tirto.id - Menjelang lebaran Iduladha pada 10 Juli nanti, berbagai unggahan mengenai cara menjaga kesehatan hewan kurban banyak tersebar di media sosial. Salah satunya cara mengatasi penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi yang dibagikan oleh akun Facebook Fitriani Ummialif (tautan).
Unggahan ini tersebar ketika peternak dan pemerintah sedang berupaya mengentaskan wabah PMK, yang per 28 Juni telah tersebar di 19 provinsi dan 221 kabupaten/kota di Indonesia. Per 28 Juni, Kementerian Pertanian melaporkan hewan ternak yang terkonfirmasi PMK di Indonesia sebanyak 283.606 ekor, di mana 91.555 ekor telah sembuh, 2.689 ekor dipotong dengan syarat, dan 1.701 ekor mati.
Unggahan itu sendiri dibagikan pada 25 Juni. Akun Facebook Fitriani membagikan video berdurasi 3.43 menit yang menjelaskan cara mudah mengatasi PMK pada sapi. Hingga 30 Juni, unggahan tersebut telah mendapat 967 reaksi dari masyarakat, sebanyak 269 komentar, dan telah dilihat sebanyak 615 ribu kali.
Menurut unggahan tersebut, beberapa tips mengatasi PMK pada sapi di antaranya adalah dengan menggunakan 20-25 gr sintrom, 1 liter air, jeruk nipis, garam gosok 10 sendok, dan disemprot ke dalam mulut sapi secara merata.
Kemudian, cara lain yang diklaim bisa menyembuhkan PMK pada kuku sapi, menurut unggahan itu, adalah mencampurkan 20-25 persen tembaga sulfat, air 1 liter, dan air kapur. Video juga menyebutkan injeksi vitamin atau jamu, ditambah temulawak, gula, dan garam, yang diberikan setiap hari atau sekali dua hari.
Lalu, benarkah langkah-langkah tersebut dapat menyembuhkan PMK pada sapi?
Penelusuran Fakta
Tirto melakukan penelusuran mengenai penyakit PMK pada sapi dan cara menanganinya.
Mengutip dari situs Pemerintah Kabupaten Semarang Kecamatan Ambarawa, PMK disebut sebagai penyakit menular dengan tingkat penularan mencapai 90 hingga 100 persen. Penyakit mulut dan kuku sendiri tidak bersifat zoonosis atau menular ke manusia. Namun penyakit ini dapat menimbulkan kerugian ekonomi bagi pelaku usaha peternakan.
Tanda-tanda klinis ternak yang terjangkit PMK di antaranya: demam tinggi (39-41 derajat Celcius), keluar lendir berlebih dari mulut dan berbusa, luka-luka seperti sariawan pada rongga mulut dan lidah, tidak mau makan, pincang, luka pada kaki diakhiri dengan lepasnya kuku, sulit berdiri, gemetar, napas cepat, produksi susu turun drastis, dan menjadi kurus (terutama pada ternak perah).
Sebenarnya, secara umum, menurut Guru Besar bidang Ilmu Gizi Ternak Ruminansia di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) Prof Ir Hendrawan Soetanto, tidak ada obat untuk PMK kecuali vaksinasi, seperti dinukil dari laman Kementerian Komunikasi dan Informatika Jawa Timur tertanggal 24 Mei 2022. Obat yang diberikan hanya memperkecil ruang lingkup penyebaran virus.
“Apabila ternak sudah terjangkit PMK maka yang harus diperhatikan adalah asupan nutrisinya untuk memperkuat imunitas guna melawan virus. Pakan peningkat imunitas harus mengandung vitamin A, C, dan E serta zat besi. Contohnya daun kelor yang memiliki vitamin C tujuh kali lipat daripada jeruk, tiga kali lipat vitamin A daripada wortel, dan senyawa-senyawa antioksidan,” papar Hendrawan.
Sebagai informasi, pemerintah sendiri telah menyetujui pengadaan 28,7 juta dosis vaksin PMK untuk hewan ternak pada 2022.
Hal senada dikatakan Drh. Gustav yang memiliki klinik hewan dan akupuntur GustaVet. Kepada Tirto, Kamis (30/6/2022),ia mengatakan belum ada obat untuk mengobati PMK. Semua obat yang ada saat ini hanya untuk mengurangi gejala.
Sementara mengenai bahaya bahan-bahan yang digunakan sebagai obat, Dokter Gustav mengatakan, “Tergantung kepekaan sapi dan banyaknya obat, baik dari frekuensi pemberian serta keparahan penyakit.”
Namun ada beberapa jenis obat yang disarankan. Pemerintah Kecamatan Ambarawa menuliskan beberapa obat dan alat yang dibutuhkan untuk menangani wabah PMK, di antaranya: vitamin ADE injeksi, analgesik antipiretik injeksi, antibiotik spray, vitamin C injeksi, antibiotik LA injeksi, B kompleks bolus, antiradang NSAID, mineral, tembaga sulfat, formalin, asam sitrat, disinfektan, alkohol 70 persen dan kapas, SPUIT (10 cc & 20 cc), jarum 18 G, sarung tangan panjang dan lateks, apron, baju lapangan, dan sepatu boot.
Situs ini juga menampilkan video cara mencegah PMK dengan penerapan biosekuriti dan disinfeksi sederhana.
Laman pemerintahan lain, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB, memaparkan pengobatan herbal yang dapat diberikan pada hewan ternak untuk mengobati PMK. Menurut laman ini, tindakan penanganan yang utama dapat menggunakan antibiotik, antipiretik, dan vitamin. Namun karena ketersediaan obat-obat tersebut sangat terbatas, dapat juga dilakukan pengobatan alternatif.
Beberapa bahan herbal yang diperlukan, menurut Dokter hewan Ida Bagus Windia Adnyana yang dikutip oleh situs Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB, adalah: 10 iris bawang putih, 10 gram kunyit, 10 lembar daun kemangi, 10 lembar daun kuppaimeni, 10 lembar daun pacar baru, dan 10 lembar daun nimba.
Keseluruh bahan ini digiling hingga halus dan ditambahkan 1 liter minyak wijen dan dipanaskan selama 10 menit. Kemudian bahan tersebut didinginkan. Campuran bahan ini dapat dioleskan pada luka lepuh bibir, lidah, dan kuku.
Bahan lain yang dapat digunakan untuk pengobatan PMK pada ternak adalah menggunakan natural soda ash (97 persen sodium bicarbonate) sebanyak 1 kg dalam 20 liter air, madu mentah, dan tepung jawawut (bisa diganti dengan parutan kunyit).
Kemudian, larutan soda ash ini digunakan untuk membersihkan luka di mulut dan kaki dan juga membersihkan jaringan mati. Lalu, oleskan madu mentah dan tepung jawawut pada luka yang sudah dibersihkan.
Peternak dapat mengamati luka setiap hari. Jika bekas luka masih ada atau muncul kembali, dapat dibersihkan lagi dengan soda ash. Pada semua kasus, oleskan madu dan tepung jawawut/parutan kunyit setiap hari selama tiga hari.
Kesimpulan
Belum ada obat untuk menyembuhkan PMK pada hewan ternak. Obat yang diberikan hanya memperkecil ruang lingkup penyebaran virus dan memperkuat imunitas untuk melawan virus. Kuncinya tetap vaksinasi.
Peternak sebaiknya berhati-hati dalam memilih obat untuk diberikan pada hewan ternak. Jika ingin menggunakan obat herbal, sebaiknya menggunakan panduan yang diberikan pemerintah setempat atau sumber resmi lain.
Informasi yang tersebar di media sosial Facebook mengenai pengobatan PMK sendiri perlu konteks lebih lanjut bahwa tidak ada obat untuk mengatasi PMK (missing context).
Editor: Farida Susanty