tirto.id - Saat ini gerakan BDS makin santer digaungkan karena kekerasan di Gaza juga semakin meningkat eskalasinya akhir-akhir ini.
Dengan gerakan BDS ini, para aktivis pro Palestina berharap dapat memberikan tekanan yang lebih keras terhadap Israel.
Selain itu, aktivis pro Palestina juga berharap, gerakan ini akan menghasilkan lebih banyak dukungan terhadap kampanye mereka untuk memboikot Israel dan membuat Israel bisa tersingkir secara internasional.
Hingga kini, gerakan BDS terbukti cukup berhasil mengkampanyekan perihal kekerasan di Gaza. Salah satu bukti keberhasilannya adalah, bintang pop Lorde sempat membatalkan konsernya di Tel Aviv pada Desember lalu karena mendapat tekanan dari aktivis BDS.
Kini, para aktivis pro-Palestina, secara daring menyerukan kembali kampanye BDS agar bisa semakin santer gaungnya secara internasional.
Mustafa Barghouti, anggota dewan pusat Organisasi Pembebasan Palestina, mengatakan kepada Newshour BBC sebagaimana dilansir dari VOX, BDS dan perlawanan tanpa kekerasan adalah dua instrumen terbaik untuk memaksa Israel mengubah kebijakannya.
Apa Maksud dari Gerakan Boycott, Divestment, dan Sanctions?
Melansir VOX, BDS adalah singkatan dari Boycott, Divestment and Sanctions atau Boikot, Divestasi dan Sanksi. Ini adalah gerakan protes non-kekerasan global terhadap produk ekonomi dan produk budaya Israel.
Gerakan ini berupaya menggunakan boikot ekonomi dan budaya terhadap Israel, divestasi keuangan dari negara, dan sanksi pemerintah untuk menekan pemerintah Israel agar mematuhi hukum internasional, dan mengakhiri kebijakan kontroversialnya terhadap Palestina.
BDS mengambil inspirasi langsung dari perjuangan anti-apartheid di Afrika Selatan, serta gerakan hak-hak sipil AS. Aktivis anti-apartheid di Afrika Selatan, Uskup Agung Desmond Tutu, adalah salah satu pembela gerakan BDS yang amat aktif menunjukkan dukungannya.
Ajakan untuk melakukan gerakan BDS ini pertama kali muncul pada 2005. Ketika gerakan ini mulai digaungkan, menurut Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk pengungsi Palestina, sudah lebih dari 4 juta pengungsi Palestina mengungsi sejak berdirinya negara Israel.
Setahun sebelumnya, Mahkamah Internasional menegaskan, bahwa tembok pemisah yang dibangun Israel di sepanjang Tepi Barat Palestina – tempat pemukiman warga Israel – merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional.
Menurut laman BDS, ada tujuh kelompok advokasi di AS yang bersekutu dengan BDS, termasuk Suara Yahudi untuk Perdamaian, Sosialis Demokratik Amerika, dan Kampanye AS untuk Hak-Hak Palestina. Sedangkan tokoh masyarakat yang menyatakan dukungannya terhadap BDS antara lain Rep. Cori Bush (D-MO), musisi Lauryn Hill, dan penulis Sally Rooney, Naomi Klein, dan Arundhati Roy.
Boikot yang dilakukan gerakan BDS tidak hanya mencakup produk dan perusahaan Israel, seperti SodaStream, namun juga terhadap berbagai perusahaan raksasa non-Israel yang diyakini terlibat dalam penindasan terhadap warga Palestina.
Tiga Tuntutan Gerakan BDS Terhadap Israel
Tiga tuntutan utama dari gerakan BDS terhadap Israel, di antaranya adalah:
1. Agar Israel mengakhiri pendudukannya di wilayah Palestina di Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur.
2. Memberikan hak penuh kepada warga Palestina terhadap Israel.
3. Mengizinkan pengungsi Palestina untuk kembali ke rumah mereka.
Hingga kini, gerakan BDS ini telah meningkat dari sekadar tindakan boikot secara pribadi, seperti memboikot barang dan perusahaan tertentu. Kini, BDS menjadi Tindakan boikot global dengan menyerukan kepada pemerintah untuk menjatuhkan sanksi dan embargo terhadap Israel.
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Nur Hidayah Perwitasari