Menuju konten utama

Kapan Waktu Mengerjakan Salat Sunah Hajat di Rebo Wekasan?

Tidak ada amalan Rebo Wekasan dalam Islam secara khusus. Namun, ada salat hajat dengan tujuan tolak bala yang dikhawatirkan, bisa ditunaikan kapan saja.

Kapan Waktu Mengerjakan Salat Sunah Hajat di Rebo Wekasan?
Warga mengikuti kegiatan Rebo Wekasan di Pantai Pondok Nongko, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (14/10/2020). Acara yang digelar setiap hari Rabu pada akhir bulan Safar itu guna mendoakan agar terhindar dari bala dan musibah ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/hp.

tirto.id - Sebagian masyarakat Jawa meyakini setiap Rabu terakhir di Safar sebagai Rebo Wekasan. Rabu Wekasan dipandang sebagai hari kesialan sehingga perlu melakukan ritual khusus atau amalan untuk menghindari malapetaka.

Salah satu pijakan yang digunakan dalam pelaksanaan Rabu Wekasan yaitu keterangan di dalam kitab Al Jawahir Al Khams. Di sana disebutkan mengenai adanya 320.000 musibah yang akan diturunkan setiap tahun di waktu Rebo Wekasan. Saat hari itu datang, umat disarankan untuk meminta keselamatan kepada Allah.

Kendati demikian, istilah Rebo Wekasan tidak ditemukan dalam syariah Islam, baik di hadis maupun Al-Qur'an. Amalan khusus Rabu terakhir di Safar, yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad atau para sahabatnya, juga tidak ada. Selain itu, mitos kesialan dalam bulan Safar juga telah dibantah langsung Nabi Muhammad melalui sabdanya pada beberapa hadis.

Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdiri lalu bersabda, "Sesuatu tidak dapat menular kepada sesuatu yang lain". Lantas, berkatalah seorang Arab Badui, "Wahai Rasulullah, terkadang unta yang berkudis lalu dimasukkan dalam kandangnya kemudian menjalar ke seluruh unta?" Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun menjawab, "Lalu siapakah yang menjadikan unta pertama kudis? Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya), tidak ada kesialan di bulan Safar, Allah telah menciptakan setiap yang bernyawa dan telah mencatat hidupnya, rezekinya, dan musibah-musibahnya.’” (HR Tirmidzi dalam Sunan no. 2143, hadis ini dinyatakan sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir 2/1278)

Berdasarkan hadis tersebut, tidak ada sama sekali kesialan di Safar. Artinya, amalan Rebo Wekasan dalam Islam juga tidak mempunyai dasar. Hadis yang terkait kesialan di Rabu terakhir setiap bulan merupakan hadis daif yang tidak bisa dijadikan petunjuk amalan.

Kendati demikian, ada beberapa amalan yang dilakukan pada Rabu Wekasan yang memiliki landasan syara' yaitu salah hajat af’il bala’ al-makhuf untuk menolak bala yang dikhawatirkan, atau salat sunah mutlak atau nafilah mutlaqah.

Kapan Waktu yang Tepat Salat Hajat Rebo Wekasan?

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, terdapat amalan atau ibadah salat sunah tolak bala. Ibadah tersebut adalah salat hajat af’il bala’ al-makhuf, untuk menolak bala yang dikhawatirkan, atau salat sunah mutlak atau nafilah mutlaqah.

Lantas, kapan waktu pelaksanaannya?

Salat sunah tolak bala, yang mencakup salat hajat af’il bala’ al-makhuf, salat sunah mutlak, atau nafilah mutlaqah, boleh dilakukan kapan saja, termasuk pada Rabu Wekasan. Akan tetapi, umat muslim tidak perlu mengaitkannya dengan ritual atau tradisi Rebo Pungkasan secara khusus.

Salat hajat boleh dilakukan kapanpun. Sementara itu, Rebo Wekasan untuk tahun ini tertanggal 27 Safar 1445 H atau bertepatan dengan 13 September 2023.

Pelaksanaannya mengikuti waktu kebolehan salat pada umumnya. Larangannya terletak pada waktu selesainya salat subuh hingga matahari terbit, sekitar 15 menit sebelum waktu salat Zuhur, atau setelah asar sampai masuk magrib. Salat ini dapat pula dilakukan pada waktu malam.

Niat Salat Hajat Tolak Bala dan Tata Caranya

Niat salat hajat dapat dikerjakan dengan dalam hati saja, atau bisa diucapkan lafalnya melalui lisan. Salat ini memiliki dua rakaat. Tata cara salat hajat sebagai berikut:

1. Niat shalat sunnah mutlak dua rakaat

أُصَلِّيْ سُنَّةً رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

"Ushallî sunnatan rak’ataini lillâhi ta’âla"

Artinya, "Saya niat shalat sunnah dua rakaat karena Allah taala."

2. Membaca Surah Al Fatihah dan surah lainnya

Membaca Surah Al Fatihah dan surah lainnya dalam Al-Qur'an yang dimampui, pada rakaat pertama dan kedua.

3. Membaca doa

Setelah salam lanjutkan dengan membaca doa.

4. Doa yang dipanjatkan mengikuti hajat dari orang yang melakukan salat.

Contoh doa selesai salat hajat sebagai berikut:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ. يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي قَدْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى. اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan Muhammad Nabiyyurrahmah. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap kepada Rabbku denganmu dalam kebutuhanku ini agar ditunaikan. Ya Allah, terimalah syafa’atnya untukku.” (HR Ibnu Majah no. 1385 dan Tirmidzi no. 3578. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

atau,

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، لاَ تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

“Tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah yang Maha Penyantun dan Mahamulia, Mahasuci Allah Rabb Arsy yang agung, segala puji milik Allah Rabb sekalian alam, aku memohon kepada-Mu hal-hal yang menyebabkan datangnya rahmat-Mu, dan yang menyebabkan ampunan-Mu serta keuntungan dari tiap kebaikan dan keselamatan dari segala dosa. Janganlah Engkau tinggalkan pada diriku dosa kecuali Engkau ampuni, kegundahan melainkan Engkau berikan jalan keluarnya, tidak pula suatu kebutuhan yang Engkau ridhai melainkan Engkau penuhi, wahai Yang Maha Penyayang di antara penyayang.”

Baca juga artikel terkait REBO WEKASAN atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Fadli Nasrudin