Menuju konten utama

3 Contoh Khutbah Iduladha Sedih tentang Orang Tua yang Bermakna

Simak contoh khutbah Iduladha tentang orang tua yang mengharukan ini. Berbagai referensi khutbah ini bisa jadi bahan renungan yang menyentuh & bermakna.

3 Contoh Khutbah Iduladha Sedih tentang Orang Tua yang Bermakna
ilustrasi orang tua dan anak membaca Al-Qur'an. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Menjelang hari raya Iduladha, tidak sedikit yang mencari khutbah Iduladha sedih tentang orang tua. Mengapa demikian?

Sebab, khutbah Iduladha sedih tentang orang tua cukup penting dan tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai yang selama ini ditanamkan. Barangkali, salah satu yang paling membekas ialah kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Namun selain itu, ada beberapa khutbah Iduladha sedih tentang orang tua lainnya yang bisa Anda simak melalui artikel ini. Di samping khutbah Iduladha tentang orang tua, artikel ini juga akan menyajikan khutbah Iduladha tentang pengorbanan.

Ilustrasi Orangtua Bahagia

Ilustrasi sungkem dengan orang tua. foto/istockphoto

Kumpulan Judul Tema Khutbah Iduladha tentang Orang Tua

Terdapat 20 contoh judul tema khutbah Iduladha tentang orang tua yang dapat disampaikan kepada para jemaah pada pada 10 Dzulhijjah kelak. Kumpulan khutbah Iduladha tentang berbakti kepada orang tua adalah sebagai berikut.

  1. Mengikuti Jejak Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim
  2. Nilai-nilai Luhur Pendidikan dalam Peristiwa Kurban
  3. Keutamaan Kurban bagi Orang-orang Beriman
  4. Hari Raya Kurban, Hari Raya Kepedulian Sosial
  5. Peristiwa Kurban sebagai Manifestasi Ketakwaan
  6. Renungan atas Perjalanan Iman Nabi Ibrahim
  7. Kurban dan Kemanusiaan
  8. Kiat Menjadi Orang Tua Saleh ala Nabi Ibrahim
  9. Orang Tua, Anak, dan Hikmah Kurban
  10. Mengupas Dua Dimensi Ibadah Kurban
  11. Manusia, Kurban, dan Haji
  12. Rahasia Bagaimana Nabi Ibrahim ‘Lulus’ dari Ujian Allah
  13. Makna dari Keistimewaan Nabi Ibrahim
  14. Meneladani Keteguhan Jiwa Nabi Ismail
  15. Tauhid, Iman, dan Kurban
  16. Hubungan Ibadah ‘Pengorbanan’: Kurban dan Haji
  17. Tiga Pelajaran Penting Hari Raya Iduladha
  18. Ibadah Kurban sebagai Sarana Pencerahan
  19. Kepatuhan Total pada Allah Lewat Hari Raya Idul Fitri
  20. Nabi Ismail dan Pengorbanannya

Contoh Teks Khutbah Iduladha tentang Orang Tua yang Sedih dan Mengharukan

Lebih lanjut, perhatikan dengan saksama beberapa contoh teks khutbah Iduladha tentang orang tua di bawah ini.

1. Rahasia Bagaimana Nabi Ibrahim ‘Lulus’ dari Ujian Allah

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

Kaum Muslimin-Muslimat jemaah Iduladha yang berbahagia.

Pertama-tama, marilah kita bertakwa kepada Allah SWT, yaitu menjauhi segala larangan-Nya dan melaksanakan segala perintah-Nya. Hal tersebut kita lakukan karena takwa merupakan nilai inti dalam berkurban. Allah tidak menerima daging atau darah dari hewan kurban, melainkan ketakwaan dari orang yang berkurban.

Takwa bagi generasi muda juga bisa dimaknai dengan meraih prestasi, kian rajin belajar, disiplin, unggul, rajin shalat lima waktu dan beribadah kepada Allah. Alhamdulillah, pagi hari ini kita semua dapat melaksanakan shalat Iduladha bersama-sama dan merayakan Iduladha dengan selamat dan sejahtera. Karena itu, mari kita bersama merenungi makna dan hakikat yang terdalam dari Iduladha.

Kaum Muslimin-Muslimat jemaah Iduladha yang berbahagia.

Apa makna dari Iduladha? Secara bahasa, 'îd memiliki makna hari raya, sementara adhâ bermakna hewan sembelihan. Artinya, pada hari ini kita diperintahkan Allah untuk berkurban dengan menyembelih binatang kurban untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Di samping itu, hari ini juga dapat disebut dengan hari raya haji, karena sehari sebelumnya umat Muslim yang berhaji melaksanakan wukuf di arafah. Hari raya Iduladha juga dinamakan dengan hari raya besar, idul kabir, lantaran mengingat peristiwa penting yang terjadi pada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Pada hari raya Iduladha kali ini, mari kita bersama-sama belajar dari keberhasilan Nabi Ibrahim. Dalam Kitab Nashoihul Ibad halaman 10, Imam Nawawi bin Umar Al Bantani Al Jawi mengisahkan tentang Nabi Ibrahim ketika ditanya, apa alasan utama Allah SWT mengangkat Nabi Ibrahim menjadi Khalilullah (kekasih Allah)?

Nabi Ibrahim lantas menjawab dengan tiga alasan. Pertama, Nabi Ibrahim selalu mendahulukan perintah Allah. Kedua, Nabi Ibrahim selalu tawakal kepada Allah. Dan ketiga, Nabi Ibrahim adalah pribadi yang senantiasa peduli terhadap orang di sekitarnya.

Rahasia pertama Nabi Ibrahim menjadi Khalilullah atau kekasih Allah adalah mendahulukan perintah Allah. Hal tersebut mengingatkan kita tentang kisah Nabi Ibrahim AS ketika diperintahkan Allah untuk menyembelih Nabi Ismail. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat as-Shaffat 102-111.

Sementara itu, Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Munir li Zuhaili juz 23 halaman 117 memaparkan bahwa ketika usia Nabi Ismail menginjak kira-kira 7 tahun (ada pula yang berpendapat 13 tahun), pada malam tarwiyah, hari ke-8 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim AS bermimpi mendapat seruan, “Hai Ibrahim! Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk menyembelih anakmu.” Lalu pagi harinya, Nabi Ibrahim pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu dari Allah SWT atau dari setan?

Kemudian, dari situlah tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah yang berarti berpikir atau merenung.

Pada malam ke-9 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim juga memimpikan hal yang serupa dengan sebelumnya. Pagi harinya, Nabi Ibrahim tahu dengan yakin bahwa mimpinya tersebut berasal dari Allah SWT. Dari sinilah hari ke-9 Dzulhijjah disebut dengan hari Arafah, yang artinya ‘mengetahui’, dan bertepatan pula waktu itu Nabi Ibrahim sedang berada di tanah Arafah.

Malam berikutnya lagi, Nabi Ibrahim kembali bermimpi yang lagi-lagi serupa. Maka, keesokan harinya, Nabi Ibrahim berniat untuk melaksanakan penyembelihan Ismail. Karena itulah, hari itu disebut dengan hari menyembelih kurban (yaumun nahr).

Nabi Ibrahim AS berterus terang kepada putra tercintanya, “Wahai, Anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi, aku diperintahkan Allah untuk menyembelihmu. Maka pikirkanlah, apa pendapatmu?” Ia (Ismail) menjawab, “Hai, Bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada Engkau, Insya Allah, Engkau mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Ahmad Ghalwasy dalam kitab Da'watut Rosul halaman 112 menjelaskan, ketika Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah bersiap untuk proses penyembelihan, Nabi Ibrahim bertakbir dengan menjalankan pisau pada tenggorokan Ismail, kemudian Allah SWT menyelamatkan Nabi Ismail. Allah tidak memperkenankan pisau yang dibawa Nabi Ibrahim melukai sedikit pun Nabi Ismail.

Allah SWT kemudian memanggil Ibrahim bahwa Ibrahim telah ‘lulus’ ujian dengan ketaatan Ibrahim dalam mendahulukan perintah-Nya. Nabi Ibrahim lalu melihat di depannya seekor domba putih besar yang dikirim Allah untuk mengganti Nabi Ismail sebagai sembelihan. Kemudian Ibrahim menyembelih domba tersebut untuk melaksanakan perintah Allah SWT.

Hikmah terpentingnya ialah bahwa secinta-cintanya kita, sebagai orang tua kepada anak, ketaatan kita pada Allah SWT tetaplah nomor satu. Dari perjalanannya yang panjang, dengan rentetan perjuangan dan ujian demi ujian, pada akhirnya Nabi Ibrahim mendapatkan kemenangan dan kesuksesan yang gemilang. Ia lulus dari ujian berat dari Allah SWT. Hingga kini peristiwa tersebut dikenang oleh Muslim sedunia agar ajaran Nabi Ibrahim menjadi teladan dan diamalkan oleh generasi masa depan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Li Allah al-Hamd.

Shalat di Rumah

Ilustrasi - Keluarga muslim bersama anak-anak membaca Al-Quran setelah melakukan shalat bersama di rumah. (FOTO/iStockphoto)

2. Peristiwa Kurban sebagai Manifestasi Ketakwaan

أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ اِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الْقَهَّارِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى نِعَمٍ تَتَوَالَى كَالْأَمْطَارِ وَأَشْكُرُهُ عَلَى مُتَرَادِفِ فَضْلِهِ الْمِدْرَارِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا مِنَ النَّارِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْمُخْتَارُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَفْضَلَ مَنْ حَجَّ وَاعْتَمَرَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الأَبْرَارِ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hadirin yang dimuliakan Allah.

Pada pagi yang cerah ini marilah kita panjatkan segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, dan kenikmatan sehingga kita dapat hadir dan berkumpul di tempat ini untuk menunaikan salah satu ibadah yang diperintahkan kepada kita sambil mengumandangkan kalimat-kalimat yang agung, takbir, dan tahmid, yang semuanya kita tujukan kepada keagungan dan kebesaran Allah SWT.

Shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberi petunjuk-petunjuk yang benar kepada kita, yang dapat dijadikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Dalam hidup ini, kita sering dihadapkan pada berbagai tantangan dan cobaan. Namun, sebagai umat Muslim, kita memiliki dua kunci penting untuk menghadapinya dengan bijak, yaitu sabar dan tawakal.

Sabar adalah sikap menahan diri dan mengendalikan emosi dalam menghadapi setiap cobaan. Sabar bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang membuat kita tegar dan kuat. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 153, “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Sementara di sisi lain, tawakal ialah meletakkan keyakinan sepenuhnya kepada Allah SWT. Ini berarti kita percaya bahwa segala yang terjadi adalah kehendak-Nya, dan kita berserah diri kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana yang diriwayatkan At-Tirmidzi, “Jika kamu semua bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Dia akan memberikan rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung; mereka pergi dengan perut kosong dan kembali dengan perut yang penuh."

Dalam menghadapi tantangan hidup, kita dapat mengambil contoh dari kehidupan sebelum kita. Nabi Ibrahim, misalnya, telah menunjukkan kesabaran dan tawakal yang luar biasa ketika diuji dengan perintah Allah untuk menyembelih putranya. Meski penuh rasa sakit dan berat hati, Nabi Ibrahim tetap berserah diri kepada Allah dan mempercayakan segalanya kepada-Nya. Sebaliknya juga Nabi Ismail yang merasa sabar, berbakti, dan mengerti perasaan sang ayah.

Maka ketika kita menghadapi tantangan, penting untuk mengingat bahwa setiap ujian adalah kesempatan untuk tumbuh dan memperkuat iman kita. Dengan sabar dan tawakal, kita dapat melalui setiap cobaan dengan penuh kepercayaan kepada Allah SWT.

Dalam mengaplikasikan sabar dan tawakal, kita juga perlu mengimbangi dengan usaha dan tindakan yang bijaksana. Kita tidak boleh hanya pasrah tanpa melakukan upaya untuk mengatasi masalah. Allah SWT menginginkan kita untuk berusaha sebaik mungkin, lalu setelahnya, mempercayakan hasilnya kepada-Nya.

Dalam mengakhiri khutbah ini, marilah kita selalu berpegang teguh pada sabar dan tawakal sebagai kunci menghadapi tantangan hidup. Dalam kesulitan, mari kita sabar dan bertawakal kepada Allah, yakin bahwa Dia akan memberikan yang terbaik bagi kita. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan dan kesabaran yang melimpah dalam menghadapi setiap ujian hidup. Aamiin.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الأَبْرَارِ يَا عَزِيْزُ بَا غَفَّارُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ. وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

3. Renungan atas Perjalanan Iman Nabi Ibrahim

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ .وقال أَيْضًا : وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَا عَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَن كَفَرَ فَإِ نَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah.

Ungkapan rasa syukur sudah seharusnya kita ungkapkan, alhamdulillah karena sampai dengan saat ini kita masih mendapat anugerah dari Allah SWT untuk tetap bisa menikmati dan menginjakkan kaki kita di atas bumi-Nya. Terlebih lagi, saat ini kita masih di berikan-Nya kesempatan untuk bertemu dengan hari raya Iduladha. Semoga semua ini mampu menjadi motivasi kita untuk terus-menerus meningkatkan dan memperkuat keimanan serta ketakwaan kita kepada Allah SWT.

اللهُ أَكْبَر ،اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ

Pertama, haji ini berbasis pada cerita Nabi Ibrahim yang kemudian diceritakan dalam Al-Qur'an. Ibrahim adalah seorang nabi yang cerdas dan merupakan anak seorang penjual patung (disebutkan nama ayahnya adalah Tarakh, ada yang menyatakan adalah Azar). Masa anak-anaknya dipenuhi dengan kisah-kisah ketaatan dan baktinya kepada kedua orang tuanya.

Di masa mudanya, Nabi Ibrahim suatu waktu mengalami keresahan; bagaimana mungkin patung bisa memberikan perlindungan sedangkan ia tidak bisa melindungi dirinya sendiri? Lalu Nabi Ibrahim mencari siapakah sebenarnya Tuhan yang telah menciptakannya, orang-orang di sekitarnya, dan seluruh alam semesta ini. Tatkala datang malam, Nabi Ibrahim memandang bintang, lalu ia menyangka bahwa itulah Tuhannya. Namun, tatkala bintang itu tenggelam, ia pun berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.”

Kemudian Nabi Ibrahim melihat bulan dan berkata, “Inilah Tuhanku.” Namun, tatkala sang bulan tenggelam, Ibrahim berucap, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.”

Lalu tatkala siang, Nabi Ibrahim melihat matahari, lalu berkata, “Ini Tuhanku, ini terlihat lebih besar”. Tapi tatkala sang matahari terbenam, ia berkata, “Wahai kaumku, sesungguhnya aku terlepas dari apa yang kalian persekutukan.”. Adapun kisah tersebut dikisahkan dalam Al-An’am ayat 74-78.

اللهُ أَكْبَر ،اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ

Hadirin rahimakumullah.

Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Ibrahim, sang kekasih Allah. Di antaranya adalah pertama, menyampaikan kebenaran walaupun itu tidak enak. Kedua, sabar dan tak berputus asa dari rahmat Tuhan.

Ketiga, anak dan semua yang ada adalah titipan, jangan pernah merasa bahwa itu adalah milik kita secara mutlak dan hakikat. Sebab, anak cukup berbakti kepada orang tua, bukan taat selayaknya kepada Allah SWT. Keempat, teguh pendirian dengan tidak mau tergoda oleh godaan setan. Tetaplah di jalan yang lurus, di jalan Tuhan. Dan terakhir, ‘menyembelih’ ego kita dan berbagi kepada sesama.

اللهُ أَكْبَر ،اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ

Hadirin rahimakumullah,

Inilah sedikit apa yang bisa saya sampaikan. Mudah-mudahan kita semua diberikan izin oleh Allah untuk berkunjung ke Makkah dan Madinah sebagai orang yang beriman dan bertakwa serta menjalani hidup kita dalam akhlak-akhlak yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ فِى اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، اِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ

Shalat Idul Adha Naqsabandiyah di Padang

Khatib menyampaikan khotbah Idul Adha jamaah Tarekat Naqsabandiyah di Surau Baru Pauh, Padang, Sumatera Barat, Sabtu (15/6/2024). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/wpa.

Demikian khutbah Iduladha sedih tentang orang tua yang terinspirasi dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk menyambut Hari Raya Iduladha. Semoga referensi khutbah Iduladha tentang pengorbanan orang tua di atas memberi bekal serta manfaat.

Baca juga artikel terkait IDUL ADHA 2025 atau tulisan lainnya dari Muhammad Faisal Akbar

tirto.id - Edusains
Kontributor: Muhammad Faisal Akbar
Penulis: Muhammad Faisal Akbar
Editor: Lucia Dianawuri