tirto.id - Surah Al Ikhas berisi mengenai ketauhidan terhadap Allah yang menjadi pondasi utama bagi setiap muslim.
Surah Al Ikhlas dalam Al-Quran merupakan salah satu surah yang memiliki berbagai keutamaan.
Salah satunya, surah Al-Ikhlas memiliki kandungan yang setara dengan sepertiga isi Al-Quran. Di dalamnya memuat bab mendasar dari ajaran Islam mengenai ketauhidan.
Tauhid menjadi pangkal akidah dan puncak keimanan. Tauhid berarti memberikan pengakuan atas keesaan atau tunggal-Nya Rabb, dan Dia memiliki nama Allah.
Dengan demikian, tauhid tidak mengenal adanya Tuhan yang lebih dari satu.
Surah ini menempati urutan ke 112 dalam Al Quran. Al-Ikhlas memiliki empat ayat dan diturunkan di kota Mekkah (Makiyah), setelah surah An-Naas.
Isi surah tersebut murni membicarakan mengenai Allah 'Azza wa Jalla, sehingga hal tersebut menjadi salah satu alasan penamaannya memakai kata "al ikhlas" yang bermakna "murni".
Surah Al-Ikhlas turun untuk menjadi jawaban bagi orang musyrik yang bertanya pada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam tentang nasab dan sifat Rabb (Tuhan).
Lalu, Allah pun menjawabnya dengan berfirman seperti yang tertulis pada surah Al Ikhlas.
Bacaan surah Al Ikhlas dalam bahasa Arab, latin, dan terjemahnya
Berikut ini bacaan surah Al-Ikhlas dalam tulisan Arab, latin, beserta terjemahannya.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
1. قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ
Qul huwallāhu aḥad
Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa
2. اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ
Allāhuṣ-ṣamad
Allah tempat meminta segala sesuatu
3. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ
Lam yalid wa lam yụlad
(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
4. وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ
Wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad
Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia
Tafsir surah Al Ikhlas
Pada ayat pertama surah Al-Ikhlas, Allah berfirman, "Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa".
Kata "Katakanlah" adalah perintah yang ditujukan bagi Nabi Muhammad dan umatnya.
Al Qurthubi mengatakan tentang ayat pertama ini bahwa Allah adalah Maha Esa yang tidak ada satu pun serupa denganNya, tidak ada yang sebanding dengan-Nya, tidak mempunyai istri dan anak, serta tidak ada sekutu bagi-Nya.
Selanjutnya, Allah memiliki sifat Ash-Shomad yang bermakna tempat meminta segala sesuatu.
Maksud ayat kedua tersebut, menurut Tafsir Ibnu Katsir dalam Tafsir Al Qur'an Al Azhim, yaitu seluruh makhluk memiliki ketergantungan kepada Allah dalam semua kebutuhan hingga permasalahan hidupnya.
Mengutip situs Takmir Masjid Ramadhan Malang, Abu Hurairah mengatakan bahwa arti Ash Shamad adalah segala sesuatu membutuhkan dan berkehendak kepada Allah, berlindung pada-Nya.
Sebaliknya, Allah tidak membutuhkan perlindungan pada sesuatu apa pun.
Sementara itu pada ayat ketiga Allah berfirman, "Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan."
Makna ayat tersebut adalah Allah tidak beranak dan Allah tidak memiliki sekutu. Ayat ini dengan tegas menolak pendapat seperti malaikat adalah anak perempuan dari Allah atau pun Nabi Isa merupakan anak Allah.
Terakhir, di ayat keempat Allah berfirman, "dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.
Makna ayat ini menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'di, adalah tidak ada kesetaraan apa pun dengan Allah dalam urusan nama, sifat, dan perbuatan
Keutamaan Surah Al Ikhlas
Keutamaan surah Al Ikhlas dapat ditemukan dalam hadis. Contohnya, surah Al-Ikhlas muatannya setara dengan sepertiga isi Al Quran. Dari Abud Darda’, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Apakah seseorang dari kamu tidak mampu membaca sepertiga Al-Quran di dalam satu malam?” Para sahabat bertanya, “Bagaimana seseorang (mampu) membaca sepertiga Al Quran (di dalam satu malam)?” Beliau bersabda: “Qul Huwallaahu Ahad sebanding dengan sepertiga Al Quran.” (HR. Muslim, nomor 811)
Salah satu sahabat Nabi Muhammad yang konsisten dzikir dengan surah Al-Ikhlas adalah Muawiyah bin Muawiyah Al Laytsi.
KH Mochammad Djamaluddin Ahmad, pengasuh Ponpes Bumi Damai Al-Muhibbin Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, seperti dikutip laman NU, mengatakan bahwa Muawiyah setiap keluar dan masuk rumah dirinya senantiasa membaca surah Al Ikhlas.
Kebiasaan lisan Muawiyah membaca surah ini juga dilakukan saat duduk, berdiri, dan di setiap keadaan.
Pada suatu hari, Muawiyah wafat usai menjalani perang Tabung. Ketika dirinya ingin pergi berperang, dia mengalami demam tinggi. Nabi Muhammad melarangnya dan Allah menakdirkannya meninggal saat perjalanan pulang ke Madinah.
Di waktu wafat tersebut, Nabi Muhammad menyaksikan 70 ribu malaikat turut berkumpul untuk mendoakan Muawiyah. Sinar matahari seakan tertutupi dan tampak redup.
Ibnul Qayyim dalam kitab Zaadul Ma'ad mengatakan bahwa Nabi Muhammad senantiasa membaca surah Al Ikhlas dan Al Kafirun pada shalat sunnah sebelum shalat subuh dan sholat witir.
Kedua surah tersebut telah mengumpulkan berbagai hal mengenai tauhid, ilmu dan amal, tauhid ma'rifat dan iradat (iradat), serta tauhid i'tiqad (kepercayaan) dan tujuan.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno