Menuju konten utama

Tafsir dan Penjelasan Surat Al Ikhlas dalam Al Quran

Tafsir dan penjelasan surat Al-ikhlas merupakan bagian penting Al-Quran. Hadis sahih dari Rasulullah menyebutkan bahwa Al-Ikhlas adalah sepertiga Al-Quran

Tafsir dan Penjelasan Surat Al Ikhlas dalam Al Quran
Ilustrasi Islam. foto/Istockphoto

tirto.id - Tafsir dan penjelasan surat Al-Ikhlas atau surat ke 114 dalam Al-Qur’an seyogyanya dipahami setiap muslim. Surat ini sangat pendek, hanya terdiri dari 4 ayat sehingga kerap menjadi pilihan dalam bacaan salat setelah Al-Fatihah. Hampir semua umat Islam hapal surat ini karena ayat-ayatnya yang pendek dan mudah dilafalkan.

Surat Al-Ikhlas diturunkan ketika Nabi Muhammad SAW berada di kota Mekkah. Maka dari itu, surat Al-Ikhlas termasuk dalam golongan surat makiyah. Surat ini berisi masalah tauhid atau perihal mengesakan Allah SWT semata-mata sehingga sangat penting dipahami sejak dini.

Keutamaan membaca surat Al-Ikhlas setara dengan membaca sepertiga Al-Qur’an. Karena itu jugalah, dalam zikir pagi dan sore, diajarkan untuk membacanya beserta surat An-Nas dan Al-Falaq.

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat ini sebanding dengan sepertiga Al Quran," (H.R. Bukhari)

Isi dan inti surat ini adalah mengajarkan umat Islam tentang keesaan Allah, kita hanya layak menyembah Allah (tauhid), berharap hanya pada-Nya karena Ia Tuhan yang satu dan tidak ada sekutu-nya, pencipta semesta alam.

Asbabun Nuzul Surat Al-Ikhlas

Asbabun nuzul atau sebab turunnya ayat-ayat dalam surat Al-Ikhlas dijelaskan dalam salah satu hadis riwayat Imam Ahmad. Saat itu, ada beberapa orang musyrik yang datang kepada Nabi Muhammad SAW dan berkata:

“Hai Muhammad, terangkanlah nasab Tuhanmu kepada kami". Lalu, Allah menurunkan wahyu berupa surat Al-Ikhlas ini:

“Katakanlah, dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”

Sementara itu, pada riwayat lain, diterangkan sebab turunnya surat Al-Ikhlas seperti disampaikan sahabat Ikrimah, ia mengatakan ketika orang-orang Yahudi berkata: "Kami menyembah Uzair anak Allah".

Orang-orang Nasrani mengatakan, "Kami menyembah Al-Masih putra Allah". Orang-orang Majusi mengatakan, "Kami menyembah matahari dan bulan".

Orang-orang musyrik mengatakan, ”Kami menyembah berhala". Kemudian, Allah menurunkan firman-Nya kepada Rasul-Nya berupa surat Al-Ikhlas.

Tafsir dan Penjelasan Singkat Surat Al-Ikhlas

Berikut ini tafsir dan penjelasan singkat mengenai surat Al-Ikhlas dalam Al-Quran:

Penjelasan ayat 1:

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ

Bacaan latinnya: "Qul huwallahu ahad"

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah Yang Maha Esa”

Merujuk laman Kemenag, tafsir dari ayat ini adalah Allah adalah Satu dan Tunggal. Dia tidak mempunyai bandingan, wakil, saingan, yang menyerupai dan yang menyamai.

Lafal ini tidak boleh digunakan kecuali hanya kepada Allah sebab Dialah Yang Maha Sempurna dalam semua sifat dan perbuatannya.

Penjelasan ayat 2:

اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ

Bacaan latinnya: "Allahus shamad"

Artinya: “Allah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu”

Kata "Ash-Shamad" dijelaskan Ibnu-Abbas RA bahwa Allah adalah tempat semua makhluk menyandarkan diri atau bergantung dan berharap pada pemenuhan kebutuhan dan permasalahan mereka.

Penjelasan ayat 3:

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ

Bacaan latinnya: "Lam yalid walam yulad"

Artinya: “Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan“

Allah adalah pencipta semua makhluk dunia dan segala isinya di alam semesta. Sebagai pencipta, Allah tidak mungkin memiliki keluarga atau keturunan seperti anak, ayah, isteri.

Allah juga tidak mungkin diperanakkan atau dilahirkan dari seorang wanita, sangat jelas maknanya.

Penjelasan ayat 4:

وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

Bacaan latinnya: "Walam yakullahu kufuwan ahad"

Artinya: “Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan dia”

Makna dari "setara" adalah sejajar atau setanding. Sudah tentu, tidak ada satu pun yang setara dengan Allah SWT.

Dialah yang memiliki segala sesuatu dan Yang Menciptakan-Nya. Tidak mungkin Dia mempunyai tandingan dari kalangan makhluk-Nya, baik itu menyamai-Nya atau mendekati-Nya karena Dia Maha Tinggi lagi Maha Suci Allah dari semuanya itu.

Baca juga artikel terkait TAFSIR AL-QURAN atau tulisan lainnya dari Cicik Novita

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Cicik Novita
Penulis: Cicik Novita
Editor: Abdul Hadi