Menuju konten utama
Sejarah Olahraga

Sejarah Indonesia di Jepang Terbuka & Daftar Juara Japan Open

Sejarah turnamen bulu tangkis Jepang Open atau Jepang Terbuka pernah mencatat kejayaan ganda putra Indonesia.

Sejarah Indonesia di Jepang Terbuka & Daftar Juara Japan Open
Ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya Sukamuljo (kiri) dan Marcus Fernaldi Gideon meraih gelar juara Japan Open 2019. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/hp.

tirto.id - Sejarah Jepang Terbuka atau Japan Open 2019 bermula sejak tahun 1977. Pada dekade 1990-an, pebulutangkis wakil Indonesia kerap menjadi juara turnamen bulu tangkis tahunan yang resmi dinaungi Badminton World Federation (BWF) ini, namun kini agak kesulitan mengulang kejayaan prestasi itu.

Final Japan Open 2019 baru usai dihelat pada Minggu (28/7/2019). Dari sejumlah gelar yang diperebutkan, Indonesia hanya mampu membawa pulang satu trofi juara lewat Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Marcus/Kevin alias Minions mengalahkan sesama ganda putra asal Indonesia yakni Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.

Indonesia sebenarnya juga meloloskan ganda putra Jonatan Christie serta pasangan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti di nomor ganda campuran ke final Japan Open 2019. Namun, Jojo harus mengakui kemenangan wakil tuan rumah, Kento Momota, sementara Praveen/Melati kalah dari pasangan Cina, Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping.

Japan Open merupakan bagian dari turnamen BWF Super Series yang dicetuskan pada 2007. Namun, sesuai struktur baru BWF yang dijalankan sejak 2018 lalu, Japan Open kini termasuk kategori dalam kategori BWF World Tour Super 750 atau level 2.

Selain Japan Open, di kategori level 2 ada pula China Masters, Denmark Open, Malaysia Open, dan French Open. Sedangkan di level teratas atau BWF World Tour 1000 hanya ada tiga turnamen, yaitu All England, China Open, dan Indonesia Open.

Beberapa kota di Jepang pernah menjadi tuan rumah Japan Open, di antaranya adalah Kobe, Yokohama, Gunma, juga Osaka. Namun, sejak edisi 1989, turnamen ini selalu digelar di Tokyo.

Para pebulutangkis dari Cina paling sering menjuarai Japan Open dengan mengumpulkan total 74 gelar hingga edisi 2019 lalu. Indonesia berada di tempat kedua dengan 31 gelar. Kemudian ada Korea Selatan (28), Denmark (17), dan Malaysia (11) di jajaran 5 besar.

Jepang selaku tuan rumah berada di peringkat 7, di bawah Inggris di posisi 6 serta satu tingkat di atas Swedia. Cina Taipei, Spanyol, dan Thailand melengkapi deretan 10 besar hingga saat ini.

Kiprah Indonesia di Jepang Terbuka

Di era 1980 dan 1990-an, Indonesia cukup berjaya di turnamen Japan Open. Rudy Hartono dari sektor tunggal putra dan pasangan Christian Hadinata/Lius Pongoh dari sektor ganda putra mengawali kegemilangan Indonesia dengan menjadi jawara pada edisi 1981.

Namun, setelah itu kontingen Garuda sempat sulit berprestasi selama beberapa edisi berikutnya. Baru pada Japan Open 1987, Liem Swie King/Eddy Hartono meraih kampiun di nomor ganda putra untuk Indonesia.

Dekade 1990-an menjadi periode emas bagi Indonesia di Japan Open. Berturut-turut dari edisi 1991 hingga 1996, ganda putra Indonesia merajai raihan juara melalui Ardy B. Wiranata (1991, 1992, dan 1994), Hariyanto Arbi (1993 dan 1995), serta Joko Supriyanto (1996).

Susi Susanti mengaum di sektor tunggal putri. Peraih medali emas Olimpiade 1992 Barcelona dan salah satu legenda hidup bulu tangkis putri dunia ini menyabet gelar terbaik pada Japan Open 1992, 1994, dan 1995.

Mia Audina menyumbangkan gelar juara tunggal putri Japan Open 1997 untuk Indonesia. Namun, pada 1999, pebulutangkis kelahiran Jakarta ini beralih menjadi warga negara Belanda mengikuti suaminya. Mewakili Belanda, Mia kemudian merengkuh gelar serupa di Japan Open 2004.

Catatan Prestasi RI di Japan Open

Di nomor ganda putra, ada pasangan Ricky Subagja/Denny Kantono yang mengharumkan nama Indonesia pada Japan Open 1994. Dua tahun berturut-turut berikutnya,1995 dan 1996, Ricky kembali juara dengan tandem berbeda, yakni Rexy Mainaky.

Memasuki dekade 2000-an, prestasi Indonesia di Japan Open banyak disumbangkan dari sektor ganda putra, antara lain lewat Candra Wijaya/Tony Gunawan, CandraWijaya/Sigit Budiarto, Flandy Limpele/Eng Hian, Markis Kido/Hendra Setiawan, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, hingga era Marcus Gideon/Kevin Sanjaya.

Dari sektor ganda campuran juga beberapa kali menyumbangkan gelar, di antaranya melalui pasangan Bambang Suprianto/Minarti Timur, Nova Widianto/Vita Marissa, Flandy Limpele/Vita Marissa, serta Muhammad Rijal/Vita Marissa.

Kendati begitu, terakhir kali ganda campuran Indonesia memenangkan gelar Japan Open terjadi pada 2008 silam. Di final Jepang Terbuka 2019 yang baru lalu, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti gagal memutus tren negatif itu setelah takluk dari Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping asal Cina.

Begitu pula untuk sektor tunggal putra melalui Sony Dwi Kuncoro di Japan Open 2008. Setelah itu, belum ada gelar lagi yang diraih lewat dua nomor ini, termasuk kekalahan Jonatan Christie di partai puncak edisi 2019 dari tunggal putra Jepang nomor satu dunia, Kento Momota.

Dahaga prestasi di Japan Open juga dialami sektor tunggal putri. Sejak era Susi Susanti berakhir dan Mia Audina pindah ke Belanda, belum ada lagi pebulutangkis putri Indonesia yang mampu membawa pulang gelar juara.

Lebih miris lagi sektor ganda putri. Selama penyelenggaraan perdana Japan Open hingga edisi terbaru 2019 lalu, Indonesia selalu gagal merengkuh gelar juara dari nomor ini.

Baca juga artikel terkait JAPAN OPEN 2019 atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Olahraga
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Fitra Firdaus