tirto.id - Hamas atau Harakat Al-Muqawamah Al-Islamiyah adalah salah satu kubu terpenting dalam sejarah perang alias konflik berkepanjangan antara Palestina dengan Israel yang sudah berlangsung sekian lama. Lantas, apa itu dan siapa Hamas?
Polemik Palestina-Israel kembali memanas pada Mei 2021 ini. Korban berjatuhan akibat konflik di Jalur Gaza. Bangunan dan menara 12 lantai di Gaza diluluhlantakan roket Israel. Sejumlah kantor berita, termasuk kantor Al-Jazeera dan Associated Press (AP), juga menjadi sasaran.
Dilansir Antara, Minggu (16/5/2021), salah satu alasan penyerangan Israel ke bangunan tersebut karena dituding biasa digunakan oleh kelompok Hamas. Untungnya, sebelum penyerangan, penghuni gedung sudah dievakuasi setelah menerima peringatan dari Israel.
Pejabat Direktur Al-Jazeera, Mostefa Souag, menyatakan bahwa tujuan peledakan kantor berita adalah untuk menutupi kejahatan yang dilakukan Israel.
"Tujuan dari tindakan keji ini adalah untuk membungkam media, serta menutupi pembantaian dan juga penderitaan rakyat Gaza," ujar Mostefa Souag.
Dalih Israel menyerang Jalur Gaza adalah untuk menghancurkan kelompok Hamas. Bahkan, penyerangan ke gedung kantor berita, menurut Israel, karena menjadi tempat persembunyian intelijen Hamas.
Maka dari itu, juru bicara militer Israel yakni Letnan Kolonel Jonathan Conricus menyatakan bahwa gedung itu adalah target militer yang sah.
Lantas, siapa itu Hamas dan kenapa Israel begitu ingin menghabisinya?
Sejarah Terbentuknya Hamas
Hamas adalah akronim bahasa Arab dari Harakat Al-Muqawamah Al-Islamiyah yang artinya adalah Pergerakan Perlawanan Islam di Palestina. Dari sejarahnya, Hamas awalnya bernama Mujama Al-Islamiyah, organisasi onderbouw Ikhwanul Muslimin (IM) dari Mesir yang didirikan oleh Hasan Al-Banna.
Ketika didirikan pertama kali pada 1973, Mujama Al-Islamiyah (cikal-bakal Hamas) adalah organisasi amal dan gerakan sosial untuk membantu korban Palestina yang terdampak perang Arab-Israel pada 1963.
Pemimpin Hamas yang pertama adalah Syekh Ahmad Yasin, seorang tunanetra dan paraplegic berkursi roda, namun memiliki kharisma kuat di kalangan masyarakat Palestina.
Dana yang diperoleh Mujama Al-Islamiyah awalnya berasal dari zakat, wakaf, dan sedekah dari sesama muslim. Menariknya, ada selentingan bahwa sokongan dana juga mengucur dari Israel.
Tujuan Israel turut menyokong dana untuk Mujama Al-Islamiyah adalah sebagai tandingan untuk kelompok nasionalis Fatah dengan Palestine Liberation Organization (PLO).
Dana-dana bantuan tersebut dimanfaatkan Mujama Al-Islamiyah untuk membangun sejumlah perpustakaan, masjid, sekolah, dan menggelar program-program beasiswa.
Transformasi Mujama Al-Islamiyah menjadi Hamas berawal ketika pecahnya Intifada I pada 8 Desember 1987 hingga 13 September 1993. Polemik ini bermula dari tabrakan truk militer Israel dengan mobil yang menewaskan empat warga Palestina di Pengungsian Jabalia.
Dari kasus Intifada I itu, Syekh Ahmad Yasin dan enam petinggi Mujama Al-Islamiyah mendirikan Hamas sebagai organisasi politik dan militer. Visi dan misi Hamas adalah membebaskan Palestina dari pendudukan Israel, serta respons atas melemahnya perlawanan Fatah terhadap Israel.
Tanggal 20 Agustus 1993, Yasser Arafat (Fatah), atas nama PLO, dan Yitzak Rabin Perdana Menteri Israel, menandatangani kesepakatan perdamaian Palestina-Israel di Oslo.
Kemudian, menurut laporan yang diwartakan The Guardian, pada 10 September 1993, Israel mengakui PLO sebagai perwakilan sah warga Palestina, sementara PLO mengakui eksistensi Israel.
Pengakuan atas Israel itulah yang ditentang oleh Hamas jauh-jauh hari, sejak mereka mengeluarkan Piagam Hamas 1988. Seiring makin kuatnya pengaruh Hamas, mereka juga membentuk sayap khusus militer Brigade Izzuddin Al-Qassam untuk menentang Israel.
Hamas dalam Konflik Palestina-Israel
Sejak Hamas didirikan, mereka terus melakukan perlawanan terhadap Israel. Misalnya melalui bom bunuh diri dengan bus pada 6 April 1994 yang menewaskan 14 orang Israel dan melukai 75 lainnya, penculikan kopral Israel Nachson Wachsman, bom bus di Tel Aviv yang menewaskan 22 warga Israel, dan lain sebagainya.
Akibatnya, ketika terjadi Intifada II pada 28 September 2000 hingga 8 Februari 2005, militer Israel menargetkan Hamas sebagai sasaran utama. Namun, hingga sekarang, Israel mengakui memperoleh perlawanan sengit dan belum bisa menghentikan militer Hamas.
Ketika Fatah dengan PLO-nya sudah jinak dengan Israel, ternyata Hamas -yang awalnya didanai oleh mereka- malah berbalik arah menjadi organisasi militan penentang Israel.
Kendati pemerintah Israel menyangkal bahwa mereka pernah mendanai Hamas, namun pengakuan dari mantan pejabat-pejabat Israel berkata sebaliknya.
Karena itulah, Avner Cohen, sejarawan dan eks-pejabat urusan agama Israel, menyatakan bahwa langkah mendanai Hamas adalah suatu kebodohan Israel di masa lalu.
“Hamas, sebagai penyesalan terbesar saya, adalah ciptaan Israel. Sebuah kesalahan besar yang bodoh," tukas Avner Cohen, sebagaimana dikutip dari The Wall Street Journal.
"Alih-alih mencoba membatasi dan mengekang para aktivis Islamis pada permulaannya, selama bertahun-tahun Israel menoleransi dan, dalam beberapa kasus, mendorong mereka sebagai pengimbang kelompok nasionalis sekuler [Fatah],” lanjutnya.
Selain organisasi militer, Hamas juga menjadi kelompok politik terbesar dan menguasai parlemen Palestina. Terlebih, pada 2006, Hamas memenangi pemilihan umum legislatif dan menguatkan kendalinya di Gaza.
Sejak 2007, Hamas menjadi penguasa Jalur Gaza serta menjadi penentang PLO dari Fatah. Logo Hamas adalah gambar Kubah Batu di Yerusalem dan garis besar wilayah Israel, Gaza, dan Tepi Barat sebagai satu negara Palestina. Sekarang, Hamas dinahkodai oleh Ismail Haniyeh.
Saat ini, Hamas, terutama divisi militernya, dilabeli sebagai kelompok teroris oleh Israel, Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, dan beberapa negara lainnya.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Iswara N Raditya