Menuju konten utama

Traveler Cerdas: Fokus ke Perjalanan, Bukan Dramanya

Liburan seharusnya bikin rileks, bukan ribet. Bagaimana sebaiknya menjalani liburan tanpa drama?

Traveler Cerdas: Fokus ke Perjalanan, Bukan Dramanya
Ilustrasi seorang perempuan sedang berlibur. FOTO/Shutterstock

tirto.id - “Kalau berangkat, pastikan bawa jaket tebal, ya. Jangan sampai masuk angin.”

Nisa membaca pesan ibunya dengan hangat sembari tertawa kecil. Sebagai traveler berpengalaman, ia merasa sudah cukup siap. Tiket dan visa sudah beres, itinerary penuh museum dan taman di Eropa Timur sudah tersusun rapi, dan koper 30 liter-nya tertata efisien dengan pakaian, toiletries, pouch berisi perlengkapan dandan ringan, dan sekotak kecil obat-obatan.

Dia merasa perjalanannya akan berjalan sesuai rencana, seperti yang sudah-sudah. Ada beberapa negara di Eropa Timur yang menarik perhatiannya sejak dulu, terutama Ceko, Polandia, dan Hungaria.

Sayang, manusia bisa berencana, nasib akan menertawakan.

Hari keempat di Budapest, Hungaria, Nisa mulai merasakan tubuhnya tak enak. Ia bangun pagi dengan tenggorokan perih, kepala berat, dan suhu tubuh yang mulai naik. Ia mengira itu hanya jet lag yang tertunda atau efek perubahan cuaca.

Tapi malamnya, suhu tubuh naik drastis yang membuat dirinya panik. Nisa memutuskan untuk mengunjungi klinik terdekat, dan hasil diagnosa dirinya ternyata sekadar kena flu.

“Lumayan, kenanya kalau dirupiahin sekitar 2,5 juta, “ ujarnya meringis. “Kayaknya itu bisa dibuat makan 6-7 kali di Eropa Timur kali, ya?”

Setelah beristirahat di hostel selama tiga hari, Nisa membaik. Tapi biaya liburannya jadi membengkak karena ada sakit mendadak ini. Dia harus menambah hari di hostel, dan karena tidak dipesan jauh-jauh hari maka harga per malamnya pun naik.

Cerita mirip dialami oleh Yudhi. Dia pergi ke Jepang bersama keluarga kecilnya untuk berlibur dengan tujuan utama: Disneyland. Putri kecilnya sudah melonjak kegirangan ketika dikasih kabar ini, beberapa bulan sebelum keberangkatan. Semua sudah diurus dengan rapi dan detail. Mulai visa, penginapan, hingga tiket Disneyland full-day.

Namun hari apes memang tidak pernah ada di almanak.

“Di hari kami seharusnya ke Disneyland, anakku demam, panas tinggi dan harus dibawa ke rumah sakit,” ujar Yudhi meringis.

Masalah klasik lain yang sering dialami oleh para traveler biasanya terjadi di bandara. Jadwal pesawat yang delay atau bahkan dibatalkan bisa membuat agenda liburan berantakan. Bagi pelancong solo, ini mungkin berarti harus merombak semua itinerary. Tapi bagi keluarga atau rombongan, efeknya bisa lebih luas—biaya akomodasi membengkak, tiket atraksi hangus, bahkan koneksi ke negara berikutnya bisa terlewat.

Belum lagi kalau bicara soal risiko kehilangan barang berharga? Dari dompet hingga paspor—benda-benda vital itu bisa lenyap dalam sekejap, entah karena keteledoran atau aksi kriminal. Dan ketika itu terjadi di luar negeri, prosesnya lebih rumit dibanding di rumah.

Persiapan Tanpa Drama

Untungnya, semua ini bukan akhir cerita. Dengan sedikit perencanaan dan langkah cerdas sebelum berangkat, kita bisa menghindari banyak kerumitan. Beberapa kawan memberikan tips, seperti selalu jaga kesehatan, tidak perlu memforsir fisik seperti berjalan terlalu banyak. Pilihan makanan juga sebaiknya dijaga, mengingat biasanya urusan makan di luar negeri bisa bikin perut bergejolak.

Selain itu, ada satu hal penting yang sering dilupakan para traveler, terutama yang merasa muda dan sehat: menyiapkan proteksi yang tepat sebelum berangkat.

Proteksi di sini bukan hanya soal masker, hand sanitizer, atau power bank cadangan. Ini soal proteksi menyeluruh terhadap risiko perjalanan—mulai dari kesehatan, kecelakaan, keterlambatan jadwal, hingga kehilangan barang. Traveler cerdas tahu bahwa asuransi perjalanan bukan beban, tapi bentuk antisipasi. Sebuah investasi kecil untuk memastikan liburan tetap menyenangkan, meski hal tak terduga terjadi.

Dengan asuransi perjalanan, Nisa seharusnya bisa hemat banyak. Yudhi pun bisa tenang membawa anaknya ke rumah sakit karena asuransinya menanggung biaya perawatan. Bahkan, jika koper kita hilang atau pesawat delay berjam-jam, ada kompensasi yang bisa meringankan beban secara finansial maupun emosional.

Beberapa penyedia asuransi perjalanan bahkan sudah menyediakan fitur digital yang memudahkan klaim secara online, layanan 24 jam, serta informasi rumah sakit dan kedutaan terdekat. Artinya, kita tetap punya kendali meski sedang di negeri yang asing.

Memilih produk asuransi perjalanan juga kini jauh lebih mudah. Banyak platform daring yang memungkinkan kita membandingkan paket, premi, hingga manfaatnya dalam beberapa klik. Dari paket standar hingga yang mencakup aktivitas ekstrem seperti ski atau diving—semua bisa disesuaikan dengan kebutuhan perjalanan.

Semua dimiliki oleh Zurich Travel Insurance yang menawarkan berbagai kemudahan dengan layanan bantuan darurat 24 jam, proses serba online, hingga polis terbit di hari yang sama.

Zurich Travel Insurance bisa memberikan biaya kecelakaan diri hingga Rp1,5 miliar, biaya medis dan darurat hingga Rp2,5 miliar, pembatalan dan perubahan perjalanan hingga Rp65 juta, kehilangan dan kerusakan bagasi dan barang pribadi hingga Rp30 juta, bahkan Zurich memberikan biaya pemulangan jenazah dan biaya terkait lainnya.

Tentu saja, kita semua tak ingin liburan terganggu dengan aneka masalah dan drama. Maka yang kita siapkan adalah perlindungan yang bisa memberikan keamanan dan kenyamanan.

Sebab yang paling penting adalah kesadaran bahwa liburan bukan soal pergi sejauh mungkin dengan biaya seminim mungkin. Liburan adalah soal menciptakan pengalaman yang membuat kita merasa hidup, menjalaninya tanpa merasa cemas dan terbebani. Dan untuk itu, perlindungan yang memadai adalah bagian dari item traveling yang tak boleh dilewatkan.

Sebagaimana kita merancang hari-hari di negeri orang dengan teliti maka menyisihkan sedikit waktu dan biaya untuk memilih proteksi perjalanan yang tepat adalah langkah cerdas yang akan kita syukuri nantinya.

Jadi, sebelum Anda mengepak ransel dan mencetak boarding pass, tanyakan satu hal sederhana pada diri sendiri: “Apa yang sudah saya siapkan jika hal tak terduga terjadi?”

Karena traveler cerdas bukan yang pergi paling jauh, tapi yang pulang dengan tenang—tanpa drama, tanpa stres, dan dengan sejuta kenangan yang membawa rasa bahagia.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis