tirto.id - Menteri sayap-kanan ekstremis Israel, Itamar Ben-Gvir, menggunakan Masjid Al Aqsa di Yerusalem, Palestina, untuk ibadah. Tindakan tokoh Yahudi yang melibatkan ribuan massa orang Israel ini dikecam banyak pihak sebagai upaya provokasi.
Melansir situs Iqna, peribadatan Menteri Keamanan Nasional Israel Ben-Givr melibatkan lebih dari 1.600 pemukim Israel. Gvir memimpin massa menerobos kompleks Masjid Al Aqsa, pada Selasa (13/8/2024) pagi untuk melakukan ritual ibadah Yahudi.
Aksi tersebut merupakan respons terhadap ajakan kelompok-kelompok ekstremis Yahudi. Mereka mengklaim sedang memperingati Tisha B'Av, hari puasa tahunan untuk mengingat sejumlah bencana dalam sejarah Yahudi.
Ben-Gvir melakukan kunjungan provokatif tersebut dengan didampingi oleh menteri lain, Yitzhak Wasserlauf. Departemen Urusan Masjid Al-Aqsa juga melaporkan bahwa pasukan keamanan Israel juga terlibat mengawal para pemukim.
Selain itu, dilaporkan pasukan keamanan mencegah umat muslim Palestina mengakses halaman masjid. Tindakan ini memicu bentrokan dengan warga Palestina yang sedang beribadah di lokasi tersebut.
Peristiwa ini merupakan bagian dari rangkaian serangan terhadap Masjid Al-Aqsa yang telah terjadi berulang kali dalam setahun terakhir. Bulan lalu, Ben-Gvir telah memimpin aksi penerobosan serupa ke dalam masjid tersebut.
Fakta-Fakta Masjid Al-Aqsa Dipakai Ibadah Yahudi
Itamar Ben-Gvir yang memimpin ibadah Yahudi di Masjid Al-Aqsa dinilai melakukan tindakan yang provokatif di tengah serangan Israel di Jalur Gaza. Dia mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk para pemimpin Palestina.
Tindakan ini telah melanggar peraturan lama terkait larangan umat Yahudi beribadah di kompleks Masjid Al-Aqsa. Berikut ini fakta seputar peristiwa Masjid Al-Aqsa yang dipakai ibadah Yahudi:
1. Ben-Gvir Beribadah di Masjid Al-Aqsa Enam Kali
Melansir dari Anadolu Ajansi (AA), Ben-Gvir telah menerobos masuk Masjid Al-Aqsa sebanyak enam kali sejak menjabat sebagai Menteri Israel, pada Desember 2022.
Kunjungan terakhirnya dilakukan pada Selasa (13/8/2024), dan menimbulkan kontroversi.
Ben-Gvir sendiri merupakan pemimpin sayap kanan Otzma Yehudit (Kekuatan Yahudi). Kelompok ini dikenal karena menghasut pemukim Israel untuk menyerbu masjid.
2. Aksi Ben-Gvir Dikecam Para Pemimpin Dunia
Kunjungan Ben-Gvir ke kompleks Masjid Al-Aqsa, yang oleh umat Yahudi disebut Temple Mount, telah menuai kecaman dari para pemimpin dunia.
Pemimpin Palestina, Yordania, Amerika Serikat, Prancis, PBB, serta beberapa negara Arab telah mengecam Ben-Gvir dan menganggapnya melakukan tindakan provokatif.
Melansir dari ABC News, otoritas Palestina menyebut tindakan ini sebagai "provokasi" dan mendesak Amerika Serikat untuk secara aktif menekan Israel menaati aturan untuk mencegah situasi di kawasan itu semakin memburuk.
Kecaman juga disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Yordania. Mereka menganggap insiden tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional. Kritik serupa juga disampaikan oleh Mesir serta Arab Saudi.
3. Umat Yahudi Dilarang Beribadah di Al Aqsa
Melansir dari The Sun, Israel merebut Kota Tua Yerusalem, termasuk kompleks Masjid Al-Aqsa, dari Yordania pada perang Timur Tengah tahun 1967. Meskipun dikuasai Israel, pengawasan administrasi keagamaan masih dipegang oleh Yordania melalui Wakaf.
Berdasarkan status quo umat Yahudi dilarang berdoa di halaman masjid. Larangan ini telah ditegakkan oleh pemerintah Israel turun-temurun.
Larangan beribadah umat Yahudi di Al-Aqsa dimaksudkan untuk menjaga perdamaian dan mencegah provokasi terhadap umat Muslim. Namun, kompleks Masjid Al-Aqsa memiliki makna religius yang mendalam bagi Yahudi dan Muslim.
Bagi Yahudi, tempat ini dihormati sebagai lokasi dua kuil Alkitab kuno. Sementara itu, bagi umat Islam Al Aqsa adalah situs suci ketiga dalam Islam, tempat Nabi Muhammad diyakini naik ke surga.
4. Benjamin Netanyahu Tegaskan Aturan Masih Berlaku
Menyusul aksi Ben-Gvir, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa tidak ada perubahan pada status quo. Selain itu, pihaknya juga menyatakan kebijakan Israel di Masjid Al-Aqsa atau Temple Mount tetap seperti sebelumnya, yaitu umat Yahudi dilarang beribadah di sana.
5. Aksi Ben-Gvir Dikhawatirkan Memicu Intifada
Aksi Ben-Gvir dikhawatirkan dapat memciu terjadinya intifadah (intifada) kedua. Intifada sendiri adalah gerakan perlawanan untuk merebut kembali tanah Palestina sebelum pendudukan Israel.
Melansir dari Middle East Eye, salah satu pemicu intifada terkait Masjid Al-Aqsa, pada 28 September 2000. Saat itu, Ariel Sharon, pemimpin oposisi Israel, memasuki halaman masjid dengan pengawalan lebih dari 1.000 petugas polisi Israel.
Ia menyatakan bahwa lokasi tersebut akan tetap di bawah kendali Israel selamanya.
Kunjungan ini, yang disetujui oleh kementerian dalam negeri Israel dan berlangsung di tengah perundingan perdamaian, memicu kemarahan besar di kalangan warga Palestina.
Insiden ini akhirnya memicu intifada yang menyebabkan kematian lebih dari 3.000 warga Palestina dan lebih dari 1.000 warga Israel dalam lima tahun berikutnya.
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Yonada Nancy & Iswara N Raditya