Menuju konten utama

AS Teken Kesepakatan Dagang & Mineral dengan 4 Negara ASEAN

Ini dilakukan untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan dan mendiversifikasi rantai pasokan di tengah pengetatan ekspor logam tanah jarang oleh Cina.

AS Teken Kesepakatan Dagang & Mineral dengan 4 Negara ASEAN
Presiden AS Donald Trump mengangkat salinan Laporan Estimasi Perdagangan Nasional 2025 saat ia berpidato dalam acara pengumuman perdagangan “Make America Wealthy Again” di Rose Garden, Gedung Putih pada 2 April 2025 di Washington, DC. Trump yang menyebut acara tersebut sebagai “Hari Pembebasan” diperkirakan akan mengumumkan tarif tambahan yang menargetkan barang-barang yang diimpor ke AS. Chip Somodevilla/Getty Images/AFP (Foto oleh CHIP SOMODEVILLA / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)

tirto.id - Amerika Serikat (AS) menandatangani kesepakatan perdagangan dan mineral penting dengan empat negara di Asia Tenggara, pada Minggu (26/10/2025) kemarin. Ini dilakukan untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan dan mendiversifikasi rantai pasokan di tengah pengetatan ekspor logam tanah jarang oleh Cina.

Presiden AS Donald Trump, yang berada di Kuala Lumpur untuk menghadiri KTT Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), menandatangani perjanjian perdagangan timbal balik dengan Malaysia dan Kamboja, serta pakta kerangka kerja perdagangan dengan Thailand yang akan mendorong kedua negara untuk mengatasi hambatan tarif dan non-tarif.

AS juga akan mempertahankan tarif sebesar 19 persen untuk ekspor dari ketiga negara berdasarkan kesepakatan itu, dengan tarif tersebut akan dikurangi menjadi nol untuk beberapa barang, menurut pernyataan bersama yang dirilis oleh Gedung Putih.

Lebih jauh, Washington pun mengumumkan kesepakatan kerangka kerja serupa dengan Vietnam, yang telah dikenakan tarif sebesar 20 persen untuk ekspornya ke Amerika Serikat.

Vietnam, yang mencatat surplus perdagangan sebesar 123 miliar dolar AS, dengan Amerika tahun lalu, telah berjanji untuk meningkatkan pembelian produk-produk AS secara signifikan guna mengurangi kesenjangan perdagangan antara kedua negara.

Sementara itu, Trump juga menandatangani dua kesepakatan terpisah dengan AS, Thailand dan Malaysia, untuk mengupayakan kerja sama guna mendiversifikasi rantai pasokan mineral penting, di tengah upaya Cina, yang saling bersaing di sektor yang sama.

Reuters melaporkan bahwa Cina sedang berunding dengan Kuala Lumpur mengenai pemrosesan tanah jarang, dengan dana kekayaan negara Malaysia, Khazanah Nasional, yang diperkirakan akan bermitra dengan perusahaan Cina untuk membangun kilang di Malaysia.

Cina, penambang dan pengolah logam tanah jarang terbesar di dunia, telah memberlakukan kontrol ekspor yang semakin ketat terhadap teknologi pemurniannya, yang membuat produsen global berebut untuk mengamankan pasokan alternatif bagi mineral penting yang banyak digunakan dalam chip semikonduktor, kendaraan listrik, dan peralatan militer.

"Malaysia pun sepakat untuk tidak melarang atau memberlakukan kuota ekspor mineral penting atau unsur tanah jarang ke AS," demikian pernyataan kedua negara, dikutip dari Reuters, pada Senin (27/10/2025).

Namun, pernyataan itu tidak menyebutkan apakah janji Malaysia berlaku untuk tanah jarang mentah atau yang sudah diolah.

Malaysia, yang diperkirakan memiliki 16,1 juta ton deposit tanah jarang, telah melarang ekspor tanah jarang mentah untuk mencegah hilangnya sumber daya mereka, seiring upayanya mengembangkan sektor hilir.

Perjanjian tersebut ditandatangani setelah Trump mengawasi penandatanganan perjanjian gencatan senjata yang ditingkatkan antara Thailand dan Kamboja, menyusul bentrokan perbatasan yang mematikan antara kedua negara tersebut awal tahun ini.

Berdasarkan kesepakatan, keempat negara Asia Tenggara berjanji untuk menghapus hambatan perdagangan dan memberikan akses pasar preferensial untuk berbagai barang AS.

Kesepakatan tersebut juga mencakup komitmen dalam perdagangan digital, jasa, dan investasi serta janji-janji negara-negara Asia Tenggara untuk melindungi hak-hak buruh dan memperkuat perlindungan lingkungan.

Thailand, Malaysia, dan Vietnam selanjutnya sepakat untuk menerima kendaraan yang dibuat sesuai standar keselamatan dan emisi kendaraan bermotor AS.

Tidak hanya itu, Malaysia, negara berpenduduk mayoritas Muslim yang diakui sebagai pemimpin global dalam sertifikasi halal, sepakat untuk menyederhanakan persyaratan bagi produk-produk AS seperti kosmetik dan farmasi.

Menteri Perdagangannya, Tengku Zafrul Aziz, mengatakan kepada wartawan bahwa Malaysia juga telah mendapatkan pembebasan tarif untuk peralatan kedirgantaraan dan produk farmasi serta komoditas seperti minyak sawit, kakao, dan karet.

Thailand pun menyatakan akan menghapus hambatan tarif pada sekitar 99 persen barang AS, dan melonggarkan pembatasan kepemilikan asing untuk investasi AS di sektor telekomunikasi.

Mereka juga mencatat beberapa kesepakatan komersial yang akan datang antara perusahaan Thailand dan AS, termasuk pembelian produk pertanian seperti jagung pakan ternak dan bungkil kedelai senilai sekitar 2,6 miliar dolar AS per tahun.

Thailand juga telah berkomitmen untuk membeli 80 pesawat AS senilai 18,8 miliar dolar AS dan barang-barang energi termasuk gas alam cair dan minyak mentah sekitar 5,4 miliar dolar AS per tahun.

Baca juga artikel terkait ASEAN atau tulisan lainnya dari Natania Longdong

tirto.id - Insider
Reporter: Natania Longdong
Penulis: Natania Longdong
Editor: Dwi Aditya Putra