Menuju konten utama

Benarkah Minyak Telon Sudah Tak Direkomendasikan untuk Bayi?

Benarkah minyak telon berbahaya untuk bayi dan sudah tidak direkomendasikan lagi oleh dokter? Simak penjelasannya di artikel berikut ini.

Benarkah Minyak Telon Sudah Tak Direkomendasikan untuk Bayi?
Ilustrasi Bayi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Dokter spesialis dermatologi dan venereologi, Amanda Wardani tidak menganjurkan penggunaan minyak telon secara rutin kepada bayi. Mengapa demikian?

Minyak telon sudah sejak lama menjadi produk andalan orang tua untuk bayi. Alasan orang tua mengaplikasikan minyak telon pada kulit bayi biasanya agar bayi terasa hangat dan terjauh dari gigitan nyamuk.

Namun, menurut Amanda, hal ini tidak sepenuhnya benar karena untuk menjaga kehangatan tubuh bayi, orang tua dapat menggunakan pakaian yang hangat yang menutupi permukaan kulit.

“Nah, kalau Moms ingin memberikan kehangatan pada bayi, maka direkomendasikan untuk menggunakan baju yang hangat, bisa dengan lengan panjang atau celana panjang,” kata Amanda dalam salah satu video yang diunggah di laman Instagram @tentanganakofficial pada Selasa (12/9/2023).

Dia juga menjelaskan, alih-alih menghangatkan tubuhnya, bayi terkadang malah menyukai udara sejuk. Jika terlalu panas, ini akan meningkatkan potensi munculnya biang keringat yang akan membuat bayi tidak nyaman.

“Jangan salah bayi sebetulnya juga merasa nyaman di udara yang sejuk, kalau terlalu hangat atau panas, malah Moms harus memperhatikan apabila muncul biang keringat, karena anak bisa menjadi gatal dan juga tidak nyaman,” ungkapnya.

Minyak Telon Bahaya untuk Kulit Bayi Sensitif

Lebih lanjut dia memaparkan bahwa pengolesan minyak telon bisa berisiko anak mengalami dermatitis kontak atau iritasi yang biasanya terjadi pada bayi dengan kulit sensitif. Akibatnya kulit bayi bisa menjadi kering, bersisik, dan kemerahan.

Dalam keterangan unggahannya, Amanda juga menambahkan informasi bahwa minyak telon terdiri dari campuran 3 minyak, yaitu minyak adas, minyak kayu putih dan minyak kelapa.

Secara farmakologis, minyak tersebut memang mempunya efek menghangatkan melalui efek vasodilatasi pembuluh darah yang kemudian menimbulkan sedikit efek anestesi: melemaskan otot, memberi rasa nyaman (relaksasi), jika ‘dihirup’ (sebagai aromaterapi) dan dioleskan serta dipijat pada kulit.

Dermatitis kontak terjadi pada bayi umumnya karena komposisi minyak telon yang kurang tepat, misalnya minyak adas 30%, minyak kayu putih 30%, minyak kelapa 40% yang cenderung menimbulkan dermatitis kontak karena minyak adas 30% itu terlalu berlebihan (kandungan anethol bersifat iritan) dan minyak kayu putih 30% terlalu berlebihan (terlalu panas).

Selain itu, Amanda mengingatkan orang tua supaya tidak mengaplikasikan minyak telon atau bedak secara rutin setelah mandi.

Dia bilang, yang perlu orang tua lakukan adalah mengoleskan pelembab khusus untuk anak supaya kulit si kecil menjadi sehat dan merasa nyaman.

Bahaya Lain Minyak Telon

Minyak telon umumnya memiliki aroma yang cukup menyengat, ini adalah hal yang perlu dipertimbangkan orang tua ketika memutuskan untuk mengoleskannya kepada kulit bayi.

Pasalnya, menurut laman Prenagen, dalam sejumlah kasus aroma minyak telon bisa menyebabkan gangguan pernapasan pada bayi. Apalagi jika minyak telon tersebut mengandung bahan kimia berbahaya yang berisiko bagi kesehatan bayi.

Mungkin aroma minyak telon tertentu tidak berdampak buruk bagi orang dewasa, namun orang tua tidak akan tahu apa yang dirasakan oleh bayi.

Lebih lanjut dikutip Insider, National Capital Poison Center memasukkan minyak bayi ke dalam kategori hidrokarbon. Dengan kata lain minyak bayi termasuk ke dalam zat yang mudah terhirup dan jika terhirup dan tidak diobati dapat menyebabkan pneumonia atau bahkan kematian.

Brown dan Amstrong dalam artikel ilmiah berjudul Hydrocarbon Inhalation pada laman National Institute of Health (NIH) menjelaskan bahwa keracunan hidrokarbon mempengaruhi lebih dari 30.000 orang Amerika per tahun.

Sekitar 20 kematian per tahun disebabkan oleh keracunan hidrokarbon. Anak-anak di bawah usia lima tahun serta remaja terkena dampaknya secara tidak proporsional.

Baca juga artikel terkait MINYAK atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dhita Koesno