tirto.id - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, menegaskan bahwa waktu menjadi penting dalam upaya gencatan senjata di Gaza. Blinken juga menegaskan, AS menolak upaya pendudukan Israel di Gaza. Ia menekankan kesepakatan yang dibangun sudah mengatur soal mekanisme gencatan senjata.
“Kepakatan itu, sangat jelas mengenai jadwal dan lokasi penarikan pasukan Israel dari Gaza dan Israel telah menyetujuinya," kata Blinken di Doha, Qatar, Selasa (20/8/2024) malam sebelum kembali ke AS sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (21/8/2024).
Dalam kunjungan ke Qatar, Blinken bertemu dengan beberapa pemimpin Hamas. Blinken juga menyampaikan, Israel, lewat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, sepakat dengan proposal AS dalam upaya gencatan senjata sekaligus menjembatani kesenjangan antara Israel dan Hamas.
Akan tetapi, Hamas mengkritik isi kesepakatan yang ditawarkan AS pada Senin (19/8/2024). Pejabat senior Hamas, Osama Hamdan, mengatakan bahwa Israel sepakat untuk gencatan senjata dengan menerima proposal perdamaian yang diperbarui. Hamdan menilai, proposal yang ditawarkan tidak sama dengan apa yang ditawarkan sehingga tidak perlu ada kesepakatan pada proporsal tersebut.
“Ketika (Menteri Luar Negeri AS Antony) Blinken mengatakan bahwa Israel telah setuju, dan kemudian Israel mengatakan bahwa ada dokumen yang diperbarui, itu berarti pemerintah Amerika menyerah pada tekanan Israel dan bukan sebaliknya. Menurut apa yang kami terima dari para mediator, Israel datang ke pertemuan di Doha dengan tuntutan baru dan lebih banyak persyaratan yang bahkan bertentangan dengan usul (Presiden AS Joe) Biden,” kata Hamdan.
Sementara itu, Netanyahu mengklaim bahwa Israel sudah mendekati kemenangan dalam perang Gaza sekaligus berupaya membebaskan sandera dalam perundingan gencatan senjata.
“Menumpas Hamas dan meraih kemenangan, kami mendekati tujuan itu selangkah demi selangkah. Dengan seluruh kekuatan, kami mempreteli rezim Hamas dan mengenyahkan kemampuan militer mereka. Proses ini terus maju,” kata Netanyahu dalam pertemuan dengan forum "Gvura" dan "Tikva", sebuah forum beranggotakan keluarga-keluarga yang kehilangan tentara dan keluarga yang menentang kesepakatan gencatan senjata.
Pernyataan Netanyahu pun mendapat kritik dari seorang pejabat senior AS. Pejabat yang ikut dalam lawatan Blinken di Timur Tengah itu mengatakan, pernyataan Netahanyu tidak membantu upaya gencatan senjata.
“Pernyataan ekstrem seperti ini tidak konstruktif untuk mencapai garis akhir kesepakatan gencatan senjata,” cetusnya. Ia meminta namanya tidak disebut mengingat sensitifnya isu ini.
Pejabat itu meyakini Blinken akan tetap berpegang pada pernyataan publik di Tel Aviv pada Senin (19/8/2024) bahwa Netahanyu menyetujui proposal AS dalam menjembatani upaya gencatan senjata yang ditetapkan Presiden AS, Joe Biden, pada 31 Mei lalu.
Sementara itu, Netanyahu, dalam sambutan acara Gvura dan Tikva, memastikan bahwa Israel akan berupaya mempertahankan kendali Koridor Philadelphi antara Gaza dan Mesir yang direbut pasukan Israel dari Hamas dalam perang yang berlangsung lebih dari 10 bulan. Pejabat AS tersebut menilai masalah teknis perlu diselesaikan dalam diskusi lebih lanjut.
“Satu-satunya hal yang diyakini Menlu Blinken dan AS adalah perlunya mencapai garis akhir kesepakatan gencatan senjata,” kata pejabat itu.
Sumber: VOA Indonesia
#voaindonesia
Editor: Intan Umbari Prihatin