tirto.id - Instrumen lagu “Gugur Bunga” mengiringi pemberitaan pemakaman Presiden RI ke-3 BJ Habibie di TMP Kalibata, Jakarta, Kamis (12/9/2019). Lirik lagu “Gugur Bunga” diciptakan Ismail Marzuki pada 1945 untuk mengenang para pahlawan yang berkorban jiwa dan raga dalam sejarah perang kemerdekaan.
BJ Habibie meninggal dunia pada Rabu (11/9/2019) dalam usia 83 tahun setelah sempat menjalani perawatan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Kabar telah berpulangnya mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) ini sontak membuat seisi negeri berduka, kehilangan salah satu putra terbaiknya.
Salah satu putra BJ Habibie, Thareq Kemal Habibie, mengungkapkan penyebab wafatnya sang ayah yang sejak Minggu (1/9/2019) dirawat intensif oleh Tim Dokter Kepresidenan (TDK) di RSPAD Gatot Subroto.
“Alasan kenapa [BJ Habibie] meninggal adalah karena sudah menua dan memakan usia,” ungkap Thareq kepada Tirto.id, Kamis (12/9/2019).
“Kemarin saya katakan bahwa gagal jantung yang mengakibatkan penurunan itu. Kalau memang organ-organ itu degenerasi melemah, menjadi tidak kuat lagi, maka tadi [kemarin Rabu] jam 18.00 lebih tiga, jantungnya dengan sendiri menyerah,” imbuhnya.
Upacara penghormatan dalam pemakaman jenazah BJ Habibie di TMP Kalibata dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) serta dihadiri oleh banyak tokoh nasional, termasuk dua mantan Presiden RI yaitu Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Lirik “Gugur Bunga” Mengiris Hati
Dikutip dari buku Kumpulan Lagu Wajib Nasional, Tradisional, & Anak Populer (2017) yang disusun Hani Widiatmoko dan Dicky Maulana, lagu berjudul lengkap “Gugur Bunga di Taman Bakti” ini ditulis Ismail Marzuki pada 1945, atau tidak lama setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945.
Ismail Marzuki banyak menciptakan lagu perjuangan sepanjang masa genting itu. Selain “Gugur Bunga”, beberapa tembang karya musisi kelahiran Betawi (Jakarta) tanggal 11 Mei 1914 ini antara lain: “Halo-Halo Bandung”, “Rayuan Pulau Kelapa”, “Sepasang Mata Bola”, “Juwita Malam”, “Indonesia Pusaka”, “Bandung Selatan di Waktu Malam”, dan masih banyak lagi.
Lagu “Gugur Bunga”, sebut Christopher Torchia dalam Indonesian Idioms and Expressions: Colloquial Indonesian at Work (2007), diciptakan untuk menghormati para pejuang yang gugur selama masa revolusi fisik atau perang mempertahankan kemerdekaan yang berlangsung sejak 1945 hingga penyerahan kedaulatan pada akhir 1949.
Setelah Indonesia merdeka, Belanda/NICA datang kembali ke Indonesia dengan membonceng pasukan Sekutu. Belanda ingin menjajah Indonesia lagi setelah pada 1942 kehilangan wilayah yang pernah diduduki selama berpuluh-puluh tahun ini akibat kalah perang dari Jepang.
Namun, para pemimpin dan rakyat Indonesia tentu saja menentang dan mengobarkan perlawanan terhadap Belanda. Rakyat dari segala kalangan, baik prajurit, petani, bahkan pelajar, mengangkat senjata demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamirkan oleh Sukarno-Hatta.
Ismail Marzuki meninggal dunia pada 25 Mei 1958 dalam usia 44 tahun karena penyakit yang menyerang paru-parunya. Gedung kesenian Taman Ismail Marzuki (TIM) pun didirikan untuk mengenang seniman sekaligus pejuang yang menghasilkan banyak karya monumental ini.
Lirik lagu “Gugur Bunga” ciptaan Ismail Marzuki, dikutip dari buku Gunawan Ismail berjudul Kumpulan Lagu Nasional: Persembahan untuk Indonesiaku (2007), menceritakan tentang kematian seorang prajurit dan perasaan orang yang menyanyikannya.
Hingga kini, tembang bernada syahdu dan memuat lirik yang mengiris hati ini menjadi semacam lagu wajib untuk mengiringi pemakaman tokoh yang dianggap sebagai pahlawan atau sangat berjasa, seperti halnya BJ Habibie.
Sebagai penghormatan atas jasa, pengorbanan, serta sumbangsih besar BJ Habibie demi nusa dan negara, pemerintah RI mengimbau kepada seluruh elemen bangsa Indonesia untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama tiga hari berturut-turut.
Lirik Lagu “Gugur Bunga”
Betapa hatiku takkan pilu
Telah gugur pahlawanku
Betapa hatiku takkan sedih
Hamba ditinggal sendiri
Siapakah kini plipur lara
Nan setia dan perwira
Siapakah kini pahlawan hati
Pembela bangsa sejati
Telah gugur pahlawanku
Tunai sudah janji bakti
Gugur satu tumbuh seribu
Tanah air jaya sakti
Gugur bungaku di taman bakti
Di haribaan pertiwi
Harum semerbak menambahkan sari
Tanah air jaya sakti
Editor: Agung DH