Menuju konten utama
Khutbah Idul Fitri 1444 H

Teks Khutbah Idul Fitri 2023 Menyentuh Hati: Saling Memaafkan

Teks khutbah Idul Fitri 2023 menyentuh hati dapat membahas tentang pentingnya saling memaafkan sesama manusia, terutama di momen Lebaran.

Teks Khutbah Idul Fitri 2023 Menyentuh Hati: Saling Memaafkan
Puluhan WNI mendengarkan ceramah seusai melaksanakan salat Idulfitri di pelataran Wisma Duta KBRI Beijing, Cina, Senin (26/6). ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie.

tirto.id - Teks khutbah Idul Fitri 2023 yang menyentuh hati bisa membahas tentang pentingnya saling memaafkan sesama manusia, terutama di momen Lebaran.

Umat Islam sebentar lagi akan merayakan Hari Kemenangan atau Hari Raya Idulfitri 1444 Hijriah. Berkaitan momentum ini, marilah kita saling memaafkan kesalahan yang telah dilakukan baik yang sengaja ataupun tidak kepada keluarga, teman, dan masyarakat.

Teks Khutbah Idul Fitri 2023 Menyentuh Hati: Saling Memaafkan

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.

الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ .فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Segala puji bagi Allah Swt. Selawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya hingga yaumulkiamah.Aamiin.

Hadirin kaum muslimin wal muslimat, jemaah Salat Idulfitri rahimakumullah,

Alhamdulillah, berkat nikmat iman, Islam, dan ihsan, pada hari ini kita dapat berkumpul dalam majelis salat dan khotbah Idulfitri 1444 H yang insyaallah dirahmati Allah Swt.

Dalam kesempatan ini, khatib akan menyampaikan khotbah tentang pentingnya saling memaafkan antar sesama manusia di hari yang fitri ini.

Hadirin kaum muslimin wal muslimat, jemaah Salat Idulfitri rahimakumullah,

Tidak terasa Ramadan 1444 H telah kita lewati selama sebulan penuh. Ramadan merupakan bulan yang mulia karena waktu tersebut umat Islam diwajibkan berpuasa hingga dianjurkan banyak melakukan amalan saleh.

Segala amalan baik di bulan Ramadan akan dilipatgandakan oleh Allah Swt., sebagaimana hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim sebagai berikut:

“Barangsiapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan, barangsiapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan 70 kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadan,” (HR. Bukhari dan Muslim).”

Hikmah dari bulan Ramadan di antaranya belajar menahan hawa nafsu, bersyukur, dan istikamah dalam beribadah. Salah satu keistimewaan lainnya dari bulan Ramadan adalah adanya ampunan atas dosa-dosa yang lalu sebagaimana sabda Rasulullah saw. dalam riwayat Abu Hurairah ra. sebagai berikut:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya:

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,” (HR. Bukhari).

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Hadirin kaum muslimin wal muslimat, jemaah Salat Idulfitri rahimakumullah,

Hadis riwayat Abu Hurairah tersebut menjelaskan secara sederhana bahwa setelah berpuasa sebulan penuh, dosa seorang muslim dihapuskan sehingga saat memasuki Idulfitri ia suci bagaikan kertas putih.

Namun, dosa-dosa yang dihapuskan itu adalah dosa kepada kepada Allah Swt. Lantas bagaimana dengan dosa kita kepada sesama manusia?

Sebagai makhluk yang memiliki hawa nafsu dan pikiran, manusia pasti tidak luput dari perkataan, perbuatan, atau tingkah laku yang menyakiti sesama, baik kepada keluarga, teman, maupun tetangga.

Maka dari itu, sudah selayaknya kita meminta maaf dan menerima maaf dari orang-orang di sekitar. Dengan demikian, semoga kita semakin diridai oleh Allah Swt di hari kemenangan ini.

Dalam Al-Qur'an, Allah Swt. berkali-kali berfirman tentang pentingnya saling memaafkan. Salah satunya dalam Surah Al-A’raf ayat 199, Allah berfirman:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ

Artinya: “Jadilah pemaaf, perintahlah [orang-orang] pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh,” (QS. Al-A'raf [7]: 199).

Bahkan, dalam Surah An-Nuur ayat 22 disebutkan bahwa saling memaafkan adalah sesuatu yang penting agar Allah Swt. juga mengampuni dosa-dosa kita.

Berikut redaksi lengkapnya:

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nuur: 22)

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Hadirin kaum muslimin wal muslimat, jemaah Salat Idulfitri rahimakumullah,

Masih banyak dalil yang menjelaskan tentang pentingnya maaf-memaafkan sesama muslim. Apalagi, muslim di Indonesia punya momentum khusus yang bisa dimanfaatkan untuk meminta maaf dan menerima maaf dari orang lain, yakni di Hari Raya Idulfitri.

Meminta maaf dan memaafkan seringkali menjadi sesuatu yang sulit dilakukan. Apalagi jika perkara antarmanusia itu sudah mengambang cukup lama. Di dalamnya bisa saja ada gengsi. Si fulan A tidak ingin meminta maaf terlebih dahulu. Sama halnya dengan si fulan B yang menunggu fulan A meminta maaf dulu.

Padahal, dalam hadis riwayat Ahmad, Rasulullah bersabda bahwa salah satu ciri penduduk surga adalah ia yang tidak pernah memupuk dendam.

Anas bin Malik ra. bercerita:

“Kami sedang duduk bersama Rasulullah saw., lalu beliau pun berkata, ‘Akan muncul kepada kalian sekarang seorang penduduk surga.’ Maka, munculah seseorang dari kaum Anshar. Jenggotnya masih basah terkena air wudhu, sambil menggantungkan kedua sendalnya di tangan kirinya. Tatkala keesokan hari Nabi saw. mengucapkan perkataan yang sama, dan munculah orang itu lagi dengan kondisi yang sama seperti kemarin. Tatkala keesokan harinya lagi [hari yang ketiga] Nabi saw. juga mengucapkan perkataan yang sama, dan muncul juga orang tersebut dengan kondisi yang sama pula. Tatkala Nabi berdiri [pergi] Abdullah bin Amr bin Al-Ash mengikuti orang tersebut lalu berkata kepadanya, 'Aku bermasalah dengan ayahku dan aku bersumpah untuk tidak masuk ke rumahnya selama tiga hari. Jika menurutmu aku boleh menginap di rumahmu hingga berlalu tiga hari?' Maka orang tersebut menjawab, 'Silakan.'

Abdullah bin Amr bin Al-Ash bercerita bahwa ia pun menginap bersama orang tersebut selama tiga malam. Namun, ia sama sekali tidak melihat orang tersebut mengerjakan salat malam. Hanya saja, jika ia terjaga di malam hari dan berbolak-balik di tempat tidur maka ia pun berzikir kepada Allah dan bertakbir, hingga akhirnya bangun untuk salat subuh. Abdullah bertutur, ‘Hanya saja aku tidak pernah mendengarnya berucap kecuali kebaikan.’

Dan tatkala berlalu tiga hari--dan hampir saja aku meremehkan amalannya--maka aku pun berkata kepadanya, ‘Wahai hamba Allah [fulan], sesungguhnya tidak ada permasalahan antara aku dan ayahku, apalagi boikot. Akan tetapi aku mendengar Rasulullah saw. berkata sebanyak tiga kali bahwa akan muncul kala itu kepada kami seorang penduduk surga. Lantas engkaulah yang muncul, maka aku pun ingin menginap bersamamu untuk melihat apa amalanmu yang bisa aku teladani. Namun aku tidak melihatmu banyak beramal. Lantas apakah yang telah membuatmu memiliki keistimewaan sehingga disebut-sebut oleh Nabi saw?’ Orang itu berkata, ‘Tidak ada kecuali amalanku yang kau lihat.’

Abdullah bertutur, ‘Tatkala aku berpaling pergi, ia pun memanggilku dan berkata bahwa amalannya hanyalah seperti yang terlihat. Hanya saja, ia tidak memiliki perasaan dendam dalam hati kepada seorang muslim pun dan ia tidak pernah hasad [iri dengki] kepada seorang pun atas kebaikan yang Allah berikan kepada yang lain.’ Abdullah berkata, ‘Inilah amalan yang mengantarkan engkau [menjadi penduduk surga, pen.] dan inilah yang tidak kami mampui.” (HR. Ahmad, 3: 166. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)

Demikianlah khotbah Salat Idul Fitri 2023 seputar saling memaafkan. Mari kita manfaatkan momentum Idulfitri ini dengan saling memaafkan antara satu sama lain sehingga memperkuat ukhuwah islamiyah. Semoga Allah Swt. menjadi rida atas amalan saling memaafkan yang kita lakukan. Aamiin allahumma aamiin.

جَعَلَناَ اللهُ وَإِياَّكُمْ مِنَ العاَئِدِيْنَ وَالفَآئِزِيْنَ وَأَدْخَلَناَ وَاِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. قَالَ تَعَالَى فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ اليُسْرَ وَلاَ يُرِيْدُ بِكُمُ العُسْرَ وَلِتُكْمِلُوْاالعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوْاالله َعَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2023 atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin