Menuju konten utama

Airlangga Ungkap Sebab Kemiskinan di Kota Lebih Tinggi dari Desa

Pemerintah akan mengevaluasi kembali stimulus yang telah digelontorkan, termasuk untuk masyarakat perkotaan.

Airlangga Ungkap Sebab Kemiskinan di Kota Lebih Tinggi dari Desa
Deretan permukiman penduduk dengan latar belakang apartemen di kawasan Muara Angke, Jakarta, Senin (1/7/2024). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.

tirto.id - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menilai kemiskinan di perkotaan jauh lebih tinggi ketimbang di pedesaan karena banyak masyarakat kota menumpukan hidupnya pada sektor jasa yang lebih rentan terhadap fluktuasi konsumsi masyarakat. Padahal, dari seluruh sektor usaha, industri manufaktur adalah yang paling tahan terhadap berbagai tantangan ekonomi yang terjadi.

“Sebetulnya, perkotaan itu kan sektornya sektor jasa kebanyakan, bukan sektor produktif atau dalam tanda petik manufaktur,” ujar dia, saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (25/7/2025).

Meski begitu, Airlangga mengaku akan mengevaluasi kembali stimulus yang telah digelontorkan pemerintah, termasuk untuk masyarakat perkotaan. Dus, diharapkan nantinya upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan melalui pemberian insentif akan berjalan dengan lebih tepat.

“Ya, tentu kita lihat antara event dan juga berbagai kegiatan. Nah, kita akan juga melihat terkait dengan kemarin kan ada juga stimulus-stimulus yang dikeluarkan. Dan ini tentu akan kita lihat lagi secara lebih detail,” sambungnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pada Maret 2025 jumlah penduduk miskin sebanyak 23,87 juta orang, setara 8,47 persen dari total penduduk. Jumlah penduduk miskin Maret 2025 ini mengalami penurunan setelah sempat melonjak pada September 2022 lalu, di mana saat itu mencapai 26,36 juta orang atau setara 9,57 persen dari total penduduk masuk dalam kategori miskin.

"Sejak Maret 2023 sampai dengan Maret 2025 kemiskinan berangsur mengalami penurunan," papar Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono, dalam Konferensi Pers di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Jumat (25/7/2025).

Jika dirinci, jumlah penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2025 sebesar 6,73 persen, naik dari posisi September 2024 yang hanya sebanyak 6,66 persen. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di pedesaan turun dari yang di September 2024 sebanyak 11,34 persen menjadi 11,03 persen.

Sementara itu, menurut Ateng, lebih banyaknya jumlah penduduk miskin di perkotaan didorong oleh penduduk kota yang sangat tergantung dengan harga pasar. Padahal, dalam beberapa waktu terakhir sebagian besar komoditi pangan seperti minyak goreng, cabai rawit, hingga bawang putih mengalami kenaikan harga.

“Yang kota kan sebagian besar tidak memproduksi sendiri. Sehingga, kenaikan harga tentunya akan berpengaruh terhadap daya belinya. Terutama untuk yang rumah tangga pada kelompok bawah ataupun miskin dan juga rentan miskin. Kalau rentan miskin kan dia daya belinya turun dia akan mudah, mudah untuk jatuh ke bawahnya,” jelas Ateng.

Baca juga artikel terkait KEMISKINAN atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Insider
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Dwi Aditya Putra