tirto.id - Investasi di berbagai jenis instrumen menjanjikan keuntungannya masing-masing. Investor bahkan bisa mendapatkan keuntungan berlipat ganda dari dengan menaruh uangnya untuk investasi tertentu.
Namun, ada dua hal yang perlu dipahami dalam berinvestasi yaitu tingkat imbal hasil yang ditawarkan (return) dan tingkat risiko (risk).
Mengutip lamanOJK, setiap investor memperlakukan risiko investasi dengan cara berlainan. Sebagian mereka ada yang siap mengambil risiko apa pun (risk taker). Sebaliknya, tidak sedikit yang masih ragu-ragu (risk moderate) atau sama sekali tidak berani menyambut risiko investasi (risk averse).
Risiko investasi pasti ada di setiap jenis investasi. Di samping itu, instrumen investasi yang diambil juga belum tentu cocok untuk semua orang. Inilah pentingnya investor mengenai profil risiko dari investasi yang akan dilakukannya.
Pengertian risiko investasi dan jenisnya
Risiko investasi adalah potensi kerugian yang bisa dialami investasi dalam aktivitas investasi. MengutipBank Raya, risiko ini terbagi atas risiko investasi sistematis (systematic risk) dan risiko investasi tidak sistematis (unsystematic risk). Penjelasan dan jenis dari masing-masing risiko investasi sebagai berikut:
1. Risiko investasi sistematis
Risiko ini merupakan tipe risiko eksternal yang tidak bisa dihindari atau dikendalikan oleh investor. Risiko tersebut mampu berpengaruh pada setiap efek dan tidak bisa dikurangi melalui diversifikasi. Jenis dari risiko investasi sistematis meliputi:
a. Risiko suku bunga
Risiko suku bunga hadir sebagai imbas dari kenaikan atau penurunan suku bunga. Imbas langsungnya yaitu berpengaruh pada pendapatan investasi.
b. Risiko inflasi
Inflasi menimbulkan risiko daya beli yang membuat peluang arus kas investasi memiliki nilai lebih rendah di masa depan akibat perubahan daya beli.
c. Risiko nilai tukas mata uang (valas)
Perubahan kontinu dari kurs valuta asing turut menjadi risiko investasi. Misalnya sewaktu mata uang melemah, maka nilai investasi turut terpengaruh.
d. Risiko komoditas
Risiko komoditas hadir karena terjadi perubahan harga komoditas tertentu. Umumnya hal yang memengaruhi adalah fluktuasi harga hingga permintaan dan penawaran.
2. Risiko investasi tidak sistematis
Risiko investasi ini dapat dikendalikan atau dihindari oleh campur tangan investor. Risiko investasi tidak sistematis diatasi melalui pembentukan portofolio investasi atau dengan diversifikasi. Jenis risiko tersebut meliputi:
a. Risiko likuiditas
Risiko likuiditas muncul karena kesulitan dalam penyediaan uang tunai pada periode tertentu.
b. Risiko reinvestment
Risiko reinvestment merupakan risiko yang muncul pada penghasilan aset keuangan. Dengan risiko ini, perusahaan wajib melakukan reinvest.
c. Risiko finansial
Risiko finansial dikaitkan dengan struktur pendanaan.
d. Risiko bisnis
Risiko bisnis memiliki kaitan dengan kondisi bisnis perusahaan yang menjadi tempat bagi investor menaruh investasinya.
Cara mengendalikan risiko investasi
Situs Wall Street Mojomenyebutkan, berbagai jenis investasi tetap bisa dikelola dan dikendalikan risiko investasi. Setidaknya ada tiga cara yang dapat dilakukan investor, meliputi:
1. Diversifikasi
Diversifikasi yaitu menyebarkan investasi ke berbagai jenis instrumen seperti saham, obligasi, emas, dan sebagainya. Investasi tidak hanya diletakkan di satu jenis instrumen saja. Dengan demikian, saat satu instrumen mengalami kerugian, maka instrumen lain masih berpeluang mendapatkan keuntungan
2. Berinvestasi secara konsisten (averaging)
Berinvestasi secara konsisten artinya menginvestasikan dalam jumlah kecil pada interval waktu tertentu secara teratur. Investor dapat mengukur rata-rata return dari investasinya.
Dirinya kadang membeli saat harga tinggi atau rendah, dengan tetap mempertahankan modal awal investasi. Saat nilai investasi naik di atas harga pasar, investor akan mendapatkan seluruh return investasinya.
3. Berinvestasi dalam jangka panjang
investasi jangka panjang dapat memberikan hasil lebih tinggi ketimbang memilih jangka pendek. Keuntungan umumnya mulai dipanen dalam jangka waktu lebih lama sekira 5, 10, atau 20 tahun. Contoh investasi jangka panjang adalah investasi emas.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Nur Hidayah Perwitasari