Menuju konten utama

Tradisi Perayaan Natal di Malaysia, Mesir, & Negara Mayoritas Islam

Tradisi perayaan Natal di Malaysia dan Mesir serta negara mayoritas muslim berbeda-beda. Setiap negara memiliki ciri khas masing-masing. Temukan di sini.

Tradisi Perayaan Natal di Malaysia, Mesir, & Negara Mayoritas Islam
Pohon Natal Raksasa menghiasi di Mall Central Park, Tanjung Duren, Jakarta Barat, Senin (23/12/2019). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Tradisi perayaan natal di negara mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti Malaysia dan Mesir, berbeda-beda. Bagaimana tradisi dalam merayakan Natal di sejumlah negara tersebut?

Perayaan Natal di negara barat selalu identik dengan pesta bersama keluarga, gemerlap pohon natal dengan kado-kado di bawahnya, serta santa klaus yang memberi hadiah kepada anak-anak.

Perayaan Natal juga identik dengan lagu “Jingle Bells” yang sering diputar pada Hari Raya Natal. Catatan sejarah melaporkan bahwa lagu ini pertama kali dibawakan untuk kebaktian Thanksgiving di gereja ayah atau saudara laki-laki Pierpont.

Lain itu, perayaan Natal erat kaitannya dengan pohon cemara, yang dihias sedemikian rupa. Terdapat sejarah panjang yang bikin kenapa pohon cemara lalu dijadikan simbol Natal.

Merayakan Natal juga dilakukan dengan memberikan ucapan “Selamat Natal” kepada teman, kerabat, dan keluarga terdekat. Tradisi ini dilakukan di sejumlah negara.

Lantaran perayaan Natal tahun ini masih dalam kondisi pandemi, penting untuk memilih cara merayakan Natal serta mengisi liburan di tengah pandemi agar keluarga tetap aman dan sehat.

infografik sc natalan di negara mayoritas islam

infografik sc natalan di negara mayoritas islam. (tirto.id/Fuad)

Tradisi Perayaan Natal di Negara Mayoritas Islam

Setiap negara akan memiliki budaya, tradisi, dan kebiasaan turun-menurun yang berbeda-beda. Lebih dari 2 milyar penduduk di dunia merayakan natal.

Tidak hanya di negara barat, negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim pun turut merayakan Natal sesuai dengan tradisi mereka.

Berikut adalah tradisi perayaan natal di berbagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam.

  • Malaysia

Tanggal 25 Desember ditetapkan oleh Pemerintah Malaysia sebagai hari libur nasional. Gereja-gereja memiliki jadwal-jadwalnya sendiri dalam melakukan peribadahan. Acara di gereja pada perayaan Natal biasanya menghadirkan live music lagu-lagu Natal. Tidak hanya itu, pertunjukan drama Natal juga ditampilkan untuk menghibur dan menginspirasi jamaah gereja.

The Culture Trip menuliskan pasar Natal juga ada di Malaysia yang diperuntukkan bagi siapa saja yang sedang mencari hadiah atau oleh-oleh Natal untuk keluarga atau orang terdekatnya. Mereka menjual berbagai kerajinan tangan, pakaian, kartu ucapan, dan kuliner khas natal. Selain itu, perayaan Natal di Malaysia juga dapat terlihat dari hiasan-hiasan yang dipajang di mal dan tempat wisata lainnya.

  • Lebanon

Umat kristiani di Lebanon memiliki budaya sendiri dalam merayakan Natal. Mereka menanam biji buncis, biji gandum, kacang-kacangan dan terus menyiraminya sejak dua minggu sebelum Natal.

Saat Natal tiba, tunas-tunas tersebut akan ditempatkan di bawah pohon Natal atau di berbagai bagian rumah sebagai penanda kelahiran Yesus Kristus.

Umat kristiani di Lebanon sering kali berkumpul di rumah kakek-nenek atau putra tertua untuk merayakan Natal. Mereka menikmati hidangan nasi domba yang disebut dengan kibbeh, salad peterseli, dan makanan khas daerah lainnya bersama keluarga mereka.

Dilansir dariElan The Mag, orang-orang juga menarikan dabkeh, tarian tradisional Lebanon. Dabkeh dilakukan dengan bergandengan tangan membentuk lingkaran atau setengah lingkaran dan menari dengan iringan irama perkusi asli.

  • Indonesia

Di Indonesia, perayaan Natal dirayakan salah satunya dengan penayangan ibadah melalui beberapa saluran televisi. Lagu-lagu Natal populer di Indonesia adalah Malam Kudus yang merupakan terjemahan ‘O Holy Night’.

Umat Kristiani di Indonesia sering berkumpul bersama keluarga untuk merayakan Natal dengan saling bertukar kado. Santa Claus juga sangat terkenal di Indonesia dengan nama Sinterklass. Dilansir dari Why Christmas, kue terkenal saat Natal adalah nastar yang berupa kue kering dengan isian selai nanas, kastengel, dan kue Putri Salju.

  • Mesir

Gereja Koptik di Mesir merayakan Natal setiap tanggal 7 Januari. Hal tersebut sesuai dengan tradisi Orthodox. Selama masa menunggu dan persiapan untuk kelahiran Yesus Kristus atau disebut dengan masa Advent, masyarakat kristiani di Mesir menjalankan puasa dari daging, unggas, dan produk susu selama 40 hari.

Natal di sana dirayakan dengan mengunjungi kerabat, tetangga, dan teman-teman dekat mereka dilansir dari Elan The Mag. Pada umumnya, mereka membawakan oleh-oleh kahk, yaitu roti tradisional yang biasanya dimakan dengan sup yang disebut shorba.

  • Irak

Perayaan Natal di Irak berlangsung secara sederhana, tenang, dan khidmat. Pada malam Natal, anak-anak bergiliran membaca kisah kelahiran Yesus dari Alkitab berbahasa Arab. Anggota keluarga yang lain mendengarkannya dan menyalakan lilin.

Usai membacakan cerita, mereka menyalakan api unggun dari duri yang kering untuk memprediksi masa depan mereka di tahun yang akan datang. Jika duri berubah menjadi abu, maka itu pertanda bahwa mereka akan beruntung. Setiap orang kemudian melompati abu tersebut sebanyak tiga kali dengan mengucapkan harapan.

Ada pula tradisi ‘sentuhan kedamaian’ dilansir dariElan The Mag. Tradisi tersebut terjadi selama misa Natal di mana Uskup memberkati jemaat dengan meletakkan tangannya di atas anggota jemaat. Hal tersebut kemudian disalurkan kepada orang di sebelahnya. Proses ini berlangsung sampai setiap anggota di gereja telah menerima sentuhan tersebut.

Baca juga artikel terkait PERAYAAN NATAL 2019 atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yulaika Ramadhani
Penyelaras: Ibnu Azis