Menuju konten utama

Jenis-jenis Biaya Produksi dan Contohnya: Fixed Hingga Total Cost

Berikut ini penjelasan jenis-jenis biaya produksi beserta contohnya, unsur-unsur biaya produksi, hingga pengertian biaya produksi.

Jenis-jenis Biaya Produksi dan Contohnya: Fixed Hingga Total Cost
Warga binaan menjahit pakaian dipabrik konveksi yang didirikan di dalam Rumah Tahanan di Rutan Klas I Solo, Jawa Tengah, Kamis (16/9/2021). ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/foc.

tirto.id - Ada setidaknya 5 jenis biaya produksi yang selama ini dikenal di dunia usaha. Jenis-jenis biaya produksi tersebut dibedakan berdasarkan cara penghitungan dan kegunaannya. Lima jenis biaya produksi tersebut adalah fixed cost, variable cost, total cost, average cost, dan marginal cost.

Namun, sebelum mengetahui maksud dan contoh dari masing-masing jenis biaya produksi tersebut, penting untuk dipahami konsep dasarnya.

Pengertian biaya produksi adalah dana (biaya) yang mesti dikeluarkan oleh pelaku usaha karena diperlukan untuk membuat produk.

Dalam istilah di ilmu ekonomi, biaya produksi dimaknai sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi suatu barang.

Biaya produksi barang dan jasa tersebut bisa berupa pengeluaran yang bersifat eksplisit maupun implisit.

Adapun yang dimaksud dengan biaya produksi eksplisit ialah pengeluaran bersifat nyata yang dipakai oleh pelaku usaha (atau perusahaan) untuk membeli maupun menyewa jasa faktor produksi di kegiatan pembuatan produk.

Dengan demikian, biaya produksi eksplisit merupakan pengeluaran yang benar-benar terlihat perhitungannya pada kegiatan produksi. Misalnya, biaya tenaga kerja, biaya sewa gedung kantor, dan lain sebagainya.

Sementara itu, biaya produksi implisit bisa diartikan sebagai dana (biaya) yang tidak dikeluarkan secara langsung, tapi ia bisa dianggap sebagai pengeluaran. Sebagai contoh adalah penggunaan gedung milik pengusaha atau satu perusahaan untuk kegiatan produksi produknya.

Unsur-unsur Biaya Produksi

Secara garis besar unsur-unsur biaya produksi dapat dikategorikan menjadi 3 macam. Ketiganya ialah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead.

Unsur pertama dan kedua mudah dipahami karena setiap perusahaan pasti perlu membeli bahan baku sekaligus menggaji pekerjanya. Lantas, apa yang dimaksud dengan biaya overhead?

Biaya overhead merupakan pengeluaran yang digunakan untuk mendukung proses produksi. Adapun pengeluaran dalam kegiatan produksi yang termasuk dalam kategori biaya overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, transportasi, perawatan mesin, dan lain sebagainya.

Detail unsur-unsur biaya produksi bisa jauh lebih banyak dari ketiga macam di atas. Para pelaku usaha perlu bisa memetakan unsur-unsur biaya produksi.

Tujuannya agar biaya produksi dapat dihitung dengan tepat dan cermat. Apabila biaya tidak dihitung dengan teliti dan tepat, dampaknya harga penjualan barang bisa tidak sesuai dengan tujuan pengusaha untuk mencari untung. Dampak lainnya, harga barang juga bisa kemahalan dan sulit bersaing di pasar.

Unsur-unsur biaya produksi adalah sebagai berikut:

  • Bahan baku (baik bahan dasar maupun bahan setengah jadi)
  • Bahan-bahan pembantu (bahan penolong)
  • Upah pekerja (dari tenaga kerja, kuli hingga direktur).
  • Penyusutan peralatan produksi
  • Uang modal
  • Uang sewa
  • Biaya penunjang (biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan, dll)
  • Biaya pemasaran (biaya iklan, biaya distribusi, biaya promosi dll)
  • Pajak.

Jenis-jenis Biaya Produksi Beserta Contohnya

Sebagaimana diulas sedikit di bagian awal artikel ini, setidaknya ada 5 jenis biaya produksi yang umum berlaku di dunia usaha.

Kelima jenis biaya produksi itu adalah fixed cost (biaya tetap), variable cost (biaya tidak tetap), total cost, average cost (biaya rata-rata), dan marginal cost (biaya marginal).

Macam-macam jenis biaya produksi itu penting dipahami oleh seorang pelaku usaha supaya bisa menghitung nilai biaya produksi suatu barang/jasa secara tepat.

Penjelasan tentang maksud dari masing-masing jenis biaya produksi tersebut beserta contohnya adalah sebagai berikut.

1. Fixed Cost (FC)

Fixed cost (biaya tetap) merupakan biaya yang dikeluarkan secara periodik (rutin) dan tidak bergantung pada berlangsung atau tidak berlangsungnya produksi. Umumnya, fixed cost berkaitan dengan aset-aset perusahaan yang penting untuk kebutuhan jangka panjang.

Contoh fixed cost atau biaya tetap adalah:

  • Biaya gedung
  • Biaya administrasi
  • Biaya pajak
  • Biaya listrik
  • Biaya air.

2. Variable Cost (VC)

Variable Cost atau Biaya Tidak Tetap merupakan biaya dengan ciri pengeluaran tergantung pada jumlah produksi. Maka itu, makin banyak barang yang diproduksi bertambah besar pula variabel cost yang dikeluarkan.

Besaran variable cost dapat berkaitan dengan kondisi pasar. Misalnya, pada saat serapan pasar terhadap barang meningkat, bertambah besar pula nilai variabel cost yang harus dikeluarkan.

Contoh variable cost adalah:

  • gaji pekerja
  • biaya bahan baku utama
  • biaya pemasaran
  • biaya distribusi.

3. Total Cost (TC)

Sebagaimana namanya, total cost atau biaya total merupakan keseluruhan dari biaya produksi barang. Nilai biaya total didapat dari menjumlahkan nilai variabel cost dan fixed cost yang dikeluarkan di setiap periode.

Contoh total cost adalah:

Jika variabel cost adalah Rp1 miliar per bulan dan fixed cost sebesar Rp2 miliar per bulan, nilai total cost adalah hasil penjumlahan keduanya, yakni Rp3 miliar per bulan.

4. Average Cost (AC)

Average Cost disebut juga Biaya Rata-rata. Maksud dari average cost adalah nilai rata-rata biaya produksi di setiap periode. Cara menentukan nilai average cost adalah dengan menghitung angka total biaya produksi dibagi dengan jumlah barang yang dibuat.

Penentuan average cost ini penting karena bisa menjadi dasar penentuan harga jual barang (produk). Jadi, pelaku usaha perlu menentukan average cost secara cermat.

Jika harga produk/barang ditentukan dengan biaya variabel atau biaya tetap saja, pelaku usaha akan mengalami kerugian. Sebab, ada komponen biaya yang tidak terhitung.

Contoh average cost adalah:

Jika total cost dalam 1 bulan senilai Rp400 juta, dan kegiatan produksi menghasilkan barang sebanyak 400 buah, nilai average cost adalah hasil pembagian keduanya, yakni Rp1 juta.

5. Marginal Cost (MC)

Marginal cost atau biaya marginal adalah setiap pengeluaran tambahan yang dilakukan saat ada penambahan satu unit produksi.

Sekalipun marginal cost tampak mirip dengan variabel cost, kedua jenis biaya produksi ini berbeda. Perbedaan 2 jenis terletak pada waktu pengeluarannya.

Variabel cost dikeluarkan saat ada kebutuhan untuk meningkatkan skala produksi rutinan. Sebaliknya, marginal cost dikeluarkanuntuk kebutuhan ekspansi usaha.

Contoh marginal cost adalah:

  • Biaya pembelian mesin produksi baru
  • Biaya pembangunan pabrik baru
  • Biaya pembukaan cabang usaha.

Baca juga artikel terkait BIAYA PRODUKSI atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Iswara N Raditya