Menuju konten utama

Apakah Idul Adha Harus Minta Maaf? Simak Hukum & Penjelasannya

Saat Idul Adha banyak orang memberikan ucapan dan meminta maaf. Apakah Idul Adha harus minta maaf? Simak hukum & penjelasannya berikut ini.

Apakah Idul Adha Harus Minta Maaf? Simak Hukum & Penjelasannya
umat islam bersalaman usai melaksanakan salat idul adha di lapangan, matarm, lombok. tirto/tf subarkah

tirto.id - Idul Adha dirayakan setiap tanggan 10 Dzulhijjah. Pada tahun ini, Idul Adha berlangsung pada Jumat, Juni 2025. Apakah Idul Adha harus minta maaf? Simak hukum & penjelasannya.

Secara terminologi, Idul Adha berasal dari kata ‘id dan adha. ‘id berasal dari kata dasar ‘aada-ya’uudu yang artinya menengok, menjenguk, atau kembali. Sementara, adha memiliki makna kurban.

Berangkat dari terminologi tersebut, umat Islam menyebut Idul Adha sebagai Hari Raya Kurban. Ibadah berkurban dianjurkan untuk dilaksanakan oleh umat Islam pada tanggal 10-13 Dzulhijjah.

Berkaitan dengan ibadah kurban, Nabi Muhammad SAW mengimbau orang yang memiliki harta dan berkecukupan agar melakukan kurban. Hal itu tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW:

"Barang siapa yang memiliki kelapangan [harta], sedangkan ia tak berkurban, janganlah dekat-dekat tempat salat kami," (H.R. Ahmad, Ibnu Majah, dan Hakim).

Apakah Idul Adha Harus Minta Maaf?

Salah satu tradisi di Indonesia saat momen Idul Adha ialah bersalaman dan saling memaafkan. Dalam pandangan Islam, bersalaman dan saling memaafkan merupakan sikap dan perilaku yang terpuji.

Tidak ada waktu khusus untuk saling memaafkan, termasuk di momen Idul Adha. Sehingga, minta maaf pada saat Idul Adha, hukumnya tidak harus. Namun, pada prinsipnya ucapan minta maaf yang dibarengi dengan ucapan Idul Adha bagian dari bentuk tahniah.

Hal ini juga menggambarkan kebahagiaan dalam merayakan Idul Adha. Dalam kitab Hasyiyatul Jamal, mengucapkan tahniah pada perayaan Idul Adha merupakan perbuatan yang dianjurkan. Berikut keterangan kitab Hasyiyatul Jamal yang menganjurkan tahniah Idul Adha:

وَعِبَارَةُ الْبِرْمَاوِيِّ وَالتَّهْنِئَةُ بِالْأَعْيَادِ وَالشُّهُورِ وَالْأَعْوَامِ مُسْتَحَبَّةٌ

Artinya, “Ungkapan Al-Birmawi, ‘Ucapan selamat hari raya ‘Id, pergantian bulan, dan pergantian tahun dianjurkan.”

Kemudian, Syekh Said bin Muhammad Ba’asyin (ulama Mazhab Syafi’i) menjelaskan waktu pengucapan tahniah Idul Adha yang dimulai sejak Subuh hari Arafah (5 Juni 2025). Keterangan ini termuat dalam Buysral Karim Juz II:

والتهنئة بالعيد سنة ويدخل وقتها في عيد الفطر بمغرب ليلته وفي الأضحى بصبح عرفة كالتكبير وبالعام والشهر

Artinya, “Ucapan selamat (tahniah) hari raya ‘Id, pergantian tahun, dan pergantian bulan dianjurkan. Waktu tahniah untuk hari raya Idul Fitri berawal pada maghrib hari raya (malam takbiran). Sementara waktu tahniah untuk hari raya Idul Adha berawal pada Subuh hari Arafah seperti kesunahan takbir.”

Amalan di Hari Idul Adha

Pada hari Idul Adha, terdapat sejumlah amalan yang dianjurkan bagi umat Islam. Amalan ini dapat dilakukan mulai malam hari dengan membaca takbir, melaksanakan sholat Idul Adha hingga silaturahim.

Berikut amalan hari Idul Adha yang dapat menjadi referensi umat Islam:

1. Menghidupkan malam takbiran

Selain mengumandangkan takbir, umat Islam juga dapat menghidupkan malam Idul Adha dengan dzikir, shalawat, shalat malam dan lainnya. Momen tersebut juga termasuk salah satu dari waktu mustajab untuk berdoa.

2. Memakai wewangian dan pakaian paling bagus

Sebelum melaksanakan shalat Idul Adha, umat Islam dianjurkan untuk mandi terlebih dahulu. Kemudian, saat berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat Idul Adha, umat Islam juga dianjurkan untuk memakai pakaian terbaik yang dimiliki serta menggunakan wewangian. Kesunahan ini disamakan dengan melaksanakan shalat Jumat.

3. Jalan kaki ke tempat shalat Idul Adha

Hal ini dicontohkan oleh Rasulullah saat berjalan kaki ketika berangkat menuju ke tempat shalat Id. Selain berjalan kaki, Rasulullah juga memilih jalan yang berbeda saat pergi dan pulang melaksanakan shalat Idul Adha. Hal ini disampaikan oleh sahabat Ibnu Umar dalam sebuah hadis:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَخْرُجُ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا

“Rasulullah SAW biasa berangkat sholat ‘ied dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang juga dengan berjalan kaki.” (HR. Ibnu Majah)

4. Makan setelah shalat Idul Adha

Saat Idul Adha umat Islam dianjurkan untuk tidak terburu-buru sarapan. Jika memungkinkan, dianjurkan memakan daging kurban yang telah siap disantap.

5. Mempererat silaturahim dan bergembira

Saat hari raya, umat Islam dianjurkan untuk menunjukkan keceriaan dan mempererat silaturahim dengan mengunjungi sanak saudara.

Baca juga artikel terkait IDUL ADHA 2025 atau tulisan lainnya dari Sarah Rahma Agustin

tirto.id - Edusains
Kontributor: Sarah Rahma Agustin
Penulis: Sarah Rahma Agustin
Editor: Beni Jo