tirto.id - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro membenarkan bahwa upaya pemenuhan kebutuhan pangan Indonesia masih bertumpu pada beras yang sudah diterapkan dalam waktu yang lama.
"Ya kita dulu menekankan pada swasembada pangan kaya beras. Ya kaya kebablasan, semua harus dikonversi jadi pangan," ucap Bambang kepada wartawan usai memberi sambutan di Workshop Nasonal Fortififikasi Pangan di Hotel Ayana Midplaza pada Selasa (19/2).
Terlalu fokus pada beras membuat upaya pemerintah untuk memenuhi pangan dan menekan angka kekurangan gizi atau stunting menjadi persoalan tersendiri.
Untuk itu Bambang mengatakan dalam rangka menekan angka stunting serendah-rendahnya, pemerintah akan melakukan diversifikasi pangan. Tidak hanya bertumpu pada beras, pengembangan gizi melalui tepung terigu, minyak goreng, hingga garam akan dilakukan.
Sebab dalam menghadapi tingginya angka stunting, pemerintah dihadapkan pada pemenuhan gizi makro berupa protein, karbohidrat, dan lemak juga mikro berupa vitamin, mineral, hingga zat besi.
Ia pun memastikan bahwa pemenuhan kebutuhan gizi itu akan dilakukan dengan memperhatikan perilaku masyarakat setempat. Hal ini ditujukan untuk menghindari kesalahan pemenuhan gizi seperti menggalakkan pembukaan sawah di Papua saat penduduknya biasa mengonsumsi sagu.
"Jadi kami akan melihat bagaimana membuka perilaku dan kebiasaan makan masyarakat yang sesuai dengan daerahnya," ucap Bambang.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek pun mengimbau agar masyarakat yang sudah memiliki kebiasaan konsumsi tertentu juga terbuka pada diversifikasi. Seperti misalnya mulai mengonsumsi ikan di samping hanya daging merah atau putih saja.
"Kita perlu perubahan mindset ya," ucap Nila.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Irwan Syambudi