tirto.id - Prinsip dasar akuntansi merupakan fondasi penting untuk menciptakan laporan keuangan yang akurat, lengkap, dan transparan. Setidaknya ada 5 prinsip dasar akuntansi yang diakui para ahli saat ini.
Prinsip-prinsip dasar akuntansi tersebut termasuk prinsip biaya historis, prinsip pengakuan pendapatan dan prinsip mempertemukan. Kemudian ada juga prinsip konistensi, dan prinsip pengungkapan penuh atau lengkap.
Contoh penerapan prinsip akuntansi bisa dilihat dari kasus sehari-hari yang umum terjadi dalam kegiatan rumah tangga perusahaan. Melalui penerapan prinsip, laporan keuangan dapat memuat informasi yang relevan dan akurat.
Laporan keuangan yang baik tentu dapat mendukung pengambilan keputusan secara tepat dan meningkatkan kepercayaan pengguna jasa.
Prinsip Dasar Akuntansi dan Penjelasannya
Hery dalam Akuntansi Keuangan Menengah (2019) menyebut bahwa prinsip akuntansi adalah pendekatan umum yang dipakai untuk mengakui dan mengukur peristiwa akuntansi.
Ada lima prinsip dasar akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi dan membuat laporan keuangan. Berikut daftar lima prinsip dasar akuntansi tersebut:
1. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)
Prinsip biaya historis juga disebut dengan prinsip objektivitas. Sesuai namanya, prinsip ini mempertimbangkan biaya historis atau nilai perolehan aset saat transaksi terjadi.
Artinya, suatu aset atau liabilitas akan dicatat dengan harga saat ia dibeli atau diperoleh. Melalui prinsip ini, laporan akuntansi menjadi lebih objektif dan lebih bisa dipercaya.
Hal ini karena harga yang tercatat dalam laporan akuntansi menunjukkan harga yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
2. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)
Prinsip pengakuan pendapatan adalah prinsip yang mengakui bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan barang atau jasa.
Zarah Puspitaningtyas dalam Dasar Audit Keuangan (2022) menyebut bahwa dasar yang dipakai untuk mengukur besaran pendapatan adalah jumlah kas atau ekuivalen yang diperoleh dari semua transaksi penjualan.
Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum mengakui pendapatan tersebut, yaitu:
- pendapatan sudah direalisasikan atau dilakukan;
- pendapatan sudah menghasilkan atau sudah terjadi.
Sedangkan, pendapatan dianggap menghasilkan jika perusahaan sudah melakukan kewajibannya untuk memperoleh hak atas kewajibannya itu.
3. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)
Prinsip mempertemukan adalah prinsip yang juga harus ada dalam pembuatan laporan akuntansi. Prinsip mempertemukan maksudnya adalah laporan keuangan mengakui bahwa uang yang masuk ke dalam kas sebagai pendapatan.
Prinsip ini diterapkan untuk menentukan penghasilan bersih setiap periode. Hal ini karena biaya yang dikeluarkan harus dipertemukan dengan pendapatannya.
Dengan kata lain, prinsip ini bertujuan untuk menciptakan hubungan sebab-akibat antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan oleh pendapatan tersebut.
4. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Prinsip konsistensi adalah prinsip yang mengharuskan perusahaan untuk menggunakan metode akuntansi yang sama dari tahun ke tahun (konsisten).
Prinsip ini diterapkan agar sebuah laporan keuangan bisa lebih mudah dibandingkan dengan satu sama lain.
Melalui penerapan prinsip konsistensi, sebuah perbedaan kecil akan segera diketahui karena perbedaan itu bukan karena selisih akibat menggunakan metode akuntansi yang berbeda.
5. Prinsip Pengungkapan Penuh/Lengkap (Full Disclosure Principle)
Prinsip pengungkapan penuh atau lengkap adalah prinsip yang mengharuskan laporan akuntansi menyajikan semua informasi secara kompleks dan mendalam.
Laporan akuntansi yang lengkap tentunya memudahkan para pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan yang tepat.
Contoh Prinsip Akuntansi
Kelima prinsip akuntansi dapat dijelaskan dengan beberapa contoh kasus. Menurut Indrastuti Ristiyani, dkk. dalam Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan Lembaga (2023) berikut beberapa contoh penerapan prinsip akuntansi dalam menyusun laporan keuangan:
1. Contoh Prinsip Biaya Historis
Sebuah perusahaan membeli 10 unit komputer dengan harga Rp65.000.000. Namun, perusahaan memperoleh diskon 20 persen dan hanya perlu membayar Rp52.000.000 untuk 10 unit komputer.
Maka, biaya yang harus dicatatkan dalam laporan akuntansi adalah Rp52.000.000.
2. Contoh Prinsip Pengakuan Pendapatan
Sebuah perusahaan real estate menjual properti dengan metode penjualan cicilan. Dalam metode penjualan cicilan, penerimaan kas terjadi dalam jangka waktu cukup lama karena diberikan sedikit demi sedikit secara berkala.
Kendati demikian, laporan keuangan bisa mencatatkan estimasi biaya pendapatan dari cicilan sesuai jangka waktu yang ditentukan. Pencatatan ini hanya bisa dilakukan dengan syarat risiko tertagihnya piutang tidak begitu besar.
3. Contoh Prinsip Mempertemukan
Sebuah perusahaan alat berat berhasil memperoleh pendapatan dari hasil menyewakan alat berat sebesar Rp650 juta.
Maka biaya tersebut akan dicatat dalam laporan keuangan dalam periode yang sama sebagai pendapatan terlepas dari potongan biaya pengantaran, biaya karyawan, dan biaya operasional lainnya.
4. Contoh Prinsip Konsistensi
Sebuah perusahaan menggunakan metode penyusutan garis lurus untuk menghitung penyusutan aset tetap.
Maka, di tahun berikutnya, perusahaan tersebut harus menggunakan metode yang sama untuk mengukur penyusutan aset, kecuali ada perubahan signifikan dalam situasi perusahaan.
5. Contoh Prinsip Pengungkapan Penuh/Lengkap
Sebuah perusahaan berkomitmen membayar utang besar ke pihak ketiga di masa depan sesuai dengan perjanjian yang dilakukan pada tahun 2019.
Maka, berpegang dengan prinsip pengungkapan penuh, saat pembuatan laporan keuangan di tahun berikutnya, informasi ini dapat diungkap ke dalam catatan kaki atau laporan keuangan.
Editor: Dhita Koesno