tirto.id - Ketegangan antara Israel dan Iran terus meningkat setelah kedua negara saling menyerang tanpa adanya tanda deeskalasi. Israel melancarkan serangannya terhadap fasilitas nuklir Iran pada Kamis (19/6/2025) dan Iran meresponsnya dengan menarget rumah sakit di Israel pada malamnya.
Seturut pemberitaan Reuters, Pemerintah Amerika Serikat menyatakan bahwa Presiden Donald Trump akan memutuskan posisinya dalam konflik tersebut dalam dua minggu ke depan. AS kemungkinan besar akan memihak Israel, tapi hal itu dinilai masih belum pasti.
Sementara itu, utusan khusus Trump, Steve Witkoff, dilaporkan telah melakukan sejumlah percakapan dengan Menlu Iran, Abbas Araqchi, sejak pekan lalu.
Israel mengklaim serangan kepada Iran sejak Jumat lalu bertujuan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Di sisi lain, Iran sudah membantah rencana tersebut dan tidak memiliki niat demikian.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut bahwa Iran akan membayar harga mahal atas serangannya yang merusak rumah sakit Soroka di Beersheba.
"Apakah kami menargetkan jatuhnya rezim? Itu mungkin hasilnya, tetapi terserah kepada rakyat Iran untuk bangkit demi kebebasan mereka," kata Netanyahu dikutip Reuters, Jumat (20/6/2025).
Selain itu, juru bicara militer Israel, Brigadir Jenderal Effie Defrin, juga menuduh Iran sengaja menargetkan warga sipil dalam serangan rumah sakit tersebut karena penggunaan rudal yang menyebarkan bom-bom yang lebih kecil ke area yang lebih luas.
"Itu adalah teror yang disponsori negara dan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional," kata Defrin dalam konferensi pers.
Lebih jauh, pada Kamis malam, Israel kembali menyerang Teheran dengan target untuk melemahkan pemerintahan Ayatollah Ali Khamenei.
Netanyahu disebut ingin memaksa Iran membuat konsesi besar dengan menghentikan pengayaan uranium, mengakhiri program rudal balistik, dan menghentikan dukungan terhadap kelompok militan regional.
Hal lain, dalam menanggapi potensi keterlibatan pihak ketiga, Dewan Keamanan Nasional Iran menyatakan akan mengubah strategi militernya jika negara lain bergabung dalam konflik bersama Israel untuk berperang.
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Fadrik Aziz Firdausi