tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengingatkan bahwa tantangan global saat ini semakin kompleks. Hal ini karena adanya peningkatan risiko yang terus bertambah seperti tingkat inflasi yang tinggi, pertumbuhan yang lemah, kerawanan energi dan pangan, risiko iklim, dan fragmentasi geopolitik.
"Perang di Ukraina terus memperburuk krisis ketahanan pangan dan gizi global, dengan harga energi, makanan, dan pupuk yang tinggi dan mudah berubah, kebijakan perdagangan yang membatasi, dan gangguan rantai pasokan," kata Sri Mulyani dalam pidato pada pembukaan Pertemuan Ke-4 Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20/ Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meetings di Washington DC, dikutip Jumat (14/10/2022).
Dia melanjutkan bahwa lanskap energi global juga telah dibentuk kembali secara radikal. Pandemi dan perang di Ukraina telah membuat harga energi melonjak, mengakibatkan kekurangan energi dan masalah keamanan energi. Guncangan harga energi, bahkan telah mempengaruhi sebagian besar negara, tetapi negara-negara berkembang terutama negara-negara pengimpor energi menghadapi beban tertinggi.
Di sisi lain, pengetatan kebijakan moneter global terjadi secara lebih cepat dari yang diantisipasi, dengan banyak negara maju dan berkembang menaikkan suku bunga mereka secara signifikan. Hal itu menciptakan risiko limpahan di seluruh dunia.
Situasi perang, lonjakan harga komoditas, peningkatan inflasi dan suku bunga global, dan pengetatan likuiditas ini meningkatkan risiko utang yang tertekan yang tidak hanya terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah. Tetapi juga negara-negara berpenghasilan menengah dan bahkan maju.
Bendahara negara itu pun memperkirakan situasi global akan tetap sulit pada tahun 2022 dan mungkin dapat berlanjut hingga tahun 2023. Oleh karenanya dia menekankan bahwa tagline Presidensi G20 Indonesia yang mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger” akan tetap relevan.
“Kepemimpinan yang kuat dan tindakan kolektif yang cepat diperlukan untuk melindungi penghidupan mereka yang terancam punah sekaligus membawa dunia kembali ke pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif,” pungkas dia.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin