Menuju konten utama

Sri Mulyani Sebut Ekonomi Global Masih Dihantui Ketidakpastian

Situasi AS yang mengarah resesi ekonomi, konflik Timur Tengah, perang Rusia-Ukraina hingga ekonomi Eropa dan Cina belum pulih pengaruhi ekonomi global.

Sri Mulyani Sebut Ekonomi Global Masih Dihantui Ketidakpastian
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) didampingi Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (kanan) menyampaikan konferensi pers APBN KiTa edisi Mei 2024 di Jakarta, Senin (27/5/2024). ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/Spt.

tirto.id - Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan, perekonomian global masih dibayangi risiko ketidakpastian, terutama imbas ketidakpastian situasi ekonomi di Amerika Serikat. Hal ini tidak lepas dari risiko ekonomi AS mengalami pelemahan hingga risiko resesi, serta sentimen yang memproyeksikan Bank Sentral AS atau The Fed akan menunda pemangkasan suku bunga acuan.

“Dengan kejadian terbitnya data labor (tenaga kerja) di AS yang kemudian memperkirakan akan terjadi resesi, kemudian reaksi market yang sedemikian volatile-nya mengharapkan tentu dalam hal ini ekspektasinya Fed Fund Rate akan turun dan bahkan ada yang berspekulasi akan ada pertemuan emergency sebelum September. Ternyata belum terjadi, ini menandakan market begitu cepat berubah dari sisi psikologis berdasarkan issuancedata yang terjadi dan dampaknya luar biasa besar,” kata Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa, di Jakarta, Selasa (13/8/2024) sebagaimana dikutip Antara.

Saat ini, Bank sentral AS, The Fed, masih menahan suku bunga acuannya di level 5,25-5,50 persen. Pemerintah AS khawatir akan mengalami hard landing dengan situasi tingkat suku bunga yang masih tinggi beserta tingkat pengangguran AS yang naik tipis menjadi 4,0 persen.

Sri Mulyani menjelaskan, volatilitas perekonomian domestik AS menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan ketidakpastian ekonomi global terus berlanjut.

Berdasarkan laporan Departemen Tenaga Kerja AS terakhir, para pemberi kerja AS menambahkan 272.000 pekerjaan pada Mei 2024, lebih tinggi dari yang diperkirakan. Meskipun demikian, tingkat pengangguran naik tipis menjadi 4,0 persen.

“Namun kemarin dengan data yang muncul labor market agak soft mereka khawatir akan terjadi hard landing. Ini lah yang terjadi pada Minggu lalu yang menjelaskan volatilitas yang cukup besar dari sisi perekonomian AS yang berpengaruh getarannya ke seluruh dunia," ujar Bendahara Negara itu.

Sri Mulyani menjelaskan ketidakpastian tidak hanya akibat AS, melainkan juga kondisi pemulihan ekonomi Eropa dan Cina juga mempengaruhi global. Ia mengatakan, kondisi pemulihan Eropa dan Cina masih lemah dan rentan (fragile). Mereka menilai prospek pertumbuhan ekonomi China melemah di tengah krisis sektor properti serta mengingat situasi tensi dagang dengan AS.

Di sisi lain, Sri Mulyani mengatakan, peningkatan eskalasi konflik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina semakin memperparah pertumbuhan ekonomi global yang kian melemah.

Sebagai catatan, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2024 yang sebesar 5,05 persen secara tahunan (year on year/yoy) masih lebih baik dibandingkan negara lain, seperti China hingga Korea Selatan (Korsel).

Pertumbuhan ekonomi China tercatat 4,7 persen (yoy), Singapura (2,9 persen), Korea Selatan (2,3 persen), dan Meksiko (2,24 persen).

Baca juga artikel terkait APBN KITA

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Editor: Andrian Pratama Taher