Menuju konten utama

Apa Dampak dari Boikot Produk Pro Israel & Penjelasan Lengkapnya

Apa itu boikot produk pro Israel dan apakah gerakan tersebut berdampak terhadap Israel serta produk pro Israel?

Apa Dampak dari Boikot Produk Pro Israel & Penjelasan Lengkapnya
Ilustrasi aksi boikot israel. FOTO/REUTERS

tirto.id - Aksi boikot terhadap produk-produk yang mendukung Israel terus diserukan oleh banyak pihak. Para aktivis dan pendukung Palestina pun menggaungkan gerakan BDS sebagai bentuk perlawanan terhadap Israel.

BDS sendiri merupakan singkatan dari Boycott, Divestment, dan Sanctions (Boikot, Divestasi dan Sanksi). Sesuai namanya, gerakan yang dimulai sejak 2005 ini tak hanya melakukan pemboikotan terhadap ekonomi dan budaya Israel.

Gerakan BDS juga mengupayakan divestasi dan juga sanksi untuk menekan pemerintah Israel agar patuh terhadap hukum internasional sekaligus mengakhiri konflik dengan Palestina. Secara garis besar, aksi BDS bertujuan untuk menekan Israel, khususnya dari segi ekonomi dan politik.

Sementara itu, aksi boikot juga santer terdengar di Indonesia. Di media sosial, tak sedikit warganet yang pro Palestina menyerukan untuk memboikot semua produk buatan Israel maupun produk yang mendukungnya.

Gerakan ini pun mendapat dukungan dari pihak pemerintah yang sebelumnya sudah terang-terangan menyatakan dukungan terhadap Palestina dan mengutuk serangan Israel ke Gaza. Di sisi lain, pemerintah menganggap aksi boikot ini sebagai peluang untuk memajukan produk dalam negeri.

Tak bisa dipungkiri bahwa saat ini ada banyak produk pro Israel di Indonesia, mulai dari makanan, minuman, perangkat elektronik, hingga perlengkapan rumah tangga. Dengan adanya aksi boikot, diharapkan masyarakat Indonesia beralih ke produk lokal sehingga dapat memajukan pengusaha dalam negeri.

Apa Dampak Pemboikotan Produk Pro Israel Terhadap Perekonomian Israel?

Aksi boikot seperti gerakan BDS bertujuan untuk menekan perekonomian Israel. Perlahan tapi pasti, aksi boikot ini telah memberikan dampak tersendiri terhadap Israel.

Dilansir dari laman BDS Movement, gerakan BDS membuat sejumlah perusahaan dan investor mulai berpaling dari Israel. Pada 2014 misalnya, terjadi penurunan investasi asing langsung ke Israel hingga 46 persen. Beberapa perusahaan luar negeri juga diketahui telah menarik diri dari Israel dan melakukan divestasi.

Gerakan BDS juga memberikan dampak besar terhadap perusahaan-perusahaan Israel. Salah satunya adalah Carmel Agrexo yang merupakan perusahan ekspor pertanian terbesar di Israel.

Perusahaan tersebut sampai mengalami likuidasi akibat aksi boikot besar-besaran di sejumlah wilayah. Akibatnya, petani Israel kesulitan mengekspor barang sehingga hal ini juga akan berdampak buruk pada perekonomian Israel.

Sementara itu, masyarakat dunia, termasuk di Indonesia, juga terus melakukan boikot terhadap produk-produk pro Israel. Sebut saja Starbucks, McDonald's, KFC, Pepsi, Netflix, Unilever, Danone, Nestle, hingga Walt Disney.

Gerakan boikot ini pun menyebabkan saham dari merek-merek ternama tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan. PepsiCo misalnya, sahamnya diketahui berada di level terendah sejak November 2021 lalu, sementara saham Walt Disney mengalami penurunan hingga 0,59 persen. Hal yang sama juga terjadi pada produk-produk lain yang ramai diboikot oleh massa.

Dengan adanya gerakan boikot dan penurunan saham, perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan bisa mempertimbangkan kembali posisinya yang mendukung Israel. Semakin sedikit dukungan terhadap Israel, maka semakin mudah untuk menekan Israel dan menghentikan konflik di Palestina.

Baca juga artikel terkait EKONOMI atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Ekonomi
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari