Menuju konten utama

Angka Irasional Mahasiswa Pascasarjana UNJ di bawah Promotor Djaali

Djaali telah membimbing 861 mahasiswa pascasarjana selama 2009-2017 dan meluluskan 843 mahasiswa selama 2010-2017.

Angka Irasional Mahasiswa Pascasarjana UNJ di bawah Promotor Djaali
Pengaruh Djaali masih bercokol di UNJ. tirto.id/Hafitz Maulana

tirto.id - Sesudah Prof. Dr. Djaali dicopot sebagai orang nomor satu di Universitas Negeri Jakarta pada 20 November 2017, Prof. Intan Ahmad sebagai pelaksana harian rektor bergerak cepat membereskan borok pengelolaan program pascasarjana.

Intan membentuk sebuah tim, dengan salah satu tugasnya mengevaluasi ulang lima disertasi para pejabat Sulawesi Tenggara yang terindikasi plagiat. Evaluasi ini diserahkan Intan kepada Senat UNJ.

Seiring itu, ada temuan terbaru terhadap praktik janggal dalam program pascasarjana UNJ. Berdasarkan dokumen yang diperoleh redaksi Tirto, Djaali meluluskan mahasiwa dalam jumlah irasional.

Sepanjang 2009 hingga 2017, sebelum dicopot sebagai rektor, Djaali membimbing 861 mahasiswa pada program Pascasarjana UNJ. Jumlah ini tergolong "tidak lazim" sehingga kuat dugaan Djaali melanggar Peraturan Menristekdikti 44/2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

Merujuk aturan ini, batasan pembimbing utama seorang dosen maksimal 10 mahasiswa dalam setahun (pasal 28 ayat 3). Dalam kasus yang menerpa Djaali, pada 2009 misalnya, ia membimbing 23 mahasiswa pascasarjana. Jumlah ini membengkak sampai 134 mahasiswa pada 2010, kemudin 197 mahasiswa pada 2010.

Temuan ini menguatkan indikasi program pascasarjana UNJ dipakai sebagai mesin anjungan proyek, sebagaimana redaksi Tirto merilis laporan tersebut pada 28 Agustus 2017.

Dalam laporan ini, Djaali termasuk di antara nama promotor dalam "kotak merah" karena meluluskan 843 mahasiswa pascasarjana selama 2010-2017.

Infografik HL Indepth UNJ babak tiga

Setelah Dicopot sebagai Rektor UNJ

Meski sudah dicopot sebagai rektor, aktivitas Djaali masih berseliweran di lingkungan UNJ. Ia kerap berkantor di lantai 5 Gedung Pascasarjana UNJ. Ruangannya bersebelahan dengan ruangan Direktur Pascasarjana yang kini dijabat pelaksana harian Prof. Dr. Ilza Mayuni.

Merujuk surat keputusan pemberhentian rektor yang diteken Menristekdikti Mohamad Nasir, semestinya Djaali sudah dilarang mengajar. Jabatan fungsionalnya sebagai guru besar sekaligus dosen pun ikut dicabut. Namun, Djaali tetap berkantor di UNJ.

Sebulan setelah ia dicopot sementara sebagai rektor UNJ pada 25 September 2017, reporter Tirto pernah menjumpai Djaali memasuki ruangan tersebut. Saat itu ada empat tamu, salah satunya berpakaian dinas PNS, menemui Djaali di ruang kerja.

Pengaruh Djaali agaknya masih kuat di UNJ. Sepanjang 2017, misalnya, Djaali diketahui membimbing 76 mahasiswa program pascasarjana. Jumlah ini lagi-lagi di luar batas lazim dosen pembimbing sesuai peraturan menteri.

Paling mencengangkan, ketika rekapitulasi data ini dikumpulkan, Djaali masih membimbing mahasiswa pascasarjana pada 2018. Berdasarkan SK Komisi Pembimbing dan Promotor, Djaali membimbing 79 mahasiswa dari pelbagai angkatan pada tahun ini.

Dikonfirmasi mengenai data terbaru ini, Ilza Mayuni menolak berkomentar.

Sementara Dr. Nurhattati Fuad, Ketua Gugus Penjaminan Mutu Pascasarjana UNJ, menolak menyampaikan pendapat saat dikonfirmasi oleh reporter Tirto. “Saya tidak punya otoritas untuk menyampaikan data apa pun tanpa seizin atau perintah pimpinan."

Adapun Ali Ghufron Mukti, Dirjen Sumber Daya Iptek & Dikti—yang pernah ditunjuk sebagai Ketua Tim Independen Dikti untuk menengahi temuan Tim Evaluasi Kinerja Akademik dan pihak UNJ—berkata mengetahui Djaali melakukan bimbingan mahasiswa dalam jumlah yang "irasional."

Namun, Ghufron berkata masih menunggu "bukti kuat" untuk mengarahkan temuan ini pada indikasi "jual beli ijazah" di lingkungan pascasarjana UNJ.

“Tergantung situasinya," dia bilang pada Senin lalu. "Kalau ada yang melampirkan dengan bukti-bukti kuat, akan [kami] tindaklanjuti."

Djaali, setelah tudingan kasus plagiarisme merebak sejak akhir Agustus tahun lalu, memilih bergeming dari sejumlah upaya konfirmasi redaksi Tirto. (Djaali hanya sekali pernah menerima wawancara reporter Tirto pada 14 Agustus 2017.) Berkali-kali dihubungi melalui telepon selulernya, berkali-kali pula ia enggan merespons.

Pada 24 Januari lalu, Djaali menegaskan kembali ogah diwawancarai oleh Tirto. “Masalahnya, Anda lain: lain kami ngomong, lain saudara muat,” ujarnya.

Baca juga artikel terkait PLAGIAT UNJ atau tulisan lainnya dari Arbi Sumandoyo

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Dieqy Hasbi Widhana & Mawa Kresna
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Fahri Salam