tirto.id - Bagi banyak orang, bermain game memang menyenangkan, apalagi jika punya banyak waktu senggang untuk bermain. Kalah di satu level, dapat hadiah ketika berhasil menjalankan suatu misi, dan makin tertantang untuk naik level.
Beberapa orang menyukai game dan terus menerus memainkannya meskipun melelahkan, kalah berkali-kali namun justru memacu untuk terus bermain.
Bermain game menjadi hobi beberapa orang bahkan sampai bersifat adiktif. Game dibuat dengan memanfaatkan salah satu sistem tubuh yang disebut dopamine.
Dilansir Psychology Today, bermain game mengaktifkan banyak bagian dalam otak, termasuk bagian yang berhubungan dengan proses visual, pengelolaan perhatian, fungsi motorik, dan integrasi sensomotorik.
Sirkuit otak yang mengaktifkan kesenangan juga ikut terangsang saat bermain game, temasuk nucleus accumbens (bagian otak yang memroses penghargaan), amygdala (bagian otak yang memroses respon emosional), dan orbitofrontal cortex (bagian otak yang memroses aktivitas visual).
Baik laki-laki maupun perempuan menunjukkan reaksi yang sama, tapi efek tersebut secara signifikan lebih kentara pada laki-laki.
Aspek paling provokatif dari bermain game adalah pemenuhan kebutuhan untuk mendapat rewards (penghargaan) yang mengaktifkan bagian kesenangan hingga tingkat tertentu. Game memenuhi kepuasan dengan menerapkan pemenuhan tujuan (goal) yang akan diberi hadiah jika tujuan tersebut terpenuhi.
Game memiliki efek yang sama dengan rokok bagi perokok. Kepuasan yang dihasilkan memicu seseorang untuk bermain game menjadi sebuah kegiatan nyata, tidak hanya sekedar hiburan tapi bagian dari hidup.
Lalu apa itu dopamine dan bagaimana efeknya?
Cognifit menuliskan, dopamine bekerja terutama untuk perasaan senang dan motivasi. Meskipun sebenarnya dopamine berperan banyak di dalam otak termasuk kepuasan dan adiksi.
Dopamine juga mengambil bagian dalam proses memori otak, artinya dopamine bertanggung jawab terhadap kemampuan belajar seseorang. Efek inilah yang dimanfaatkan para pembuat game untuk ‘mengajari’ kita seluk beluk mekanisme game mereka.
Medium menulis, dopamine terkait dengan ‘sistem penghargaan’ manusia. Game yang dibuat simpel dan dengan elemen untuk dipelajari membuat pemain game semakin tertantang untuk menyelesaikan tugas atau misi yang lebih sulit, selagi hanya mempertahankan kemampuan tidak lebih memuaskan daripada motivasi untuk terus menerus belajar.
Pendek kata, otak manusia didesain untuk memiliki kepuasan tertentu ketika belajar hal yang disukai.
Dopamine juga memiliki peran penting dalam pengelolaan perhatian; merespons informasi yang diterima saraf penglihatan, menyaring informasi untuk memfokuskan pikiran pada tugas-tugas terkait.
Selain itu, dopamine bertanggung jawab terhadap kesenangan, rasa sakit, dan perasaan. Zat ini berhubungan dengan bagaimana seseorang mengelola dan memersepsikan pengalaman.
Karena tugas itulah, dopamine disebut “molekul kebahagiaan” karena berhubungan dengan rasa kepuasaan dan kenikmatan menjalani sesuatu.
Dopamine dan Ketagihan
Manusia dikontrol oleh perasaan menyenangkan, sehingga cenderung mengejar hal-hal yang menyenangkan. Seseorang yang berusaha mengubah kebiasan buruk tahu bagaimana berat untuk melakukannya. Hal tersebut adalah karena dopamine mengantar manusia bertindak sesuatu yang menimbulkan penghargaan yaitu kepuasan.
Pada obat-obatan adiktif seperti narkoba, misalnya kokain membuat otak menghasilkan dopamine secara berkepanjangan yang menyebabkan ketagihan. Selanjutnya, pelesapan dopamine yang sedikit tidak lagi membuatnya puas sehingga memacu pecandu kokain untuk mengonsumsinya terus menerus dan perasaan ‘kurang puas’ jika tidak terpenuhi.
Sama halnya dengan mekanisme game yang dibuat untuk melepaskan dopamine dalam otak sehingga muncul perasaan menyenangkan yang dapat membuat seseorang sejenak melupakan stres dan tekanan hidup. Kesenangan tersebut dapat pula menimbulkan ketagihan.
Akan tetapi, efek ketagihan yang ditimbulkan game tidak serta merta mirip dengan kokain. Game didesain dengan berbagai persoalan yang harus dipecahkan sama seperti hidup, sehingga seseorang masih memiliki kontrol terhadap persepsi dan kemampuan mengarahkan hidup. Sedangkan, kokain memberi efek kesenangan tanpa syarat.
Memecahkan masalah dalam bermain game membuat seseorang merasa dia sedang melawan segala hal yang menentangnya dalam hidup. Kepuasan ketika dapat menyelesaikan misi dalam game menimbulkan rasa ingin mengulang untuk mendapatkan kepuasan yang sama lagi, karena manusia disetir oleh perasaan senang dan kepuasan.
Editor: Dipna Videlia Putsanra