Menuju konten utama

Kontroversi Hagia Sophia dan Ambisi Erdogan Bebaskan Masjid Al Aqsa

Erdogan berambisi memupuk citra Islam politik setelah mengubah fungsi Hagia Sophia dan sesumbar akan membebakan masjid Al-Aqsha di Palestina.

Kontroversi Hagia Sophia dan Ambisi Erdogan Bebaskan Masjid Al Aqsa
Umat ​​Muslim berdoa di luar Hagia Sophia era Byzantium, salah satu tempat wisata utama Istanbul di distrik bersejarah Sultanahmet Istanbul, mengikuti keputusan Dewan Negara Turki, Jumat, 10 Juli 2020. (Foto AP / Emrah Gurel)

tirto.id - Pengadilan administrasi utama, Dewan Negara, Turki menganulir dekrit pemerintahan pada 1935 dan kini Hagia Sophia adalah masjid, Jumat (10/7/2020). Hari berikutnya, polisi mulai membangun penghalang di sekitar bangunan yang memicu kekhawatiran situs bersejarah tertutup selain muslim. Namun, pemerintah Turki buru-buru membantah ada pembatasan untuk non-muslim.

Bangunan kuno bersejarah di dunia akan menjadi rumah utama bagi muslim kendati seluruh kalangan tetap boleh mengunjunginya. Sebagai tanda ‘kemenangan’ Turki atas perubahan status dari museum ke masjid, akan digelar Salat Jumat pertama pada 24 Juli mendatang.

Dalam keputusannya Dewan Negara menyebut “Keputusan kabinet tahun 1934 yang mendefinisikannya sebagai museum tidak mematuhi hukum”. Beberapa jam setelah putusan pengadilan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara kepada publik setelah mengabaikan peringatan dari komunitas internasional.

“Dengan putusan pengadilan ini, dan dengan langkah-langkah yang kami ambil sejalan dengan keputusan itu, Hagia Sophia menjadi masjid lagi, setelah 86 tahun, seperti yang diinginkan Fatih, penakluk Istanbul," kata Erdogan, melansir Reuters.

Dunia menentang langkah Erdogan. Kritik bermunculan dari petinggi negara dan pemimpin agama dunia. Paus Fransiskus mengaku sangat sedih dan kecewa atas perubahan status. Dewan Gereja Dunia meminta pengembalian status museum. Yunani menilai keputusan Turki akan berimbas dalam hubungan dengan Uni Eropa. Amerika Serikat juga menyayangkan dan meminta agar Hagia Sophia tetap dapat diakses semua kalangan, mengutip Reuters.

Sejarah Perebutan Hagia Sophia

Setiap tahun, jutaan turis mengunjungi Hagia Sophia ketika masih menjadi museum. Ada sejarah panjang di balik bangunan eksotis dan megah. Selama 15 abad terakhir, Hagia Sophia diperebutkan. Agama besar dunia, Islam, Kristen dan Katolik silih berganti menggunakan bangunan bersejarah di Istanbul. Dua kekaisaran besar beririsan di Hagia Sophia antara Bizantium Kristen dengan Ottoman Muslim.

Hagia Sophia berarti Kebijaksaan Suci, dalam bahasa Turki disebut Ayasofya. Bangunan yang lestari saat ini berdiri pada 27 Desember 537 setelah proses pembangunan enam tahun sejak 23 Februari 532 di masa kekaisaran Bizantium Justinian I. Fungsi utama sebagai gereja katedral Kristen terbesar di dunia pada eranya.

Dalam perjalanannya, terjadi perubahan penguasaan akibat perang. Gereja berpindah ke tangan Ortodoks Yunani, berlaih ke Katolik Roma, dan kembali ke Ortodoks Yunani di bawah kekaisaran Bizantium.

Perubahan fungsi menjadi masjid terjadi usai 916 tahun saat Sultan Mehmed II atau Muhammad Al Fatih memimpin Kekaisaran Ottoman atau Utsmani setelah menaklukkan Bizantium. Perubahan gereja jadi masjid bermula pada 1453 hingga 1931. Ada penambahan bangunan di antaranya empat menara dan mimbar khutbah sebagai elemen penting masjid. Serta kaligrafi lafal Allah dan Muhammad.

Singkatnya, lahir negara Turki modern yang berhaluan sekuler era Mustafa Kemal Ataturk setelah Utsmani runtuh. Keputusan Ataturk menjadikan museum sejak 1935 diapresiasi dunia karena menjadikan Hagia Sophia sebagai milik bersama antara peradaban barat dan timur. Arsitektur asli Hagia Sophia terungkap setelah restorasi. Gambar Bunda Maria yang menggendong bayi Yesus terungkap setelah lama tertutupi cat saat fungsinya jadi masjid. Namun setelah jadi masjid lagi dan akan digunakan untuk salat, mosaik bernuansa Kristen akan ditutup dengan bantuan teknologi.

Selama menjadi museum, berbagai kalangan mempelajari peradaban bangsa-bangsa kuno dari Hagia Sophia. Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Persatuan Bangsa-Bangsa (Unesco) menetapkan Hagia Sophia sebagai situs budaya warisan dunia. Para arsitek juga menyebutnya sebagai keajaiban dunia ke-8. Unesco menyesalkan konversi dan berjanji meninjau statusnya, karena diubah tanpa melibatkan otoritas PBB.