tirto.id - Psikosis postpartum merupakan gangguan mental serius yang dialami oleh ibu setelah melahirkan.
Umumnya, kondisi mental yang dihadapi ibu usai melahirkan disebut "baby blues". Hal ini akan menyebabkan perasaan sedih, cemas, kewalahan, atau depresi. dan setengah atau lebih dari ibu baru kemungkinan mengalaminya.
Namun dalam kasus yang sangat jarang terjadi, perubahan yang terjadi setelah melahirkan dapat menyebabkan gangguan mental yang sangat serius pada ibu yang disebut psikosis postpartum.
Hal ini dapat terjadi pada siapa saja yang baru melahirkan, tetapi kemungkinannya lebih tinggi pada orang dengan kondisi kesehatan mental tertentu.
Penjelasan lengkap mengenai psikosis postpartum akan dibahas pada artikel berikut ini.
Apa Itu Psikosis Postpartum
Psikosis postpartum adalah gangguan mental yang paling parah dan serius yang dialami pascamelahirkan.
Dikutip laman Womens Mental Health, kondisi ini adalah kejadian langka yang terjadi pada sekitar 1 hingga 2 per 1000 wanita setelah melahirkan.
Gejala ini timbul sejak 48 hingga 72 jam pertama setelah melahirkan. Mayoritas wanita dengan psikosis postpartum mengalami gejala dalam dua minggu hingga enam minggu pertama usai persalinan.
Dalam banyak kasus, psikosis postpartum merupakan episode penyakit bipolar dan gejala psikosis postpartum paling mirip dengan gejala episode manik (atau campuran) yang berkembang dengan cepat.
Tanda-tanda paling awal adalah sering merasa gelisah, lekas marah, dan insomnia.
Wanita dengan gangguan ini menunjukkan suasana hati yang berubah dengan cepat menjadi depresi atau gembira, disorientasi atau kebingungan, dan perilaku yang tidak menentu atau tidak teratur.
Seberapa Umum Kondisi Psikosis Postpartum?
Psikosis postpartum adalah kondisi yang jarang terjadi. Banyak ahli yang memperkirakan bahwa kondisi ini memengaruhi antara 0,089 dan 2,6 dari setiap 1.000 kelahiran.
Di Amerika Serikat, itu berarti terjadi pada antara 320 dan 9.400 kelahiran setiap tahun.
Secara global, itu berarti terjadi pada antara 12 juta dan 352,3 juta kelahiran, demikian dikutip dari Cleveland Clinic.
Bagi Anda yang sebelumnya pernah mengalami psikosis postpartum atau sempat mengidap gangguan mental saat sedang hamil, maka Anda berisiko untuk mengalami ini kembali.
Selain itu, Anda juga lebih berisiko mengalami psikosis postpartum jika dalam keluarga ada riwayat yang memiliki gangguan mental, khususnya gangguan bipolar.
Meski demikian, belum tentu juga berbagai faktor tersebut bisa menyebabkan Anda mengalami psikosis postpartum setelah melahirkan.
Gejala-gejala Psikosis Postpartum
Dua gejala utama psikosis postpartum akan memengaruhi keadaan seseorang dan bagaimana mereka memahami dunia di sekitarnya. Kedua gejala itu adalah:
1. Halusinasi
Halusinasi adalah ketika otak bertindak seolah-olah mendapat masukan dari indra Anda (biasanya paling berpengaruh pada mata atau telinga, tetapi kadang-kadang halusinasi sentuhan juga dapat terjadi), padahal itu sebenarnya tidak ada.
Hal-hal yang Anda lihat atau dengar terasa nyata, dan Anda biasanya tidak dapat membedakan antara halusinasi dan sesuatu yang benar-benar terjadi.
2. Delusi
Delusi adalah keyakinan salah yang Anda pegang dengan sangat kuat. Jika mengalami delusi, Anda memegang keyakinan ini dengan sangat kuat sehingga Anda tidak akan mengubahnya meskipun Anda memiliki bukti yang meyakinkan bahwa apa yang Anda yakini itu tidak benar.
Contohnya termasuk delusi penganiayaan (percaya bahwa seseorang ingin menangkap Anda), delusi kontrol (merasa ada orang lain yang mengontrol tubuh Anda) atau delusi somatik (bersikeras bahwa Anda tidak memiliki anak atau tidak hamil).
Namun ada beberapa gejala lain yang umum terjadi pada psikosis postpartum, yang meliputi:
- Perubahan suasana hati, seperti mania (peningkatan aktivitas dan suasana hati) dan hipomania, atau depresi (penurunan suasana hati).
- Depersonalisasi (beberapa orang menggambarkannya sebagai pengalaman di luar tubuh).
- Pemikiran atau perilaku yang tidak teratur.
- Insomnia.
- Iritabilitas atau agitasi.
- Pikiran untuk melukai diri sendiri atau melukai orang lain (terutama bayi mereka yang baru lahir).
Apa Penyebab Psikosis Postpartum?
Meski tidak diketahui secara pasti apa penyebab dari psikosis postpartum, tetapi para ahli menduga bahwa hal ini melibatkan kombinasi beberapa faktor, termasuk:
1. Riwayat kondisi kesehatan mental
Sekitar sepertiga penderita psikosis postpartum memiliki kondisi kesehatan mental yang telah didiagnosis sebelumnya. Yang paling umum adalah gangguan bipolar (terutama gangguan bipolar I).
Kondisi kesehatan mental lain yang dapat meningkatkan risiko termasuk gangguan depresi mayor dan kondisi spektrum skizofrenia.
2. Jumlah kehamilan
Psikosis postpartum lebih sering terjadi pada orang yang baru saja melahirkan anak pertama.
Namun, bagi orang yang pernah memiliki riwayat psikosis postpartum, ada kemungkinan 30% hingga 50% akan mengalaminya lagi setelah kelahiran selanjutnya.
3. Riwayat keluarga dengan kondisi kesehatan mental
Orang dengan psikosis postpartum sering kali memiliki anggota keluarga yang memiliki riwayat serupa atau kondisi kesehatan mental terkait.
Oleh karena itu, para peneliti menduga bahwa kondisi ini mungkin memiliki kaitan genetik.
4. Kurang tidur
Masih dikutip dari Cleveland Clinic, para ahli mengetahui bahwa kurang tidur dapat memicu mania pada orang dengan gangguan bipolar.
Mereka juga menduga bahwa tidak tidur dapat menjadi bagian dari alasan mengapa seseorang mengalami psikosis postpartum.
5. Perubahan hormon
Kimiawi tubuh Anda selama kehamilan mengalami perubahan besar di sekitar waktu persalinan.
Kadar beberapa hormon melonjak naik, sementara yang lainnya menurun. Diperkirakan bahwa hormon tertentu, terutama estrogen dan prolaktin kemudian berperan. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan hal ini.
6. Kondisi medis lainnya
Psikosis postpartum juga dapat terjadi karena alasan medis, banyak di antaranya mungkin terjadi selama atau sesaat setelah melahirkan.
Beberapa contoh penyebab medis termasuk penyakit autoimun dan inflamasi, ketidakseimbangan elektrolit, kekurangan vitamin (B1 dan B12), gangguan tiroid, stroke, dan lain-lain. Eklampsia dan preeklampsia juga dapat menjadi kondisi yang berkontribusi.
Bagaimana Cara Mencegah Psikosis Postpartum
Psikosis postpartum terjadi secara tidak terduga dan untuk alasan yang tidak sepenuhnya dipahami oleh para ahli.
Oleh karena itu, tidak ada cara untuk mencegahnya sepenuhnya. Tetapi beberapa pendekatan dapat mengurangi kemungkinan mengembangkannya.
Hal ini terutama penting bagi orang-orang yang mengalaminya:
- Pernah mengalami psikosis sebelumnya yang berhubungan dengan persalinan sebelumnya.
- Riwayat psikosis postpartum, gangguan bipolar, skizofrenia, atau kondisi terkait lainnya.
- Riwayat keluarga dengan salah satu kondisi yang disebutkan di atas.
Lithium adalah obat yang paling umum digunakan untuk menurunkan risiko terjadinya psikosis postpartum di kemudian hari. Obat lain juga dapat membantu mengurangi risiko pengembangan.
Hubungi dokter atau petugas kesehatan lainnya jika Anda merasa mengalami gejala psikosis postpartum, karena adalah orang yang paling tepat untuk menjelaskan pilihan-pilihan pengobatan yang ada dan mengapa mereka merekomendasikannya.
Editor: Iswara N Raditya