tirto.id - Psikotropika adalah jenis zat yang mampu memberikan efek halusinasi. Psikotropika sering dimanfaatkan dalam pengobatan dan terapi medis.
Setidaknya ada tiga jenis psikotropika yang dapat digunakan untuk terapi medis, mulai dari antidepresan, anti-kecemasan, hingga stimulan.
Melansir laman Badan Narkotika Nasional (BNN), psikotropika adalah zat atau obat yang bisa menurunkan fungsi otak, serta merangsang susunan saraf pusat.
Individu yang mengonsumsi psikotropika rentan mengalami halusinasi, ilusi, gangguan pikir, hingga mengalami perubahan mood atau suasana hati.
Psikotropika dianggap zat yang tidak boleh dikonsumsi tanpa resep dokter atau ahkan tidak boleh dikonsumsi sama sekali.
Selain efek sampingnya yang berbahaya, individu yang telah mengonsumsi psikotropika berisiko tinggi mengalami kecanduan dan ketergantungan obat-obatan.
Jenis dan Contoh Psikotropika
Psikotropika terbagi menjadi empat golongan, yaitu psikotropika golongan I, golongan II, golongan III, dan golongan IV.
Masih menurut BNN, pembagian golongan psikotropika ini berdasarkan tingkat risiko kecanduan yang dihasilkan.
Psikotropika golongan IV adalah yang paling rendah tingkat risiko kecanduannya. Sebaliknya, golongan III, golongan II, dan golongan I cenderung lebih tinggi secara bertahap.
Berikut keempat jenis dan contoh zat psikotropika berdasarkan golongannya:
1. Psikotropika golongan I
Psikotropika golongan I hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan. Jenis ini juga tidak digunakan dalam terapi pengobatan, dan potensi menimbulkan ketergantungan amat kuat.
Contoh psikotropika golongan I adalah:
- Methylenediozy-methamphetamine (MDMA) atau ekstasi
- Lysergic Acid Diethylamide (LSD)
- Dimethoxy-4-methylamphetamine (DOM atau STP)
2. Psikotropika golongan II
Psikotropika golongan II berguna untuk terapi pengobatan, serta untuk tujuan ilmu pengetahuan. Jenis ini memiliki potensi kuat menimbulkan ketergantungan.
Contoh psikotropika golongan II adalah:
- Amfetamin
- Fensiklidin
- Sekobarbital
- Metakualon
- Metilfenidat (Ritalin).
3. Psikotropika golongan III
Psikotropika golongan III berguna untuk pengobatan serta banyak digunakan untuk terapi, juga untuk tujuan ilmu pengetahuan. Potensi ketergantungan yang ditimbulkan oleh jenis ini masuk dalam kategori sedang.
Contoh psikotropika golongan III adalah fenobarbital (obat kejang) dan flunitrazepam (obat gangguan tidur).
4. Psikotropika golongan IV
Psikotropika golongan IV berkhasiat untuk pengobatan. Selain itu, jenis ini juga sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan.
Jenis psikotropika golongan 4 ini memiliki potensi ringan untuk mengakibatkan ketergantungan. Contoh psikotropika golongan IV adalah:
- Diazepam
- Klobazam
- Bromazepam
- Klonazepam
- Khlordiazepoxiase
- Nitrazepam.
Daftar 3 Jenis dan Manfaat Psikotropika untuk Terapi
Melansir WebMD, obat-obatan psikotropika yang digunakan untuk terapi, bermanfaat untuk mengobati gangguan kesehatan mental.
Ada tiga jenis obat psikotropika untuk terapi dengan kegunaan, manfaat, dan efek sampingnya masing-masing. Ketiga jenis obat psikotropika untuk terapi itu adalah:
1. Antidepresan
Jenis psikotropika ini digunakan untuk mengobati depresi. Jenis-jenis antidepresan yang paling umum adalah:
- Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), yaitu obat untuk meningkatkan jumlah serotonin di otak yang membantu mengatur suasana hati, kualitas tidur, pembekuan darah, dan memperlancar buang air besar (BAB).
- Selective norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs), yaitu obat untuk meningkatkan jumlah norepinefrin secara bertahap di otak agar penggunanya terus terjaga dan waspada.
- Bupropion, yaitu obat untuk meningkatkan aktivitas otak serta dapat digunakan untuk mengobati gangguan afektif musiman (SAD) hingga membantu berhenti merokok.
Perlu diketahui bahwa antidepresan tidak boleh digunakan sembarangan. Selain itu, penggunaan obat-obatan yang mengandung antidepresan juga bisa menimbulkan efek samping seperti:
- Muncul rasa kantuk
- Insomnia atau sulit tidur
- Sembelit
- Berat badan bertambah
- Mengalami permasalahan seksual
- Tremor
- Mulut menjadi kering
2. Obat anti-kecemasan
Obat anti-kecemasan digunakan untuk mengobati berbagai gangguan kecemasan, serangan panik, fobia, kecemasan umum, dan berbagai gejala terkait kecemasan.
Obat anti-kecemasan termasuk dalam jenis beta-blocker yang dapat membantu mengobati gejala fisik kecemasan, seperti meningkatnya detak jantung, mual, berkeringat, dan gemetar.
Beberapa contoh obat anti kecemasan adalah obat penenang dan obat tidur. Efek samping dari penggunaan obat anti kecemasan adalah:
- Penglihatan menjadi tidak jelas atau kabur
- Sakit kepala
- Terasa sangat lelah
- Mual
- Kebingungan
- Sering mengalami mimpi buruk
3. Stimulan
Psikotropika jenis stimulan dapat mengelola perilaku yang tidak terorganisir. Selain itu, jenis psikotropika ini juga dapat meningkatkan konsentrasi dan menimbulkan efek menenangkan.
Psikotropika jenis stimulan sering diresepkan untuk orang dengan gangguan attention deficit hyperactivity (ADHD). Efek samping stimulan di antaranya adalah:
- Insomnia
- Berkurangnya nafsu makan
- Berat badan berkurang
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Yonada Nancy