tirto.id - Kedua tangan Defria Amelia Kirana terlihat sibuk, merapihkan beberapa koleksi hasil produksinya. Mulai dari jaket, kaos, kemeja, foldable pouch bag, ia susun satu persatu. Baik yang ada di meja maupun stand hanger berbahan almunium besi berwana putih. Dia letakan secara teratur.
Seluruh hasil karya tangan terbaiknya itu, mendapat kesempatan mejeng di perhelatan G20. Rasa senang tak bisa ditutupi owner Haluan Bali tersebut. Ikut serta memamerkan produk di agenda G20, menjadi pengalaman paling berharga dan tidak akan dilupakan seumur hidup.
Poduk-produk Haluan Bali, tidak hanya tersebar tidak di satu titik saja, melainkan tiga tempat. Seluruhnya berada di kawasan Nusa Dua, Bali yang menjadi tempat para delegasi melakukan rangkaian kegiatan. Harapannya brand asli Jimbaran, Bali tersebut bisa melekat di benak tamu yang berkunjung.
“Kalau buat saya ini mendukungnya adalah bukan hanya dari segi penjualan, tapi juga branding. Itu paling pentig," kata Defria kepada reporter Tirto, saat ditemui di salah satu booth-nya, di Nusa Dua, Bali.
Produk fashion kreatif dan inovatif yang sudah ada sejak 2019 itu tidak pernah menyangka, produknya dikunjungi langsung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno. Sandiaga support langsung dan berpesan agar Haluan Bali bisa terus berkarya dan inovasi.
“Terus berkaya lah. Menciptakan (inovasi) lebih aneh lagi," pesan Sandiaga Uno yang melekat di kepala Defria saat bertemu dengannya.
Perhelatan G20, memang menjadi berkah bagi Defria. Selain menaikkan brand Haluan Bali di mata internasional, penjualan produknya ikut terbantu meski belum telihat secara signifikan. Namun ia menyebut setiap harinya selalu ada saja mampir dan membeli produknya.
“Jadi paling best salery nya jaket. Karena jaketnya gak panas soalnya," imbuhnya.
Seluruh produk Haluan, memadukan karya seni dengan teknologi. Sedangkan proses pembuatannya menggunakan tangan dibantu sistem digital printing dengan unsur dan bahan Indonesia kualitas terbaik.
Sentuhan teknologi digunakan tidak hanya dalam hal digital printing. Tapi juga berkolaborasi dengan aplikasi bernama ARYANNA. Lewat aplikasi ini, desain produk dapat di-SCAN dengan perangkat mobile untuk menampilkan gambar atau video 3D sebagai latar belakang cerita dari masing-masing gambar.
“Karena kami pinginnya dari awal sudah sustanable jadi kayak kemeja itu kita pakainya katun organik. Kaos juga kita pakai organik. Tapi di sini aku tidak taruh organik, soalnya habis, sold out semua dan produksinya paling lama. Katun organik diprinting itu 3 minggu,” kata dia.
Dia menekankan, sejak awal ditawari untuk menampilkan produknya di perhelatan G20, targetnya bukan hanya mengejar cuan. Tapi lebih dari itu, bagaimana branding-nya tetap dapat dan melekat di mata masyarakat, sehingga berkelanjutan tidak hanya selesai saat G20 saja.
“Lagi-lagi karena kita kejar branding-nya dulu ya. Karena, kan, berkelanjutan habis dari event ini nanti kita ada kelanjutan dari perusahaan mana dan kementerian mana untuk kerja sama dengan kami. Itu lebih penting buat saya daripada hari ini dibeli, besok lupa," ujarnya.
Cerita berbeda disampaikan Zian, pemilik usaha Keben Bali. Selama perhelatan G20, ia mengaku telah mendapatkan pemesananan sebanyak 700 keben (anyaman bambu yang berbentuk menyerupai kubus). Pemesannya dari salah satu hotel tempat delegasi G20 menginap, di Nusa Dua.
“Saya senang sekali ikut dapat berkah dari kegiatan G20 ini. Soalnya, lama saya tidak mendapat pemesanan seperti semenjak terhenti karena pandemi,” kata Zian.
Keben, merupakan kerajinan anyaman dari bambu yang memiliki beragam ukuran. Anyaman ini biasa dipakai masyarakat lokal Bali untuk meletakkan sesaji berupa makanan dibawa ke pura, atau menyimpan barang lainnya.
Belakangan, keben mulai bervariasi ukuran, warna dan bergambar. Zian mendapatkan pemesanan keben warna warni dengan ukuran panjang sisi-sisinya 24 sentimeter.
Menurut Zian, keben dipergunakan pihak pemesan untuk tempat makanan. Selain keben anyaman bambu, ia juga mendapat pesanan keben berukir berbahan stainless.
Permintaan Buah Tangan Meningkat
Pelaksaan KTT G20 turut berdampak positif terhadap usaha penyedia kerajinan dan makanan Bali. Asisten Manajer Krisna Oleh-Oleh outlet Jalan By Pass, Kadek Bhuana mengatakan, selama dua bulanan ini, tokonya mencatat kenaikan kunjungan wisatawan asing dan lokal.
"Mereka juga berbelanja. Toko kembali ramai. Pemandangan ini benar-benar menjadikan semangat optimis bagi kami, Bali bisa bangkit,” kata dia.
Gelaran Presidensi G20 Indonesia memang dianggapnya sebagai momentum. Kunjungan delegasi G20 yang sudah terlebih dahulu memiliki acara di Bali, beberapa bulan terakhir, menjadi berkah. Apalagi, toko Khrisna Oleh-Oleh menjadi salah satu penyedia buah tangan yang masuk dalam daftar direkomendasikan untuk para delegasi G20.
Bhuana mengatakan, sebelum dikunjungi delegasi, toko terlebih dahulu mendapatkan pemeriksaan ketat dari petugas pengamanan. Petugas menyatakan tokonya aman dan nyaman untuk para delegasi berbelanja oleh-oleh.
Sementara puncak presidensi di KTT G20 pun menjadi napas optimisme para penyedia usaha oleh-oleh setelah hampir dua tahun Bali sepi dari kedatangan wisatasan asing karena dampak pandemi.
Banyak pilihan buah tangan yang tersaji hampir di sejumlah toko penyedia oleh-oleh, seperti kerajinan, makanan, hingga bahan minuman. Namun kaos Barong produksi usaha dari Kabupaten Gianyar, jadi salah satu oleh-oleh favorit wisatawan.
Baju tanpa kerah dengan dasar warna-warni bergambar kepala barong ini menjadi unggulan oleh-oleh khas Bali di sejumlah outlet. Rumah produksi ribuan kaos barong kembali memasok toko-toko penyedia buah tangan.
Ni Wayan Erni Lestari, pemasok kaos barong dari Gianyar, bahkan kini mengaku kewalahan dengan pesanan. “Senang sekali dan astungkara (semoga) tetap menjadi favorit oleh-oleh dari Bali,” katanya.
Selain kaos barong, beberapa makanan dan minumam juga jadi pilihan wisatawan. Misalnya, pie susu, pia, kacang, kopi bubuk arabika, robusta serta biji kopinya masuk daftar unggulan di toko penyedia oleh-oleh. Begitu pula oleh-oleh berupa lukisan dan pernak pernik dari bambu.
“Kami selalu memeriksa ketersediaannya agar jangan sampai kosong dan mengecewakan tamu yang datang,” jelas Bhuana.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz