Menuju konten utama

Profil Masjid Al Aqsa Palestina Sekarang dan Sejarahnya

Profil Masjid Al Aqsa Palestina yang berada di tengah-tengah kota tua Yerusalem. Al Aqsa berdiri di atas bukit al-Haram al-Sharif. Berikut sejarahnya.

Profil Masjid Al Aqsa Palestina Sekarang dan Sejarahnya
Temple Mount, yang dikenal umat Islam sebagai Tempat Suci Mulia, atau kompleks Masjid Al-Aqsa, dilihat dari Bukit Zaitun di Yerusalem Sabtu, 21 Oktober 2023. (AP Photo/Jon Gambrell)

tirto.id - Masjid Al Aqsa Palestina berada di tengah-tengah kota tua Yerusalem dan berdiri di atas bukit al-Haram al-Sharif atau Bukit Suci.

Masjid Al Aqsa mempunyai makna yang sangat penting bagi umat Muslim, warga Yahudi, maupun Kristen.

Orang Islam menganggap Masjid Al Aqsa berada di atas bukit al-Haram al-Sharif. Di lain sisi, orang Yahudi mengklaim lokasi bukit ini sebagai Har ha-Bayit atau Temple Mount.

Pada dasarnya, kompleks Masjid Al Aqsa terdiri dari 2 bangunan. Pertama, Kubah Batu. Yang kedua adalah Masjid Al-Aqsa itu sendiri.

Masjid yang dibangun pada abad ke-8 itu menjadi tempat suci ketiga setelah Mekkah dan Madinah, serta titik awal mula Nabi Muhammad SAW mi'raj atau naik ke langit dalam tempo semalam.

Masjid Al-Aqsa tepat menghadap ke Tembok Barat yang menjadi tempat suci umat Yahudi. Mereka mempercayai Temple Mount adalah lokasi suci yang dibangun Raja Solomon pada 3.000 tahun yang lalu, sebelum dihancurkan Kerajaan Romawi tahun 70 Masehi.

Situs yang ada di lokasi tersebut juga menjadi tempat suci bagi pemeluk agama Kristen, karena terkait dengan peristiwa yang dialami Yesus Kristus.

Masjid Al Aqsa selama ini disebut-sebut sebagai lokasi yang sangat sensitif dalam menyikapi konflik antara Israel dengan Palestina.

Kedatangan pemimpin Israel, Ariel Sharon pada 2000 turut meningkatkan eskalasi pertikaian hingga menelan ribuan korban jiwa.

"Bukit Bait Suci ada di tangan kami dan akan tetap di tangan kami. Itu adalah situs tersuci dalam Yudaisme dan merupakan hak setiap orang Yahudi untuk mengunjungi Bukit Bait Suci," ucap Sharon, yang datang bersama anggota parlemen partai sayap kanan Likud.

Sejarah Masjid Al Aqsa dalam Konflik Israel-Palestina

Masjid Al Aqsa

Orang Yahudi berdoa di Tembok Barat, di samping Temple Mount, yang dikenal umat Islam sebagai Tempat Suci, atau kompleks Masjid Al-Aqsa, di Kota Tua Yerusalem, Senin, 16 Oktober 2023. (AP Photo/Jon Gambrell)

Selama ini, Israel berpura-pura menetapkan status quo terhadap Masjid Al Aqsa. Israel mulai menguasai kompleks Masjid Al Aqsa setelah menang dalam Perang 6 Hari tahun 1967 melawan sejumlah negara Arab.

Mereka merebut Yerusalem Timur dan area di sekitar Tepi Barat dari tangan Mesir dan Yordania.

Mengutip laman India Today, Israel menyerahkan kendali atas masjid dan wilayahnya kepada umat Islam, namun pasukan Israel masih bisa pergi ke sana.

Mereka juga mempersilahkan umat Kristen melakukan kunjungan ziarah. Lokasi ini turut menjadi tempat yang sangat sakral bagi mayoritas warga Israel karena terdapat situs suci menurut agama Yahudi.

Konflik mulai terjadi pada 1996. Warga Palestina menemukan sebuah terowongan baru dekat kompleks Masjid Al Aqsa yang memicu ketegangan. Bentrok terjadi dan mengakibatkan 80 orang meninggal selama 3 hari.

Tahun 2000, konflik semakin meluas usai kedatangan Ariel Sharon ke Temple Mount atau al-Haram al-Sharif. Warga Palestina protes keras dan timbul Intifada kedua atau Intifada al-Aqsa yang menelan korban jiwa 3.000 warga Palestina dan 1.000 orang Israel.

Tensi semakin meningkat pada tahun 2021. Warga Palestina protes keras atas upaya penggusuran yang dilakukan Israel Bentrokan mengakibatkan 163 warga Palestina terluka dan 17 polisi Israel mengalami hal yang sama.

Aksi ini kemudian memicu tindakan Hamas yang berada di Jalur Gaza. Mereka meluncurkan roket ke arah Yerusalem dan mengobarkan perang 10 hari melawan Israel.

Selama tahun 2023, Masjid Al-Aqsa juga terus menjadi lokasi perseteruan. Warga Palestina yang sedang beribadah di dalam masjid diserang secara mendadak oleh polisi Israel pada bulan April.

Para pemukim Israel juga mulai memasuki wilayah Masjid Al-Aqsa untuk melakukan ibadah pada September. Mereka datang dengan disertai pasukan keamanan yang melakukan serangan terhadap warga Palestina hingga mencoba memasuki masjid lewat pintu Bab as-Silsila.

Tanggal 7 Oktober 2023, Hamas mengemas serangan 5.000 roket ke arah Israel dengan tajuk "Operasi Banjir Al-Aqsa" yang bertujuan membalas sikap Israel selama bertindak semena-mena di Masjid Al Aqsa.

Bagaimana Penerapan Status Quo Masjid Al-Aqsa?

Masjid Al Aqsa Yerusalem

Masjid Al Aqsa, Yerusalem. Wikipedia/Andrew Shiva

Status quo atas kompleks Masjid Al-Aqsa berawal ketika kawasan ini masih di bawah kekuasaan Kekaisaran Ottoman. Mereka memberikan mandat kepada umat Islam untuk mengontrol Masjid Al-Aqsa.

Hal ini diakui oleh Palestina dan Wakaf Islam, badan yang ditunjuk oleh Yordania sebagai penjaga resmi situs Al-Aqsa.

Keduanya menganggap Israel tidak memiliki hak sama sekali atas Yerusalem Timur yang di dalamnya terdapat masjid Al-Aqsa. Bahkan, hukum internasional mengakui Israel tidak berwenang untuk menetapkan status quo atas lokasi tersebut

Kendati demikian, hal ini tidak berlaku bagi pihak Israel. Mereka berpegang teguh pada perjanjian 1967 yang diprakarsai Moshe Dayan, eks menteri pertahanan Israel.

Usai menguasai Yerusalem Timur pasca Perang 6 Hari 1967, Israel menerapkan aturan baru berdasarkan perjanjian Utsmaniyah.

Seperti mengutip laporan Al-Jazeera, status quo versi Israel mengizinkan Wakaf Islam mengontrol sehari-hari atas wilayah tersebut dan hanya orang Muslim yang diizinkan beribadah.

Akan tetapi, polisi Israel juga bisa mengontrol akses ke sejumlah situs sekaligus bertanggung jawab atas masalah keamanan. Selain Muslim tetap diizinkan untuk mengunjungi, tetapi berstatus turis.

Sejak saat itu, pemerintah Israel mulai membuat undang-undang, aturan pengadilan, dan pernyataan untuk mendukung status quo mereka.

Selama tahun 1967-2000, warga non Muslim wajib membeli tiket kepada Wakaf Islam untuk mengunjungi situs di lokasi ini, sebelum ditutup penuh setelah tragedi Intifada Palestina yang kedua.

Tahun 2015, 4 negara terdiri dari Israel, Palestina, Yordania dan Amerika Serikat menyepakati perjanjian status quo yang berdasarkan aturan 1967. Akan tetapi, umat Yahudi yang sebelumnya dilarang masuk, masih saja tetap beribadah di lokasi ini sejak tahun 2017.

Baca juga artikel terkait ISRAEL PALESTINA atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Beni Jo
Editor: Yulaika Ramadhani