tirto.id - Contoh cerpen pahlawan singkat mencakup berbagai kisah para pejuang bangsa yang dibalut fiksi hingga karya tindakan heroik tertentu pada masa sekarang. Simak beberapa contoh cerpen tentang pahlawan di dalam artikel ini.
Generasi masa kini bisa mengenang jasa para pahlawan melalui berbagai macam cara, salah satunya menulis cerpen. Misalnya, kegiatan membuat cerpen Hari Pahlawan pada 10 November yang bertujuan untuk menanamkan rasa cinta tanah air dan rasa hormat terhadap para pendahulu bangsa.
Cerita sejarah pahlawan Indonesia juga dapat menjadi media yang kuat untuk membangkitkan kesadaran terhadap pentingnya perjuangan para pahlawan. Dengan begitu, penulis maupun pembaca cerpen pahlawan bisa terus mengenang berbagai pengorbanan mereka.
Cerpen Sejarah Tentang Pahlawan
Kisah dalam cerpen pahlawan dapat merujuk kepada pengertian pahlawan pada masa lalu dan masa sekarang. Jika berbicara mengenai pahlawan pendahulu bangsa, tokoh biasanya merupakan sosok bersejarah.
Di sisi lain, cerita tentang pahlawan memiliki pengertian yang lebih luas seandainya menggunakan latar waktu masa sekarang. Siapa pun bisa menjadi pahlawan berdasarkan kemampuan, kontribusi, maupun perjuangannya di bidang keahlian masing-masing.
Berikut ini contoh cerpen pahlawan singkat dan inspiratif.
Cerpen 1: “Perjuangan Rafi dan Cerpen Kepahlawanan”
Di sebuah kota metropolitan terdapat perkampungan di tepian Sungai Binanga. Perkampungan padat penduduk itu tampak kumuh. Sampah berserakan di jalan-jalan tanpa tempat pembuangan yang layak. Lalat dan tikus menjadi teman sehari-hari warga, menciptakan suasana tidak sehat di sana.Namun, di tengah kondisi tersebut, ada seorang anak yatim piatu bernama Rafi yang hidup bersama neneknya. Meskipun hidup sulit, Rafi memiliki semangat dan tekad untuk menciptakan perubahan.
Setiap pagi sebelum sekolah, Rafi membersihkan sebagian perkampungan yang penuh sampah dan mencoba membujuk teman-temannya untuk ikut membantu. Meskipun banyak yang mengabaikan ajakannya, Rafi tidak pernah menyerah.
Suatu hari, Rafi menemukan buku kisah-kisah pahlawan Indonesia yang memberinya inspirasi. Ia mulai menulis cerpen tentang pahlawan yang memimpin perubahan untuk kebersihan lingkungan dan kesejahteraan warga. Rafi lantas membacakan cerpen itu di hadapan warga
Usaha Rafi akhirnya membuahkan hasil. Cerita yang dibuatnya telah menginspirasi banyak orang di perkampungan dan menggerakkan mereka untuk membersihkan lingkungan mereka.
Bersama-sama, mereka membersihkan sampah, memperbaiki saluran air, dan menciptakan tempat pembuangan sampah yang lebih baik. Dengan kerja keras dan semangat kepahlawanan, perkampungan itu berubah menjadi tempat yang lebih nyaman.
Rafi dan teman-temannya membuktikan bahwa pahlawan tak selalu harus menjadi tokoh besar. Mereka adalah pahlawan di lingkungan mereka, menunjukkan bahwa semangat kepahlawanan dapat mengubah situasi sulit, sejalan dengan makna Hari Pahlawan bagi Indonesia.
Cerpen 2: “Pahlawan Pendidikan: Perjuangan Sutarno untuk Desanya”
Dahulu kala di sebuah desa terpencil di daratan Nusantara, hiduplah seorang anak laki-laki yang bernama Sutarno. Ia berasal dari keluarga buruh tani yang hidup sederhana. Meskipun dalam keterbatasan ekonomi, ayahnya memiliki harapan besar pada Sutarno agar anaknya menjadi orang yang pintar dan berderajat tinggi.Namun, desa mereka yang terpencil di negeri antah berantah memiliki tantangan tersendiri. Meskipun dianugerahi kekayaan alam dan tanah yang subur, sebagian besar penduduk masih hidup dalam kemiskinan. Keluarga Sutarno adalah salah satu dari banyak keluarga yang merasakan kesulitan ekonomi.
Sutarno tidak membiarkan keterbatasan ekonomi menjadi penghalang dalam mengejar pendidikan. Ia adalah pahlawan pendidikan di desanya. Setiap hari, ia berjalan kaki beberapa kilometer ke sekolah, melewati hutan dan sungai, demi mewujudkan impian ayahnya. Meskipun harus mengatasi banyak rintangan, ia selalu berusaha semaksimal mungkin.
Sutarno bukan hanya rajin dalam belajar, tetapi juga berbagi pengetahuannya dengan teman-teman sekelas yang kesulitan memahami pelajaran. Ia menjadi guru kecil di desanya, membantu teman-temannya memahami pelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan di sana.
Suatu hari, desanya mendapat kunjungan seorang guru dari luar. Guru tersebut melihat potensi besar pada Sutarno dan membantunya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di kota. Sutarno pun berangkat dengan tekad untuk membawa perubahan positif bagi desanya.
Sutarno berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi dan kembali ke desanya. Ia mendirikan sekolah bagi anak-anak desa yang belum memiliki akses pendidikan.
Melalui usahanya, desa mereka mulai berubah. Banyak anak-anak yang dulunya hidup dalam kemiskinan, sekarang mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
Sutarno, sang pahlawan pendidikan, telah membuktikan bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengatasi kemiskinan dan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat. Ia adalah inspirasi bagi banyak orang dalam desanya, dan cerita perjuangannya akan terus dikenang dalam sejarah desa mereka.
Cerpen 3: “Mimpi Sang Kakek: Pahlawan Hutan di Perkampungan"
Di sebuah perkampungan yang terhampar di tengah hijaunya alam, hiduplah seorang kakek bijak bernama Pak Slamet. Setiap malam, ia duduk di bawah pohon tua, mendengarkan suara riuh angin dan hutan yang menyapanya.Suatu malam, dalam tidurnya, ia mendapat mimpi yang penuh makna. Ia bermimpi tentang hutan yang subur di sekitar perkampungannya yang semakin rusak oleh ulah manusia. Pak Slamet terbangun dengan perasaan cemas yang mendalam.
Mimpi itu terasa olehnya seperti pesan dari alam, mengingatkannya akan tanggung jawab untuk melindungi hutan.
Tak tinggal diam, Pak Slamet pun memutuskan untuk berbicara dengan penduduk perkampungan tentang kerusakan hutan yang terjadi. Meskipun awalnya mereka meragukannya, Pak Slamet berhasil meyakinkan mereka akan pentingnya menjaga hutan untuk generasi mendatang.
Bersama warga perkampungan, Pak Slamet memulai gerakan penyelamatan hutan. Mereka membersihkan sampah, menanam pohon-pohon yang telah ditebang, dan menghentikan praktik-praktik yang merusak alam sekitar.
Semangat kepahlawanan Pak Slamet merasuki setiap orang di sana. Mereka sadar bahwa mereka juga bisa menjadi pahlawan dalam upaya melindungi alam.
Perlahan tapi pasti, hutan di sekitar perkampungan mulai pulih. Tumbuhan hijau kembali tumbuh subur, dan satwa liar kembali ke habitat mereka. Masyarakat perkampungan mengalami perubahan besar, dari yang dulunya sering merusak alam, menjadi pelindung yang tekun.
Cerpen 4: “Harapan yang Tak Pernah Pudar”
Dahulu kala di sebuah desa kecil di Garut, hidup seorang gadis muda bernama Siti. Siti adalah seorang yang cerdas dan bercita-cita tinggi, tetapi hidup dalam keterbatasan. Di desanya, pendidikan bagi perempuan tidak dianggap penting.Akan tetapi, Siti memiliki impian besar untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Diketahui bahwa impiannya tersebut dipicu oleh cerita tentang Raden Ayu Lasminingrat, seorang wanita yang telah mendirikan sekolah perempuan pertama di Garut.
Dia mendengar cerita tersebut dari neneknya yang sangat mengagumi Lasminingrat. Ketika mendengar kisah inspiratif tentang Lasminingrat, Siti merasa terinspirasi dan memutuskan untuk mengikuti jejaknya.
Ia menyadari pentingnya pendidikan perempuan dan mulai berbicara kepada warga desanya tentang impian dan ambisinya untuk membangun sekolah bagi anak-anak perempuan. Meskipun awalnya banyak yang meragukan rencananya, Siti tidak pernah menyerah.
Berbagai upaya terus diperjuangkan oleh Siti. Siti mulai melakukan hal-hal yang kecil yang bisa dilakukannya. Perlahan namun pasti, akhirnya masyarakat tergerak dengan dengan usaha nyatanya.
Akhirnya, Siti dan warga desa mulai membangun sekolah kecil tersebut dari nol. Mereka menghadapi banyak rintangan dan tantangan, tetapi Siti tidak pernah kehilangan semangat. Ia menjalani perjuangan yang mirip dengan Lasminingrat, berjuang untuk hak pendidikan perempuan.
Bersama-sama, mereka berhasil membangun sekolah kecil tersebut, dan anak-anak perempuan di desa itu mulai mendapatkan pendidikan yang layak. Yang telah dilakukan Siti merupakan bukti bahwa harapan dan impian tidak pernah pudar, meskipun dihadapkan pada kesulitan dan keterbatasan.
Cerpen 5: "Mural Keberagaman”
Di sebuah taman yang terletak di tengah kota, terlihat sekelompok anak-anak bermain bersama. Mereka berasal dari berbagai latar belakang etnis dan agama yang berbeda, dan setiap harinya mereka berkumpul untuk bermain bersama.Ada Ali, seorang anak berkulit cokelat dengan rambut keriting hitam, yang berasal dari keluarga Muslim. Kemudian ada Maria, seorang gadis berambut pirang dengan mata biru yang cerah, yang berasal dari keluarga Katolik.
Selain itu, ada juga Raj, seorang anak laki-laki berkulit sawo matang, anak dari keluarga beragama Hindu. Mereka semua adalah teman-teman dekat yang tidak memandang perbedaan agama atau etnis mereka.
Ketika mereka bermain bersama, mereka menghadapi banyak tantangan dan petualangan. Mereka belajar untuk saling mendukung dan bekerja sama, meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Mereka juga belajar untuk menghargai perbedaan satu sama lain dan merayakan keberagaman dalam persahabatan mereka.
Suatu hari, mereka memutuskan untuk membuat proyek bersama. Mereka ingin menciptakan mural besar di taman yang menggambarkan keberagaman mereka.
Mural itu akan menjadi simbol persahabatan mereka dan pesan kepada dunia tentang pentingnya hidup bersama dalam damai meskipun berbeda.
Dalam proses pembuatan mural, mereka belajar lebih banyak tentang budaya dan tradisi masing-masing. Mereka berbagi cerita, makanan, dan tradisi keagamaan mereka. Semua ini membuat mereka semakin dekat dan memahami satu sama lain lebih baik.
Berkat persahabatan solid mereka, mural yang mereka bikin pun dapat diselesaikan dengan lancar. Mural itu pun menjadi karya seni yang indah sekaligus mencerminkan keberagaman mereka.
Taman itu menjadi tempat yang lebih indah dan berwarna, seperti persahabatan Ali, Maria, dan Raj.
Cerpen 6: "Perasaan yang Sama"
Aku melihat sekeliling gedung tersebut dengan seksama, seraya menyaksikan rombongan pasukan datang dengan persenjataan minim. Beberapa datang menggunakan kendaraan industri besar seperti truk, ada yang jalan kaki, dan ada yang menggunakan kendaraan tradisional pribadi. Kendati penuh rasa tegang, entah mengapa suasana yang terasa di hati kala itu juga cukup memuaskan.Beberapa bulan lalu, pemerintah Indonesia sudah menyatakan kemerdekaan negara dari pihak para penjajah. Menurut kabar yang kudengar dari anggota PETA yang sering nongkrong di warung kopi Bu Slamet, Indonesia akan terhindar dari berbagai pendudukan pihak Jepang. Bahkan, bisa mandiri untuk menjalankan pemerintahannya sendiri.
Kendati demikian, entah mengapa justru Belanda dan Inggris di bawah pasukan Sekutu malah kembali ke sini. Sebagai pria yang hanya berpakaian compang-camping, saya tidak dapat memberikan kepastian jawaban atas pertanyaan ini. Namun pastinya, Indonesia sedang terancam oleh bayangan masa lalu penjajahan. Menurutku, mereka berniat dan ingin mengambil lagi wilayah yang sudah benar-benar merdeka.
Meskipun saya hanya pengamat, entah mengapa kegeraman terhadap perilaku para anggota tentara asing itu selalu terasa. Setiap kali aku melihat wajah mereka, ingin rasanya menampar. Bahkan, kerap kali aku berkhayal ingin menyelengkat mereka dengan kakiku yang rapuh.
Kegeraman tersebut mungkin dirasakan juga oleh orang yang datang ke Hotel Yamato pada hari ini. Mereka mengatakan "Turunkan bendera Belanda" dan "Belanda dilarang mengibarkan bendera di sini", begitu kira-kira secara lantang yang kudengar sambil mengintip di belakang warung kopi.
Peristiwa itu berujung pada upaya masuk paksa masyarakat. Bahkan, ada juga yang memanjat tiang untuk merobek warna biru pada bendera pihak asing tersebut. Hasilnya, hanya tersisa warna merah putih layaknya bendera milik negara Indonesia.
Pertanyaannya sekarang, apakah perasaan semangat untuk mempertahankan kemerdekaan yang dirasakan olehku ini mendarah daging dan tanpa sadar dimiliki juga oleh masyarakat lainnya? Jika iya, berarti kita memang punya nasib, takdir, dan rasa sepenanggungan yang sama.
Cerpen 7: "Kenangan dari Masa Lalu"
Di samping kiri rombongan yang sedang berjalan menuju kota pengungsian, saya mengawal sambil memegang senjata manual berupa pistol, hasil pelucutan senjata pihak Dai Nippon.Sejak pertengahan Oktober tahun ini, situasi di Kota Surabaya memang sedang memprihatinkan. Setelah Jepang kalah dari perang dan Indonesia merdeka, pihak Inggris dan Belanda dalam satu nama Sekutu maupun NICA justru kembali lagi ke sini. Awalnya, pihak asing dari Eropa ini ingin melucuti sisa-sisa pasukan Nippon di Indonesia.
Konflik tak terhindarkan berupa percikan kecil pun terjadi saat itu. Bahkan, semakin besar sampai mengakibatkan tewasnya salah satu jenderal pemimpin dari pihak Inggris. Jenderal Mallaby tumbang pasca mobil yang ditumpanginya meledak pada 30 Oktober 1945. Pihak Sekutu pun merasa geram.
Sejak saat itu, perseteruan Pahlawan dan masyarakat Surabaya dengan para pihak tentara NICA tidak terelakkan. Adapun perjalanan mengawal para pengungsi yang saat ini saya kerjakan masih berkaitan dengan rangkaian sejarah tersebut.
Selesai menjalankan tugas pengawalan, saya langsung kembali menuju Surabaya untuk menjawab ultimatum Inggris. Perlu diketahui, ultimatum mengancam akan menghancurkan Surabaya pada 10 November 1945, jika arek-arek bersenjata di Surabaya tidak segera menyerahkan diri hingga tanggal 9 November 1945 pukul 18.00.
Mengingat negara sudah menyatakan kemerdekaan, kami selaku masyarakat menolak ultimatum, kemudian ingin mempertahankan kekuasaan dan kedaulatan Indonesia di negeri sendiri. Beberapa pahlawan dari kota lain juga ada yang datang untuk membantu kami.
Perang benar-benar meletus pada hari itu. Saya dan puluhan ribu pejuang lain menjadi korban dalam peristiwa peperangan tersebut. Akan tetapi, pihak lawan juga mengalami nasib buruk karena kehilangan ribuan prajurit.
Kendati sekarang saya dan beberapa pejuang yang gugur hanyalah sebuah kenangan masa lalu, namun semangat juang kami sudah sepatutnya harus menempel di generasi sekarang.
Kini kalian sudah merasakan kebebasan dari yang namanya bau darah maupun pengorbanan nyawa. Syukuri nikmat tersebut, hargai para pahlawan, dan kembangkan negeri agar menjadi lebih baik lagi.
Tirto telah menghimpun berbagai macam contoh cerpen, baik itu cerpen pahlawan atau tema-tema lainnya. Simak terus artikel yang menyajikan contoh cerpen melalui tautan berikut.
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Yuda Prinada
Masuk tirto.id






































