tirto.id - Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI), Abdul Kadir Karding, mengatakan akan melakukan kerja sama dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dalam menyiapkan tenaga kerja profesional untuk disalurkan ke luar negeri.
Hal tersebut disampaikan Karding usai melakukan rapat koordinasi bersama Mendikdasmen, Abdul Mu’ti, di Gedung Kemendikbud Ristek, Jakarta Pusat, pada Kamis (14/11/2024).
“Jadi kami sepakat untuk bekerja sama paling tidak dalam hal penyiapan tenaga kerja yang skill atau profesional untuk beberapa negara,” ujarnya kepada wartawan.
Karding mengatakan kerja sama ini diperlukan sebab masalah utama pelindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI) adalah mereka yang tidak memiliki kemampuan dan tidak memahami bahasa dari negara tujuan bekerja.
Oleh karena itu, pihaknya akan melakukan sosialisasi kepada sekolah-sekolah menengah kejuruan (SMK) yang dipilih oleh Mendikdasmen untuk mempersiapkan tenaga kerja profesional yang selaras dengan job order.
“Kami akan berusaha, job order yang ada ini kami sampaikan kepada sekolah-sekolah yang dipilih oleh beliau (Mendikdasmen) nanti, yang dipilih untuk menyesuaikan job order yang ada sehingga langsung bisa diterima dengan baik tanpa harus berkali-kali pelatihan,” ujarnya.
Karding juga berharap masyarakat yang telah berangkat menjadi tenaga kerja di luar negeri tidak pulang dengan kekosongan. Maka itu, ia akan menyiapkan pelatihan bagi para Purna PMI untuk menjaga kestabilan ekonomi dan menekan angka pengangguran.
“Kami juga minta tolong, bukan hanya mau berangkat minta pelatihan. Setelah pulang, mantan PMI ini [juga] butuh pelatihan skill, agar tidak menganggur, supaya mereka ekonominya tumbuh, keluarganya terurus,” ungkapnya.
Dia mencontohkan fenomena beberapa kondisi PMI yang pulang ke tanah air. Menurutnya, banyak pekerja yang berhasil memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya setelah bertahun-tahun bekerja di luar negeri. Namun, kata dia, juga ada beberapa yang mengalami kemalangan.
“Karena kan PMI yang pulang ini banyak hal ya, ada yang bagus-bagus, alhamdulillah bisa bangun ekonomi, ya bisa bangun kos-kosan, fotokopian dan lain-lain. Tapi yang tidak bagus juga ada beberapa ada yang pulang sudah bawa anak, pulang sudah cerai sama suaminya, pulang sudah cerai sama istrinya, anaknya judi online, narkoba,” kata dia.
“Yang kayak gini nih, harus [kalau] pulang itu tidak boleh miskin lagi, tapi harus masuk dulu pelatihan, ke tempat beliau (Kemendikdasmen) dan ternyata di tempat kuliah juga ada pelatihan-pelatihan itu,” sambungnya.
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Irfan Teguh Pribadi