tirto.id - Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah golden age atau masa emas. Pada periode ini hampir seluruh potensi anak dapat berkembang dengan cepat. Lantas, apa saja karakteristik anak usia dini? Bagaimana cara mengembangkan potensinya?
Menurut penjelasan American Academy of Pediatrics--sebuah asosiasi profesional kesehatan anak Amerika Serikat--masa anak usia dini dimulai sejak sebelum lahir hingga usia 8 tahun.
Dalam beberapa tahun pertama kehidupan anak usia dini, terdapat lebih dari satu juta koneksi saraf baru yang terbentuk setiap detik. Itulah salah satu faktor pendukung perkembangan fungsi otak dan pertumbuhan fisik si kecil.
Karakteristik lumrah seorang manusia juga sudah mulai terlihat pada usia ini, yakni unik. Untuk itu, para orang tua mesti memperhatikan betul perkembangan anak pada masa emas ini.
Pengalaman dan kesempatan yang ditawarkan pada masa anak usia dini menjadi dasar bagaimana si kecil tumbuh, belajar, dan membangun kehidupan.
Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini
American Academy of Pediatrics merincikan perkembangan anak usia dini ke dalam beberapa tahapan, mulai sejak lahir hingga 12 bulan, kemudian berlanjut sampai usia 5 tahun.
Mulanya, pada usia 2 bulan, anak sudah bisa menampakkan ekspresi senang dengan cara tersenyum tipis. Misalnya, ketika orang tua mendekatinya.
Tahapan ini berlanjut ke usia 4 bulan, 6 bulan, hingga 5 tahun, yakni ketika anak usia dini sudah bisa mengikuti aturan sederhana dalam permainan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia juga punya modul yang menjelaskan karakteristik perkembangan anak usia dini.
Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini membagi perkembangan anak usia dini menjadi lima tahap, meliputi:
- Perkembangan Usia 0-3 Bulan dan 3-6 Bulan
- Perkembangan Usia 6-9 Bulan dan 9-12 Bulan
- Perkembangan Usia 12-18 Bulan dan 18-24 Bulan
- Perkembangan Usia 2-3 Tahun dan 3-4 Tahun
- Perkembangan Usia 4-5 Tahun dan 5-6 Tahun
Karakteristik perkembangan anak usia dini berdasarkan usia dapat disimak dalam penjelasan berikut ini.
1. Karakteristik Anak Usia 2 Bulan
Pada usia ini, anak sudah bisa memandang wajah orang tua, tenang saat diajak bicara, dan menampakkan ekspresi senang atau tersenyum tipis saat didekati.2. Karakteristik Anak Usia 4 Bulan
Saat mendapat perhatian dari ibu atau pengasuh, anak cenderung tersenyum. Pada usia ini, mereka juga mulai bisa tertawa kecil alias terkekeh.Sementara itu, ketika orang tua acuh, si kecil akan bergerak atau mengeluarkan suara untuk menarik perhatian.
3. Karakteristik Anak Usia 6 Bulan
Pada usia 6 bulan, si kecil sudah mampu membedakan antara wajah orang tua dan orang asing. Mereka juga mampu melihat bayangannya sendiri di cermin dan mengekspresikan kegembiraan dengan tertawa lepas.4. Karakteristik Anak Usia 9 Bulan
Karakteristik anak usia 9 bulan yang tampak jelas di antaranya adalah pemalu dan takut terhadap orang asing; mampu menampilkan ekspresi senang, sedih, marah, dan terkejut; menatap ibu saat namanya dipanggil; serta bereaksi saat ibunya pergi.5. Karakteristik Anak Usia 12 Bulan
Anak usia 12 bulan sudah mengenali dan mengikuti permainan sederhana yang diberikan orang tuanya. Misalnya, permainan sederhana sembunyi muka atau "cilukba".6. Karakteristik Anak Usia 15 Bulan
Pada usia ini, anak sudah bisa meniru anak lain saat bermain. Mereka pun mampu menunjukkan kepada orang tua sesuatu yang disukainya.Gerakan tangan dan kontak fisik si kecil mulai kompleks. Di antaranya seperti bertepuk tangan, memeluk, dan mencium orang tuanya.
7. Karakteristik Anak Usia 18 Bulan
Pada usia 18 bulan, aspek gerakan si kecil jauh lebih kompleks dibanding sebelumnya. Mereka sudah bisa menjulurkan tangannya untuk dicuci, membantu ibu ketika mengenakan pakaian untuknya, serta meraih tangan sang ibu saat hendak ditinggal.8. Karakteristik Anak Usia 2-3 tahun
Sejak tahun pertama hingga ketiga, anak memasuki usia yang disebut usia toddler. Tahapan perkembangannya cenderung berada pada aspek menanggapi atau merespons.Sebai misalnya, pada usia 2 tahun, anak sudah mampu merespons suatu keadaan. Misalnya, ketika ia sedang berjalan kemudian melihat orang lain terluka, ia akan berhenti sejenak.
Menginjak 2,5 tahun, si kecil sudah berani bermain bersama anak lain. Ia juga mulai caper dengan berusaha menunjukkan apa yang sedang dilakukan atau ditemukannya.
Anak usia 3 tahun sudah mampu menenangkan dirinya sendiri sekitar 10 menit ketika orang tuanya pergi. Misalnya, saat ia ditinggal di tempat penitipan anak.
9. Karakteristik Anak Usia 4 Tahun
Kemampuan yang dimiliki si anak sudah mulai kompleks pada usia ini. Di antaranya adalah mereka mampu bermain peran, mengucapkan permintaan kepada orang tua, menghibur orang lain, serta menghindari bahaya sederhana seperti melompat dari ketinggian.10. Karakteristik Anak Usia 5 Tahun
Anak sudah bisa mengikuti aturan sederhana dalam suatu permainan pada usia 5 tahun. Misalnya, bergiliran atau antre saat bermain gim dengan teman sebaya.Selain itu, si kecil juga mampu mengerjakan pekerjaan rumah sederhana seperti membersihkan meja setelah makan atau sekadar mencocokkan kaus kaki kanan-kiri.
Contoh Karakteristik Anak Usia Dini dan Cara Optimalkan Bakatnya
Anak usia dini lebih unik dan dibanding anak yang lebih besar. Untuk itu, guru dan orang tua mesti memahami mereka, kemudian menerjemahkannya dalam karakteristik pendidikan anak usia dini.
Berikut ini penjelasan terkait karakteristik anak usia dini dan cara mengembangkan bakatnya.
1. Unik
Pada dasarnya, hakikat manusia adalah individu yang unik. Lebih-lebih pada masa pertumbuhan.Anak usia dini mulai memunculkan sisi keunikannya dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik dalam aspek fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas, bahasa, dan komunikasi khusus.
Keunikan anak usia dini dapat terlihat, misalnya, dari respons spontan yang ditampilkannya saat melihat atau memegang sesuatu. Ada yang memasang muka marah, gembira, biasa saja, atau bahkan menangis sebab menginginkan benda yang dilihatnya.
2. Aktif
Karakteristik anak usia dini berikutnya adalah aktif. Mereka cenderung suka bergerak dan berinteraksi dengan lingkungannya.Anak usia dini biasanya ingin terlibat di berbagai ruang belajar, baik dalam maupun luar ruangan. Mereka juga aktif merespons suatu hal secara simbolis meskipun belum terstruktur.
3. Agenik
Agentik pada anak usia dini artinya mampu dan berkehendak untuk mengungkapkan pendapatnya.Para orang tua atau guru dapat menyikapi karakteristik ini dengan cara memberikan kesempatan kepada mereka untuk bersuara. Dengan begitu, anak akan merasa diakui dan dihargai di lingkungannya.
Secara khusus untuk sekolah dan guru, anak usia dini bisa diberikan kesempatan untuk berkolaborasi dalam merencanakan pembelajaran.
Praktiknya, hal ini sebenarnya sudah diterapkan di beberapa lembaga pendidikan. Salah satunya adalah Sekolah Alam Yogyakarta. Dengan kurikulum berbasis riset, anak-anak di sana dibebaskan untuk memilih sendiri topik yang ingin dikerjakan selama periode tertentu.
4. Kolaboratif dan Mudah Bersosialisasi
Anak usia dini cenderung mudah bersosialisasi dengan orang lain. Ini juga salah satu impak dari keinginannya untuk bersuara.Anak akan merasa gembira jika berkumpul dengan teman-temannya.
Guru bisa menjembatani karakteristik ini dengan cara merencanakan pembelajaran secara berkelompok. Sementara itu, orang tua dapat memfasilitasi keinginannya untuk berkumpul bersama teman sebaya di lingkungan sekitar.
5. Kreatif
Karakteristik ini bisa dilihat, misalnya, ketika anak mewarnai. Eksplorasinya terkait warna masih acak dan bebas, sehingga fenomena anak mewarnai gambar langit dengan corak merah atau bahkan hitam tergolong sesuatu yang lumrah.Orang tua atau guru tidak perlu khawatir terkait hal itu. Toh, tidak ada yang tidak mungkin. Dalam konteks warna tadi, misalnya, bagaimana jika langit pada malam? Bukankah sah-sah saja bila anak mempersepsikan gelapnya malam dengan warna hitam?
Secara umum, guru dan orang tua bisa mengembangkan karakteristik kreatif pada anak usia dini dengan memberikan kesempatan mengeksplorasi sesuatu. Tidak hanya perihal seni, melainkan juga materi pelajaran, sumber daya, dan ruang untuk menjelajahi.
6. Eksplisit atau Spontan
Pada usia ini, anak cenderung ceplas-ceplos. Secara terbuka, mereka mengungkapkan apa yang ada dipikirannya. Entah itu berupa pendapat, penilaian, atau keinginan.Untuk menyikapinya, guru dapat memberikan penjelasan secara gamblang pula kepada anak usia dini. Misalnya, hubungan antara tujuan pembelajaran dan prosesnya.
7. Kaya Bahasa dan Dialogis
Anak usia dini cenderung kaya bahasa dan suka berdialog. Meskipun belum sempurna dari segi struktur pengucapan kalimat, mereka mampu menjelaskan suatu hal dengan bahasanya sendiri.Agar anak-anak lebih memahami maksud Anda, baik guru maupun orang tua, sebaiknya gunakan bahasa yang mereka mengerti. Namun, sebelum itu tentu Anda harus mengerti pula bahasa yang ingin mereka gunakan.
Dialog penting untuk memungkinkan anak usia dini berbagi dan mengembangkan pemikiran. Melibatkan mereka dalam percakapan bermakna bisa menjadi salah satu opsi yang baik.
8. Cenderung kurang fokus
Kefokusan anak usia dini cenderung rendah, sering terpecah alias terdistraksi.Sebagai misal, pada suatu ketika anak tertarik pada mainan robot karena tetangga memilikinya, tetapi secara tiba-tiba berubah lantaran kakeknya menceritakan sesuatu yang lebih menariknya.
Karakteristik ini kerap membuat orang tua dan guru kebingungan. Namun, tidak perlu khawatir sebab ini merupakan sesuatu yang lumrah.
Anda cukup merespons dan memberikan umpan balik terhadap setiap pendapat terkait hal-hal yang dicobanya. Selain itu, biarkan mereka mencoba sesuatu yang baru dalam konteks positif.
9. Ceria dan suka bermain
Karakteristik anak usia dini yang paling kentara adalah ceria dan menyenangkan.Dalam konteks pendidikan, anak cenderung mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat jika menyukai bidang itu.
Untuk membuat anak menyukai sesuatu yang dipelajari, guru mesti kreatif. Salah satu caranya adalah dengan membuat program belajar yang menyenangkan.
10. Eksploratif dan selalu ingin tahu
Pada usia di bawah 8 tahun, anak cenderung suka menjajal hal baru. Ia ingin mengetahui lebih dalam terkait apapun yang menarik menurutnya.Untuk itu, para orang tua mesti responsif terkait apa yang ingin diketahui oleh anaknya. Sementara itu, guru dapat memberikan ruang dan waktu lebih banyak kepadanya untuk mengeksplorasi sesuatu hal.
11. Mudah frustrasi
Anak usia dini cenderung mudah merasa frustrasi jika sesuatu yang diinginkannya tidak lekas terwujud. Untuk itu, para orang tua dan guru sebaiknya tidak begitu saja membiarkannya.Alih-alih semakin mematahkan ekspektasi si kecil, guru dan orang tua dapat memberikan dorongan agar anak mencoba kembali apa yang dieksplorasinya.
Timbal balik bisa menjadi opsi lain agar anak memperoleh gambaran terkait apa yang harus dilakukan selanjutnya. Itu juga bisa Anda lakukan dengan cara memberi contoh.
12. Kurang Pertimbangan
Seperti dijelaskan di poin 10, anak usia dini suka mengeksplorasi sesuatu yang asing dan menarik baginya. Hal itu dilakukan bahkan tanpa pertimbangan apapun. Misalnya, anak suka bermain tanah berair meskipun itu membuat badannya kotor.Para orang tua perlu membatasi aktivitas si kecil jika itu berpotensi bahaya baginya. Namun, pembatasan ini tidak perlu mencakup semua kegiatan.
Sebaiknya para orang tua dan guru mendukung hal-hal yang bisa dilakukan si kecil. Jika Anda bisa mengawasi ketika sang anak bermain di luar ruangan, biarkan itu ia lakukan.
Editor: Addi M Idhom