tirto.id - Syarat khutbah Idul fitri terdiri dari lima rukun. Pemenuhan rukun khutbah Idul fitri penting, terutama untuk mencapai keutamaan ibadah tersebut.
Seusai shalat idul fitri yang berjumlah 2 rakaat, umumnya disampaikan khutbah shalat id. Menurut mazhab Syafi'i, khutbah tersebut hukumnya sunnah, seperti shalat id. Kesunahan pelaksanaan khutbah shalat id ini meliputi penyampaian khutbahnya sekaligus didengarkannya khutbah tersebut oleh jamaah.
Dalam "Hukum Melaksanakan Shalat Idul Fitri Tanpa Khutbah" (NU Online), Alhafiz Kurniawan mengutip pendapat Imam Nawawi dalam Al-Majmu Syarah Al-Muhadzdzab, bawah setelah shalat idul fitri, khatib dianjurkan untuk menyampaikan 2 khutbah di atas mimbar.
Disebutkan, "jika telah naik ke atas mimbar, khatib menghadap jamaah dan memberi salam kepada mereka dan mereka menjawab salam tersebut. Khatib kemudian berkhutbah seperti dua khutbah Jumat, baik rukun maupun sifatnya. Hanya saja pada khutbah shalat idul fitri, khatib tidak disyaratkan untuk berdiri pada saat khutbah."
Khutbah Idul fitri memiliki syarat atau rukun pelaksanaan yang harus dipenuhi supaya dapat mencapai keutamaan sunnah. Dalam“Rukun-Rukun Khutbah dan Penjelasannya” (NU Online) oleh M Mubasysyarum Bih, rukun pelaksanaan khutbah Idul fitri adalah sebagai berikut.
- Memuji kepada Allah di kedua khutbah
- Membaca salawat kepada Nabi Muhammad di kedua khutbah
- Berwasiat dengan ketakwaan di kedua khutbah
- Membaca ayat suci Al Qur’an di salah satu daru dua khutbah
- Berdoa untuk kaum mukmin di khutbah terakhir
Dalam sumber hadis lain riwayat Imam Bukhari juga disampaikan perihal pelaksanaan khotbah Idulfitri sebagai berikut, “Sesungguhnya Nabi saw berdiri pada hari Idul Fitri, kemudian memulai shalatnya, lalu berkhutbah…”(HR Bukhari)
Tata Cara Khutbah Idul fitri
Penempatan khutbah Idul fitri ini berbeda dengan khutbah salat Jumat. Khutbah Idul fitri disampaikan setelah menyelenggarakan salat Id. Meskipun demikian, khatib berposisi sama, yakni lazimnya berdiri saat menyampaikan khotbah.
Jumlah khutbah shalat idul fitri dan shalat Jumat sama, disampaikan sebanyak 2 kali dengan dipisahkan duduk sejenak. Diriwayatkan Jabir, bahwa "Rasulullah saw. keluar pada hari Idul fitri atau Idul adha, beliau berkhotbah sambil berdiri kemudian duduk dan berdiri kembali," (H.R. Ibnu Majah).
Khutbah Idul Fitri Pertama
Khatib berdiri menghadap jamaah shalat Idul fitri sambil mengucapkan salam. Ia lalu menjalankan urutan khutbah Idul fitri berikut ini:
- Di khutbah pertama ini, khatib mengawalinya dengan membaca takbir (الله أكبر/Allahu Akbar) sebanyak 9 kali.
- Memuji Allah Swt., sekurang-kurangnya membaca "Alhamdulillah".
- Membaca salawat nabi, sekurang-kurangnya "Allahumma shalli 'ala [sayyidina] Muhammad".
- Berwasiat tentang takwa.
- Membaca ayat Al Qur'an.
Khatib kemudian menyampaikan khutbahnya, mengingatkan jemaah untuk menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, serta penjelasan lainnya mengenai topik khutbahnya. Setelah cukup, khutbah pertama diakhiri dengan duduk sejenak sebelum beralih ke khutbah kedua.
Khutbah Idul Fitri Kedua
1. Setelah bangun dari duduk sejenak, khotib memulai khutbah kedua dengan bertakbir sebanyak 7 kali.
2. Memuji Allah sekurang-kurangnya membaca "Alhamdulillah".
3. Membaca salawat nabi, sekurang-kurangnya "Allahumma shalli 'ala [sayyidina] Muhammad".
4. Berwasiat tentang takwa. Setelah itu, khotib dapat merangkum khutbah yang pertama atau langsung mendoakan kaum muslimin, yang kemudian diaminkan oleh jemaah salat Idul fitri.
5. Mengakhiri khutbah Idul fitri.
Hukum Mendengarkan Khutbah Idul Fitri
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa hukum khutbah Idul fitri ialah sunah. Hukum ini berlaku bagi ibadahnya, pelaksanaannya, dan orang yang mendengarkannya atau jemaah salat Idul fitri.
Oleh karena itu, jemaah salat Idul fitri sebaiknya tidak pulang sebelum mendengarkan khutbah untuk mendapatkan keutamaan ibadah sunah tersebut. Jemaah dapat mendengarkan khutbah Idul fitri dengan tenang dan saksama.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fitra Firdaus