tirto.id - Kasus ibu (FM) yang tega membunuh bayi berumur tiga bulan di Bandung sempat ramai di media sosial. FM mengaku, salah satu alasannya membunuh karena ia mendapat bisikan gaib yang meminta dirinya membunuh bayinya agar bisa masuk surga dan ia juga mengaku belum siap memiliki anak.
Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polrestabes Bandung pun telah menetapkan FM sebagai tersangka kasus pembunuhan anak kandungnya sendiri, Senin (2/8/2019).
FM diduga membunuh anaknya dengan cara menusukkan pisau dapur ke tubuh bayinya yang baru berusia tiga bulan.
Aksi keji yang dilakukan FM tersebut terjadi di kediamannya, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Minggu (1/8/2019).
Atas perbuatannya, FM terjerat Pasal 338 KUHP dengan ancaman hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau setidak-tidaknya hukuman 20 tahun penjara.
Kecemasan dan kekhawatiran yang dialami FM ini bisa disebut termasuk dalam kondisi Baby Blues, yakni perubahan psikologis secara mendadak yang dirasakan seorang ibu usai melahirkan.
Sindrom Baby Blues memang bisa dialami oleh sebagian ibu setelah melahirkan. Lalu bagaimana cara mengatasi kondisi tersebut dan apa saja gejalanya?
Menurut laman HealthLine, ada 3 jenis sindrom yang dialami seorang ibu usai melahirkan:
1. Postpartum Blues / Baby Blues. Biasanya terjadi pada 50 hingga 75 persen ibu baru dalam beberapa hari hingga seminggu setelah melahirkan. Saat mengalami hal tersebut, ibu biasanya akan mengalami perasaan sedih, cemas dan sering menangis sendirian.
2. Depresi Pascapersalinan. Gejala-gejala ini mirip dengan gejala postpartum blues dan termasuk kurangnya energi, masalah memori, kesedihan, kecemasan, atau perasaan bersalah. Jenis depresi ini dapat bertahan hingga satu tahun dan bisa diobati dengan psikoterapi, pengobatan, atau kombinasi keduanya.
3. Psikosis Pascapersalinan. Psikosis postpartum jarang terjadi dan biasanya timbul dalam satu atau dua minggu setelah melahirkan. Ini termasuk halusinasi, disorientasi, paranoia, atau keinginan untuk menyakiti bayi.
Depresi pascapersalinan juga bisa terjadi pada ayah baru
Ayah baru juga bisa mengalami depresi pascapersalinan. Gejalanya mirip dengan yang dialami ibu, yakni merasa sedih, letih, kewalahan, mengalami kecemasan, atau mengalami perubahan pola makan dan tidur.
Depresi pascapersalinan pada ayah dapat memiliki efek negatif yang sama pada hubungan pasangan dan perkembangan anak seperti halnya depresi pascapersalinan pada ibu, demikian seperti diwartakan Mayo Clinic.
Pengobatan:
- Jika mengalami hal ini, perawatan dan dukungan dari pasangan atau keluarga sangat diperlukan, karena akan bermanfaat dalam mengobati depresi pascapersalinan pada ibu atau ayah baru.
- Menghubungi dokter sesegera mungkin dan mengonsultasikan semua permasalahan yang dialami agar dokter membantu memberi solusi atas masalah yang terjadi.
Faktor Risiko
Setiap ibu baru dapat mengalami depresi pascapersalinan dan dapat berkembang setelah melahirkan anak, bukan hanya yang pertama saja, tetapi anak kedua dan seterusnya. Tetapi, risiko tersebut akan meningkat jika:
- Ibu atau ayah baru memiliki riwayat depresi, baik selama kehamilan atau di waktu lain.
- Memiliki gangguan bipolar.
- Pernah mengalami depresi pascapersalinan setelah kehamilan sebelumnya.
- Memiliki anggota keluarga yang mengalami depresi atau gangguan mood lainnya.
- Pernah mengalami peristiwa yang membuat stres selama setahun terakhir, seperti komplikasi kehamilan, sakit, atau kehilangan pekerjaan.
- Bayi memiliki masalah kesehatan atau kebutuhan khusus lainnya.
- Memiliki anak kembar, kembar tiga atau banyak kelahiran lainnya.
- Mengalami kesulitan menyusui.
- Mengalami masalah dalam hubungan dengan pasangan atau orang penting lainnya.
- Memiliki masalah keuangan.
- Kehamilan tidak direncanakan atau tidak diinginkan.
Editor: Agung DH