tirto.id - Intifada (Intifadhah) adalah gerakan perlawanan rakyat Palestina terhadap Israel. Dalam sejarah konflik Palestina vs Israel, gerakan ini terjadi dua kali, yakni Intifada I pada 1987–1993 dan Intifada II atau Intifadhah al-Aqsha sejak tahun 2000.
Setelah Perang Enam Hari pada 1967 usai, setengah wilayah Palestina yakni Tepi Barat dan Jalur Gaza dikuasai Israel. Selain itu, pemerintahan Zionis juga menguasai Dataran Tinggi Golan yang semula milik Suriah serta Semenanjung Sinai kepunyaan Mesir.
Dikutip dari artikel "The Palestinian Intifada An Analysis of a Popular Uprising After Seven Months" karya Ariel Merari,Tamar Prat, dan David Tal dalam Terrorism & Political Violence(1989), rakyat Palestina mendapat perlakuan sebagai orang asing di tanah air mereka sendiri dan diintimidasi oleh Israel.
Sejarah Intifada I
Intifada adalah gerakan perlawanan secara kolektif dan massal oleh rakyat Palesina terhadap Israel. Intifada I terhadap terjadi di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur. Edward Said dalam Intifada: The Palestinian Uprising Against Israeli Occupation (1989) menyebutkan, Intifada I dimulai pada 9 Desember 1987.
Kejadian ini bermula dari tewasnya Taleb Abu Zaid dan tiga rekannya sesama orang Palestina pada 8 Desember 1987. Mereka kehilangan nyawa setelah ditabrak oleh kendaraan pengangkut tank milik Israel. Tabrakan ini juga menyebabkan 10 orang lain terluka, termasuk Jawad Abu Zaid, saudara kandung Taleb.
Keluarga Taleb dan rakyat Palestina murka setelah mengetahui insiden tersebut. Pemakaman para korban kala itu dihadiri oleh setidaknya ada 10.000 orang yang berlanjut menjadi aksi demonstrasi. Aksi ini ditanggapi oleh tentara Israel dengan tembakan.
Sepuluh hari kemudian terjadi demonstrasi lagi, kali ini di Tepi Barat. Pada 16 Desember 1987, para pedagang melakukan aksi mogok dengan menutup toko di Yerussalem Timur. Kaum demonstran Palestina memblokade jalan dan membakar ban.
Tak hanya itu. Rangkaian bentrok berikutnya pun pecah. Rakyat Palestina menghadapi pasukan Israel dengan melemparkan batu dan bom molotov.
Istilah Intifada sendiri berarti "guncangan" dan dijadikan spirit atau cara bagi orang-orang Palestina untuk melawan Israel. Tidak sedikit warga Palestina yang ditahan Israel dalam rangkaian aksi ini.
Intifada I dianggap berakhir usai dilakukannya kesepakatan perdamaian antara Palestine Liberation Organization (PLO) dan Israel pada 20 Agustus 1993 di Oslo, Norwegia.
PLO adalah gabungan gerakan pembebasan Palestina yang dirintis pemimpin gerakan Al-Fatah, Yasser Arafat. Dalam Perjanjian Oslo tahun 1993, PLO diwakili Yasser Arafat sementara Israel oleh Perdana Menteri Yitzak Rabin.
Sejarah Intifada II
Pada 28 September 2000, Intifada II terjadi. Dikutip dari laporan BBC edisi 12 April 2012 bertajuk "2000: 'Provocative' Mosque Visit Sparks Riots", pemicunya adalah kedatangan Perdana Menteri Israel kala itu, Ariel Sharon, ke Temple Mount dan dikawal oleh ratusan polisi.
Temple Mount adalah Bukit Bait Suci yang berlokasi di Kota Lama Yerusalem. Kawasan ini dianggap sebagai tempat sakral dan dimuliakan oleh tiga penganut agama Samawi yakni Yahudi, Kristen, dan Islam.
Kehadiran Ariel Sharon mengundang kemarahan rakyat Palestina yang menganggap Israel akan mencaplok Temple Mount sebagai wilayah milik Zionis Yahudi. Pasalnya, di kawasan tersebut terdapat Masjid Al-Aqsa yang amat dihormati oleh kaum muslim. Maka, Intifada II juga disebut sebagai Intifadhah al-Aqsha.
Setelah Ariel Sharon meninggalkan kompleks Temple Mount, ratusan warga Palestina melakukan demonstrasi yang berujung kerusuhan. Polisi menembakkan peluru karet dan gas air mata ke arah massa.
Rangkaian konflik beberapa kali terjadi sejak saat itu. Setidaknya selama periode 2000 hingga 2007, menurut data dari The Israeli Information Center for Human Rights in the Occupied Territories, korban tewas diperkirakan mencapai 4.219 orang dari Palestina dan 1.024 orang Israel.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Iswara N Raditya