Menuju konten utama

Bacaan Niat Sholat Sunnah Tawaf, Tata Cara, dan Doa

Bacaan niat Sholat Sunnah Tawaf dalam bentuk bahasa Arab, latin, dan terjemahannya. Simak tata cara sholat dan doanya.

Bacaan Niat Sholat Sunnah Tawaf, Tata Cara, dan Doa
Ilustrasi Salat. foto/istockpphoto

tirto.id - Bacaan niat sholat sunnah Tawaf, tata cara, dan doanya. Tawaf menjadi salah satu perkara wajib ketika sedang melaksanakan ibadah haji maupun umrah. Prosesi tawaf harus dilakukan oleh setiap muslim yang melakukan ibadah tersebut, termasuk selama haji 2025.

Tawaf merupakan rukun kedua haji. Para jemaah haji yang melakukan tawaf akan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali sembari melafalkan doa tertentu.

Berdasarkan jenisnya, tawaf diketahui terdapat beberapa macam. Di antaranya seperti tawaf qudum, tawaf ifadhah, tawaf sunnah, tawaf tahiyat, tawaf nazar, dan tawaf wada.

Pelaksanaan tawaf tak bisa dilakukan sembarangan. Terdapat ketentuan yang menjadi syarat. Di antaranya seperti:

- Bersuci dan menutup aurat selayaknya dalam salat. Bedanya ketika tawaf diperbolehkan berbicara, tapi berbicaranya yang baik.

- Tawaf dimulai dan diakhiri di sudut Hajar Aswad.

- Posisi Ka’bah berada di sebelah kiri orang yang melakukan tawaf dan tidak melewati pondasi Ka’bah atau dalam Hijir Ismail.

Sementara itu, ketika proses tawaf selesai dilakukan, para jemaah haji atau pun umrah bisa melanjutkan dengan salat tawaf.

Bacaan Niat Shalat Tawaf dan Tata Caranya

Salat tawaf bukan kewajiban. Mayoritas ulama mazha Syafi’i berpendapat bahwa hukum salat tawaf adalah sunah.

Pada saat pelaksanaan ibadah haji maupun umrah, Masjidil Haram penuh dengan umat. Maka, salah sunah tawaf bisa saja dilaksanakan dibelakang maqam Ibrahim.

Jika di lokasi tersebut penuh dan sesak jemaah haji dan umrah, maka bisa dilakukan atau mencari tempat untuk salat tawaf di Hijir.

Bahkan, apabila lokasi Hijir Ismail tidak memungkinkan juga, maka salat sunah tawaf bisa dikerjakan di titik mana saja di Masjidil Haram.

Shalat Jumat di Masjidil Haram jelang puncak musim haji

Jamaah calon haji. ANTARA FOTO/Andika Wahyu/Spt.


Selain itu, yang perlu dipahami dari salat tawaf ini adalah salat tersebut bukan rukun atau syarat tawaf. Oleh sebab itu, tidak ada konsekuensi apa pun bagi jemaah haji dan umrah jika tidak melakukan salat sunah tawaf.

Bagi jemaah haji dan umrah ingin melakukan shalat tawaf, maka perlu memperhatikan bacaan niat dan tata caranya. Berikut ini adalah bacaan niat sholat tawaf dan tata caranya:

Rakaat Pertama:

1.⁠ ⁠Berdiri (bagi yang mampu)

2.Melafalkan niat (shalat tawaf)

أُصَلِّي سُنَّةَ الطَّوَافِ رَكْعَتَيْنِ اَدَاءً لِلهِ تَعَالَى

Ushallī sunnatat thawāfi rak‘atayni adā’an lillāhi ta‘ālā.

Artinya, “Saya menyengaja shalat sunnah tawaf dua rakaat secara ādā' karena Allah ta’ālā.”

3.⁠ ⁠Takbiratul ihram

4.⁠ ⁠Niat (dalam hati saat takbiratul ihram)

5.⁠ ⁠Doa Iftitah

6.⁠ ⁠Surat Al-Fatihah

7.⁠ ⁠Surat Al-Kafirun

8.⁠ ⁠Rukuk

9.⁠ ⁠I'tidal

10.Sujud

11.Duduk di antara dua sujud

12.Sujud

13.Duduk sejenak sebelum berdiri

Rakaat Kedua:

1.⁠ ⁠Berdiri

2.⁠ ⁠Surat Al-Fatihah

3.⁠ ⁠Surat Al-Ikhlas

4.⁠ ⁠Rukuk

5.⁠ ⁠I'tidal

6.⁠ ⁠Sujud

7.⁠ ⁠Duduk di antara dua sujud

8.⁠ ⁠Sujud

9.⁠ ⁠Duduk tasyahud

10.(Baca lafal) Tasyahud

11.Salam.

Sementara contoh doa yang bisa dibaca adalah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ، البَيْتُ بَيْتُكَ، وَالعَبْدُ عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ، حَمَلْتَنِي عَلَى مَا سَخَّرْتَ لِيْ مِنْ خَلْقِكَ، حَتَّى سَيَّرْتَنِي فِي بِلَادِكَ، وَبَلَّغْتَنِي بِنِعْمَتِكَ حَتَّى أَعَنْتَنِي عَلَى قَضَاءِ مَنَاسِكِكَ، فَإِنْ كُنْتَ رَضِيْتَ عَنِّي فَازْدَدْ عَنِّي رِضًى، وَإِلَّا فَمُنَّ الآنَ قَبْلَ أَنْ يَنْأَى عَنْ بَيْتِكَ دَارِي، هَذَا أَوَانُ انْصِرَافِي، إِنْ آذَنْتَ لِي غَيْرَ مُسْتَبْدِلٍ بِكَ وَلَا بِبَيْتِكَ، وَلَا رَاغِبٍ عَنْكَ وَلَا عَنْ بَيْتِكَ

اللَّهُمَّ فَأَصْحِبْنِي العَافِيَةَ فِي بَدَنِي وَالعِصْمَةَ فِي دِيْنِي، وَأَحْسِنْ مُنْقَلَبِي، وَارْزُقْنِي طَاعَتَكَ مَا أَبْقَيْتَنِي وَاجْمَعْ لِي خَيْرَيِ الآخِرَةِ وَالدُّنْيَا، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ

Allāhumma albaytu baytuka, wal ‘abdu abduka, wabnu ‘abdika wabnu amatika, hamaltanī alā mā sakhkharta lī min khalqika hattā sayyartanī fī bilādika wa ballaghtanī bi ni‘matika hattā a‘antanī ‘alā qadhā’i manāsikika, fa in kunta radhīta ‘annī fazdad ‘annī ridha, wa illā fa munnal āna qabla an yan’ā ‘an baytika dārī, hādzā awānu inshirāfī, in ādzanta lī ghayra mustabdilin bika wa lā bi baytika, wa lā rāghibin ‘anka wa lā ‘an baytika.

Allāḥumma fa ashhibnīl ‘āfiyata fī badanī wal ‘ishmata fī dīnī, wa ahsin munqalabī, warzuqnī thā‘ataka mā abqaytanī, wajma‘ lī khayrayil ākhirati wad duniyā, innaka ‘alā kulli syay‘in qadīr.

Artinya:“Ya Allah, Ka’bah ini adalah rumah-Mu, hamba ini adalah hamba-Mu; putra hamba-Mu [Adam] dan putra hamba-Mu (Hawa), Kau membawaku di atas kendaraan yang Kau tundukkan hingga Kau Jalankan aku di berbagai negeri-Mu, Kau sampaikan aku dengan nikmat-Mu sehingga Kau membantuku dalam melaksanakan manasik-Mu. Jika Kau meridhaiku, tambahkan rida-Mu bagiku. Jika tidak, maka karuniakanlah saat ini sebelum aku meninggalkan rumah-Mu menuju rumahku. Ini waktu keberangkatanku–bila Kau mengizinkanku–bukan untuk menggantikan-Mu dan rumah-Mu, bukan karena membenci-Mu atau rumah-Mu.

"Ya Allah, temanilah aku dengan kesehatan jasmani dan perlindungan dalam agamaku, baguskan tempat pulangku, karuniakanlah aku ketaatan pada-Mu selama Kau berikan hidup padaku, kumpulkanlah padaku kebaikan dunia dan kebaikan akhirat, sungguh Aku maha kuasa atas segala sesuatu,” (Imam An-Nawawi, Al-Adzkar An-Nawawi, [Kairo, Darul Hadits: 2003 M/1424 H], halaman 194).

Baca juga artikel terkait HAJI 2025 atau tulisan lainnya dari Sunardi

tirto.id - Edusains
Kontributor: Sunardi
Penulis: Sunardi
Editor: Beni Jo