tirto.id - Menteri Kebudayaan (Menbud), Fadli Zon, menyatakan, keterlibatan Presiden ke-2 Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 menjadi salah satu alasan untuk dipertimbangkan menjadi pahlawan nasional. Sebagai catatan, Soeharto, yang kala itu berpangkat letnan kolonel, ikut memimpin serangan merebut DI Yogyakarta dari Belanda saat Serangan Umum 1 Maret 1949.
"Dalam pengusulan, saya kira banyak [pertimbangan] ya. Beliau [Soeharto] memimpin Serangan Umum 1 Maret. Itu sebagai contoh, 1 Maret itu serangan besar," ucap Fadli usai menemui Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (5/11/2025).
Ia menilai, Serangan Umum 1 Maret merupakan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Sebab, serangan itu disebut sebagai salah satu alasan RI diakui dunia.
Menurut Fadli, Belanda kala itu tidak menganggap RI sebagai negara. Kemudian, Belanda menyerang Tanah Air pada 1 Maret 1949. Soeharto yang memimpin Serangan Umum 1 Maret 1949 disebut berjasa usai mempertahankan Indonesia kala itu.
"Itu kan menandakan Pak Harto sebagai komandan pertempuran Serangan Umum 1 Maret punya jasa di dalam kemerdekaan, perang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia," tuturnya.
Fadli turut menyinggung peran Soeharto saat Indonesia masih terlibat perang dalam negeri maupun dengan pihak asing.
"Belum lagi operasi pembebasan Irian Barat dan lain-lain. Jadi, ada, ada rinciannya. Nanti rinciannya kalau mau lebih panjang nanti saya berikan," ujar dia.
Sebagai informasi, warganet (netizen) menolak Soeharto menjadi pahlawan nasional. Netizen X/Twitter kompak membuat tagar #SoehartoBukanPahlawan.
Mayoritas netizen X mengingatkan sejumlah aksi kekerasan yang terjadi era Soeharto. Misalnya, Petrus 1984, penculikan aktivitas 1997, Tanjung Priok 1984, serta Kudatuli 1996.
Rentetan aksi tersebut tak cuma menimbulkan korban luka-luka, tetapi juga korban meninggal dari masyarakat sipil.
Penulis: Muhammad Naufal
Editor: Andrian Pratama Taher
Masuk tirto.id


































