Menuju konten utama

60 Warga Palestina Tewas dalam Serangan Terbaru Israel di Gaza

Militer Israel kembali melancarkan serangan terhadap Kota Gaza dan wilayah Jalur Gaza pada Sabtu. Simak selengkapnya.

60 Warga Palestina Tewas dalam Serangan Terbaru Israel di Gaza
Posisi Tank Israel selatan di perbatasan dengan Jalur Gaza, memperlihatkan tank-tank dan buldoser Israel dikerahkan saat asap mengepul di atas bangunan-bangunan yang hancur di Gaza selama pemboman Israel pada 17 Mei 2025. (Foto oleh Jack GUEZ / AFP)

tirto.id - Otoritas kesehatan Gaza mencatat setidaknya 60 warga Palestina tewas dalam serangan yang dilakukan militer Israel pada Sabtu (20/9/2025). Militer Israel kembali melancarkan serangan terhadap Kota Gaza dan wilayah Jalur Gaza pada Sabtu, dengan menghancurkan terowongan bawah tanah dan melalui bangunan yang dipasangi jebakan.

Dilansir dari Reuters, kampanye militer Israel yang semakin intensif terhadap gedung-gedung tinggi di Kota Gaza dimulai pekan ini, bersamaan dengan operasi darat. Pasukan Israel, yang kini menguasai wilayah pinggiran timur Kota Gaza, terus membombardir kawasan Sheikh Radwan dan Tel Al-Hawa.

Dua kawasan tersebut merupakan kawasan strategis yang dapat membuka jalan menuju bagian tengah dan barat kota sekaligus tempat berlindung sebagian besar penduduk kota Gaza.

Dalam dua minggu terakhir, militer Israel sendiri mengklaim telah menghancurkan 20 blok menara di Kota Gaza. Media Israel juga meyakini bahwa lebih dari 500 ribu orang telah meninggalkan Gaza sejak awal September.

Namun kelompok militan Hamas, yang menguasai Gaza, membantah angka tersebut. Mereka mengatakan kurang dari 300 ribu orang yang telah meninggalkan kota, dan sekitar 900 ribu orang masih bertahan, termasuk para sandera Israel.

Serangan pada Sabtu (20/9/2025), terjadi saat 10 negara, termasuk Australia, Belgia, Inggris, dan Kanada, dijadwalkan secara resmi mengakui negara Palestina yang merdeka pada Senin esok, menjelang pertemuan tahunan para pemimpin di Majelis Umum PBB pekan depan.

Sejumlah negara tersebut menyebut bahwa pengakuan tersebut dimaksudkan sebagai tekanan diplomatik ke Israel untuk menghentikan serangan di Gaza, menghentikan pembangunan permukiman Yahudi baru di wilayah Tepi Barat dan untuk kembali ke meja perundingan dengan Palestina.

Menanggapi hal ini, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Israel tidak akan pernah melepaskan kendali keamanan atas Gaza maupun Tepi Barat. Senada, Amerika Serikat juga menentang keras langkah pengakuan yang dilakukan oleh sekutu-sekutu Eropanya.

Sebagai respons, Washington menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah pejabat Palestina, termasuk melarang Presiden Mahmoud Abbas dan tokoh-tokoh Otoritas Palestina lainnya menghadiri Sidang Umum PBB, dengan menolak atau mencabut visa mereka.

Baca juga artikel terkait JALUR GAZA atau tulisan lainnya dari Alfitra Akbar

tirto.id - Flash News
Reporter: Alfitra Akbar
Penulis: Alfitra Akbar
Editor: Anggun P Situmorang