Menuju konten utama
Orang Indonesia dan Candu Game

Bahaya Kecanduan Game: Emosi, Sosial, dan Kemampuan Belajar Anak

Kecanduan gim sendiri bisa memengaruhi banyak aspek. Dari sisi emosi, menurut Nisa, anak jadi gampang marah, kurang sabar, dan sulit mengendalikan perasaan.

Bahaya Kecanduan Game: Emosi, Sosial, dan Kemampuan Belajar Anak
Header Decode Kecanduan Game dari sisi Psikologis. tirto.id/Fuad

tirto.id - Sejak anaknya menginjak kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (MI), Elka membatasi waktu putranya itu bermain gawai. Ia mulai resah dengan kebiasaan bocah itu saat bermain gim online lewat perangkat itu.

Peraturan Elka jelas: hari Senin - Jumat tak ada gawai dan bermain gim!

Kata Elka, sebelum kini kegandrungan Roblox (platform permainan daring yang memungkinkan pengguna untuk menciptakan dan memainkan berbagai jenis gim hasil karya komunitas), anak pertamanya itu sempat doyan bermain Minecraft, video gim serupa.

Kedua gim tersebut bisa membuat anaknya tenggelam hingga sejam sekali duduk dan mengabaikan aktivitas lainnya, seperti makan, beribadah, dan mandi. Untuk meminta anaknya melakukan ketiga kegiatan itu, Elka tak bisa hanya berbicara sekali.

“(Jadi) susah diajak ngomong. Disuruh apa tuh nggak langsung dikerjain. Misal, kalau udah main game ya, waktunya salat, mandi, makan–terutama tiga hal itu–sampai nggak sekali dua kali ngomong, harus berkali-kali ngomong [baru dikerjakan]. Itu kayak dia berat banget ninggal HP sesaat,” tutur Elka di telepon, Rabu (20/8/2025).

Tersebab hal itu dan waktu sekolah yang mulai sampai sore, Elka akhirnya hanya memperbolehkan buah hatinya bermain gim dari Jumat malam sampai Minggu. Tapi tantangannya tak berhenti. Lantaran dibatasi saat weekdays, di akhir pekan anaknya bisa bermain gim cukup lama.

“Tapi tetep ada peraturan, khususnya hari Sabtu-Minggu ya, itu pagi gak boleh main HP sebelum mandi dan sarapan dulu. Tapi itu akunya juga sering-sering, istilahnya teriak lah, 'hayo udah berapa jam kamu main HP?'," cerita Elka.

Masalahnya, jika sudah bermain gim, Elka bilang, anaknya jadi malas keluar rumah dan lebih memilih bersama HP. Dengan begitu, akibat gim, menurut Elka anak laki-lakinya lama kelamaan jadi kurang bersosialisasi secara offline dengan sekitar.

Dalam rangka memantau aktivitas dan memastikan keamanan anaknya secara daring, ia kerap bertanya kepada buah hatinya, apa saja yang dimainkan dan apa yang ada dalam permainan tersebut.

“Asal masih dalam pengawasan dan ada batasan sih, dan aku tahu dia main apa. Dan dia tuh di keseharian selalu dibicarakan. Kan ada adiknya nih. Adiknya juga sama, suka [main gim] juga. Jadi sambil makan tuh dibahas, meskipun gak lagi main gim ya. Nah, mereka ngobrol, aku kan jadi dengerin,” tutur Elka.

Ilustrasi game digital

Ilustrasi game digital. FOTO/iStockphoto

Elka tak sendirian. Sebagai orang tua, Agus (49) juga menghadapi tantangan serupa lantaran anaknya yang kini berusia 11 tahun gemar bermain gim daring (terutama Roblox) sampai 3 atau 4 jam sehari.

Kendati sudah mencoba berbagai upaya untuk mengurangi frekuensi main gim sang anak, langkah Agus tampaknya kurang berhasil. Beberapa upaya yang dilakukan Agus misalnya mengajak anak beraktivitas bersama seperti olahraga atau beribadah ke rumah ibadah, jalan-jalan, hingga makan di tempat makan, semuanya dimentahkan.

Di sisi teknis, Agus juga mengurangi pemakaian komputer untuk membatasi screen time anak dengan memasang password hingga memutus aliran listrik, serta memblokir situs gim.

“Tantangannya ternyata dia lebih pintar. Dia bisa menghidupkan PC yang kabel listriknya kita cabut, bisa masuk ke PC menggunakan user admin dan mem-bypass password-nya. Dan dia bisa semua itu karena ternyata dia belajar di Youtube,” kata Agus saat berbincang dengan jurnalis Tirto, Rabu (20/8/2025).

Agus mengaku khawatir dengan kebiasaan main gim sang anak, sebab sudah menimbulkan berbagai dampak, mulai nafsu makannya yang jauh menurun dan seakan-akan lebih mementingkan main dibandingkan makan, hingga komunikasi anak dengan keluarga yang cenderung berkurang, alias lebih sering terlihat sibuk di depan PC atau laptop-nya

“Tata bahasanya cenderung kasar, dia belajar bahasa-bahasa baru, termasuk kata-kata kasar atau makian dari chat atau voice chat rekan mainnya,” tuturnya.

Pernyataan Agus itu selaras dengan Studi Nurhalimah, dkk tahun 2023 berjudul “Adiksi Game Online Meningkatkan Resiko Perilaku Kekerasan Pada Remaja”, yang menemukan adanya hubungan signifikan antara kecanduan gim online dengan perilaku agresif pada siswa.

@officialtirtoid

Gim online Roblox menyedot perhatian publik usai disebut bisa berbahaya untuk anak-anak. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu"ti, sebut gim yang populer di kalangan anak dan remaja ini mengandung unsur kekerasan. Lantas, apa sebenarnya gim Roblox? Permainan ini dirilis perusahaan asal Amerika Serikat, Roblox Corporation pada 2006. Dikutip dari berbagai sumber, Roblox menjadi populer karena menawarkan banyak hal, salah satunya ialah ketika satu pemain bisa mengunjungi dunia yang dibuat oleh pemain lainnya. Artinya, ada jutaan dunia yang bisa dijelajahi. Kemudian, Roblox juga menawarkan berbagai macam model permainan, misalnya simulasi kehidupan (roleplay), adu strategi, balapan, aksi, hingga petualangan naik gunung. Permainan naik gunung ini menjadi salah satu magnet. Apalagi gunung-gunung yang ada di Indonesia pun tersedia. Platform ini juga memiliki fitur interaksi sosial, seperti obrolan lewat chatting, main bersama, hingga fitur kustomisasi avatar. Pada 31 Juli 2025, Reuters melaporkan Roblox memiliki lebih dari 100 juta pengguna aktif harian. Kesuksesan ini berkat viralnya gim simulasi pertanian, Grow a Garden, buatan remaja 16 tahun yang dimainkan oleh 21 juta pengguna secara bersamaan. Penulis/Editor: Muhammad Fadli Rizal #TirtoDaily#Roblox

♬ original sound - TirtoID - TirtoID

Ciri dan Penyebab Kecanduan Gim

Bila bermain gim online sudah menimbulkan adiksi, hal ini memang perlu diwaspadai. Menukil artikel Alodokter yang sudah ditinjau dr. Kevin Adrian, kecanduan gim online bisa diartikan sebagai gangguan mental yang ditandai dengan dorongan untuk bermain gim hingga berjam-jam, bahkan hingga melupakan atau tidak memedulikan aktivitas lainnya, misalnya pekerjaan atau tugas sekolah.

Psikolog Anak dan Remaja Brawijaya Hospital Duren Tiga, Zulnisa Riza, M.Psi., menjelaskan, ciri-ciri anak mulai kecanduan gim biasanya terlihat jelas, seperti jadi susah berhenti main meski sudah dibatasi dan lebih mementingkan gim ketimbang sekolah, tidur, atau bermain bersama teman.

“Kalau tidak main, anak bisa marah, gelisah, atau murung. Kadang mereka juga suka berbohong soal berapa lama sudah bermain. Kalau tanda-tanda ini berlangsung terus, sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, itu sudah perlu diwaspadai,” terang Nisa kepada jurnalis Tirto, Rabu (20/8/2025).

Adapun gejala-gejala yang disebut Nisa juga kian selaras dengan klasifikasi WHO soal gaming disorder. Sebuah kondisi kehilangan kontrol dan menempatkan gim sebagai prioritas hidup sampai tak bisa berhenti meski sadar ada dampak negatifnya.

Kecanduan gim sendiri bisa memengaruhi banyak aspek. Dari sisi emosi, menurut Nisa, anak jadi gampang marah, kurang sabar, dan sulit mengendalikan perasaan. Dari sisi belajar, mereka jadi kurang fokus, nilai sekolah turun, dan kemampuan mengatur diri juga ikut terganggu.

“Dari sisi sosial, anak lebih senang bergaul di dunia virtual daripada berinteraksi langsung dengan teman sebaya. Kalau dibiarkan, bisa muncul masalah lain seperti gangguan tidur, kurang gerak, bahkan depresi atau rasa cemas,” kata Nisa.

Mengapa anak bisa kecanduan gim?

Nisa menuturkan sejumlah faktor yang bisa bikin anak terjebak dalam kecanduan gim. Pertama yang penting diketahui, anak yang sulit mengendalikan diri atau gampang bosan disebut biasanya lebih cepat ketagihan.

Menurut Nisa, komunikasi dengan orang tua yang kurang hangat, aturan penggunaan gadget terlalu longgar atau malah terlalu ketat tanpa penjelasan, juga bisa menyebabkan anak jadi lari ke gim.

“Lingkungan juga punya pengaruh. Kalau teman-temannya main gim terus, anak biasanya ikut. Apalagi ditambah desain gim yang memang dibuat bikin nagih, lengkap dengan reward (hadiah), level, dan tantangan. Anak yang lagi stres, kesepian, atau merasa tidak percaya diri di sekolah juga sering menjadikan gim sebagai pelarian,” tutur Nisa.

Faktor yang memengaruhi kerentanan terjadinya kecanduan gim memang bukan hanya datang dari individu itu sendiri. Ahli Psikiatri, dr. Kristiana Siste, mengatakan, orang yang gemar bermain gim, kadar neurotransmitter dopamine akan meningkat saat ia bermain, sehingga menimbulkan rasa senang (pleasure effect).

Sementara manusia dilahirkan dengan dopamine yang rendah, akan selalu mencari cara, benda atau kegiatan yang bisa meningkatkan dopamine-nya. Maka dari segi biologi, seseorang yang memiliki gangguan neurotransmitter dopamine, akan lebih rentan mengalami kecanduan.

“Dalam permainan berbasis online seringkali disuguhkan konten-konten yang memacu adrenalin pemainnya. Selain itu, terdapat tantangan yang senantiasa bertambah di setiap level permainan. Hal ini tentu menjadi daya tarik sekaligus merupakan risiko bagi orang-orang yang pada dasarnya secara psikologi senang mencari tantangan (novelty seeking),” kata dr. Kristi dalam keterangan resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?

Apa yang dilakukan Agus maupun Elka, dua orang tua dengan anak yang doyan main game, bisa dilihat sebagai upaya intervensi agar level frekuensi gim anaknya bisa terkendali dan tidak menimbulkan akibat buruk lainnya.

Seperti disebut Psikolog Nisa, hal paling penting yang bisa dilakukan orang tua adalah membuat aturan sehat soal waktu main gadget sesuai usia anak.

Selain itu, orang tua bisa mengajak si kecil melakukan kegiatan lain yang menyenangkan, seperti olahraga, menggambar, membaca, atau bermain bersama teman.

Orang tua juga sebaiknya tahu gim apa yang dimainkan anak, sambil tetap membuka ruang obrolan supaya anak merasa nyaman bercerita. Jangan lupa, anak meniru orang tua, sehingga orang tua juga sebaiknya bijak dalam menggunakan gadget di rumah.

“Kalau anak sudah terlanjur kecanduan, langkahnya jangan langsung melarang total. Lebih baik waktu bermain dikurangi sedikit demi sedikit. Ajak anak menemukan kegiatan lain yang bisa bikin mereka senang dan merasa bangga,” kata Nisa.

Kalau kondisinya sudah parah, misalnya anak sulit tidur, tidak mau sekolah, atau menarik diri dari teman, Nisa merekomendasikan para orang tua untuk segera melakukan konsultasi ke psikolog atau psikiater.

Nisa menjelaskan adanya terapi tertentu untuk mengatasi keadaan tersebut, seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT), yang bisa membantu anak melatih kontrol diri dan mengubah kebiasaan. “Dengan pendampingan yang konsisten, anak tetap bisa menikmati gim sebagai hiburan, tapi tanpa sampai merugikan perkembangan diri mereka,” tutup Nisa.

Baca juga artikel terkait KECANDUAN VIDEO GIM atau tulisan lainnya dari Fina Nailur Rohmah

tirto.id - Decode
Reporter: Fina Nailur Rohmah
Penulis: Fina Nailur Rohmah
Editor: Alfons Yoshio Hartanto