tirto.id - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengatakan hujan lebat yang membuat banjir di Jabodetabek pada 1 Januari 2020 telah berdampak terhadap aktivitas perekonomian di wilayah ibu kota.
"Banjir tentu saja sangat merugikan pengusaha nasional. Di satu sisi pelaku usaha mengalami kerugian karena kerusakan aset. Di sisi sales untuk produk konsumsi yang bersifat kebutuhan non-primer juga menjadi turun," jelas Wakil Ketua Apindo Shinta Kamdani kepada Tirto, Jumat (3/1/2020).
Ia menjelaskan, banjir membuat sejumlah sektor usaha seperti retail, logistik dan perhotelan di ibu kota dan sekitarnya lumpuh. Bahkan kerugian di sektor retail bisa dibilang yang paling parah karena aktifitas penjualan ritel menjadi sangat terganggu akibat banjir.
"Banyak sentra-sentra ritel yang aksesnya tertutup karena banjir sehingga baik penjual maupun pengunjung tidak beraktifitas. Ini belum menghitung kerugian bila banjir sampai masuk ke pusat perbelanjaan," paparnya.
Ia menjelaskan, apalagi ketika banjir, konsumsi masyarakat untuk beberapa kebutuhan menurun. Maka dari itu Shinta menjelaskan kerugian yang dialami oleh pengusaha meliputi dua hal, yakni terkait kerusakan alat produksi atau aset dan penjualan.
Sementara itu, untuk perhotelan juga relatif sama. Namun, skala dampaknya lebih kecil di sisi sales karena umumnya penjualan hotel sudah terjadi sebelum masa liburan akhir tahun.
"Namun, banjir berdampak pada kenyamanan pengunjung dan turis sehingga dampak kerugian non-materinya menjadi besar di industri perhotelan," terangnya.
Selain retail dan hotel, bisnis di sektor logistik juga terdampak. Shinta mengklaim kerugian di sektor logistik juga tinggi karena perusahaan pengangkutan tidak bisa beroperasi jika sarana transportasi tergenang air.
"Kemungkinan besar aset sektor logistik menjadi rusak karena banjir sehingga beban maintenance menjadi tinggi," ucapnya.
Belum lagi kata dia pengusaha di sektor logistik juga harus menghentikan operasi dan kerugian jika klien meminta ganti rugi bila consignment alias kerjasama pengiriman barang tidak dikirimkan tepat waktu.
"Bentuk kerugiannya berbeda-beda dan kami belum bisa mendata seberapa besar kerugian yang ditanggung pelaku usaha nasional dari peristiwa ini," pungkasnya.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Bayu Septianto