh Ganjar Pranowo tersebut. Unggul atas Ganjar-Mahfud di posisi kedua dengan 34,19 persen dan Anies-Muhaimin di posisi terakhir dengan 14,66 persen.
Di Bali, Charta Politika juga mencatat Prabowo-Gibran unggul atas kedua pesaingnya. Pasangan ini mendapatkan suara 55,91 persen di Provinsi Bali. Unggul atas Ganjar-Mahfud (39,36 persen) dan Anies-Muhaimin (4,74 persen). Menariknya, suara Ganjar-Mahfud di Bali (39,36 persen) bahkan lebih kecil dari suara PDIP (46,92 persen).
Lalu, apa kata pengamat terkait fenomena kemenangan Prabowo-Gibran di kandang banteng ini?
Faktor Ketokohan Prabowo dan Kepopuleran Gibran
Merespons fenomena ini, peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, mengungkap ada dua faktor yang menyebabkan paslon Prabowo-Gibran unggul di Provinsi Jawa Tengah dan Bali yang dikenal sebagai basis elektoral PDIP.
Pertama, Wasisto mengungkap faktor ketokohan dari Prabowo yang tercatat sudah empat kali mengikuti kontestasi Pilpres turut membangun preferensi pemilih di kedua wilayah tersebut. Kedua, dipilihnya Gibran sebagai cawapres turut menjadi simbol representatif dari migrasi pemilih yang terjadi di kedua daerah tersebut.
“Faktor ketokohan Prabowo yang telah terbangun sejak ikut kali pertama pemilu di 2009 hingga kini yang seolah menjadi preferensi pemilu. Di samping, sosok Gibran yang sekiranya menjadi simbol representatif dari migrasi pemilih yang terjadi di kedua daerah dimana pemilih muda menjadi yang dominan," kata Wasisto saat dihubungi Tirto, Kamis (15/2/2024).
Terkait mengenai kemungkinan adanya faktor Presiden Jokowi dibalik kemenangan Prabowo-Gibran di kedua wilayah tersebut, Wasisto menilai keberadaan Gibran, yang merupakan Wali Kota Solo, sebagai salah satu kepala daerah populer yang di Jawa Tengah, turut memberikan andil kemenangan bagi pasangan tersebut.
“Terlepas dari adanya faktor Jokowi ada atau tidak, saya pikir sosok Gibran sebagai salah satu kepala daerah populer di Jateng lewat kebijakan dan capaian pembangunan Kota Solo sepertinya menjadi salah satu pertimbangan politis,” lanjut Wasisto.
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Periksa Data, pembaca dapat mengirimkannya ke email [email protected].
Editor: Farida Susanty