tirto.id - Liem Swie King dilahirkan di Kudus, Jawa Tengah, tanggal 28 Februari 1956, hari ini 63 tahun silam. Sejarah emas telah ditorehkan oleh legenda bulu tangkis Indonesia yang pernah merajai panggung badminton internasional pada dekade 1970 dan 1989-an ini.
Selama kariernya, Liem Swie King telah mengoleksi sederet prestasi bergengsi, di antaranya adalah masing-masing tiga kali juara All England dan Thomas Cup. Ini belum termasuk gelar kampiun atau medali yang diraihnya di ajang lain, seperti Kejuaraan Dunia, rangkaian turnamen grand prix, Asian Games, juga SEA Games, baik sebagai atlet tunggal maupun ganda.
Setelah selama 15 tahun menjalani kiprah bertabur kejayaan di kancah badminton, pebulutangkis yang terkenal dengan smash kerasnya atau “King Smash” ini memutuskan gantung raket pada 1988, ketika usianya menginjak angka 32 tahun. Usai pensiun, ia beralih ke bidang lain, yakni sebagai pengusaha.
Kisah jaya Liem Swie King memberikan inspirasi bagi Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale selaku pemilik rumah produksi Alenia, untuk membuat film berjudul King. Film ini memang bukan membahas Liem Swie King secara langsung, namun sebagai bentuk apresiasi atas sepak-terjang dan jejak-prestasi yang telah diguratkan oleh sang raja sekaligus legenda bulu tangkis itu.
Berikut ini sejarah hidup Liem Swie King disajikan dalam kronik:
1956
Dilahirkan di Kudus, Jawa Tengah, tanggal 28 Februari 1956, berasal dari keluarga keturunan Tionghoa. Liem Swie King mendapatkan dukungan dari orangtua untuk menekuni bulu tangkis sejak kecil. King kemudian bergabung dengan klub PB Djarum. Ia menuntaskan pendidikannya dari SD hingga SMA di kota kelahiran, Kudus.
___________________________________
1972
Pada usia belia, Liem Swie King langsung menunjukkan bakatnya dan meraih prestasi dengan menjuarai turnamen bulu tangkis se-Jawa Tengah level junior pada 1972 saat berumur 15 tahun, lanjut dengan juara POPSI (Pekan Olahraga Pelajar Indonesia) tingkat provinsi.
1973
King merengkuh juara Piala Gubernur Jawa Tengah Moenadi Cup di sektor tunggal putra maupun ganda putra yang diraihnya bersama Kartono Hariamanto. Selain itu, ia juga meraih medali perak PON 1973 untuk cabang bulu tangkis putra.
___________________________________
1974-1975
Debut King di All England terjadi pada usia 18 tahun. Namun, ia kandas di babak perempatfinal setelah takluk dari pemain Denmark, Sven Pri, dua set langsung. Di All England 1975 King malah terhenti di perdelapanfinal, dikalahkan wakil Denmark lainnya, Flemming Delfs.
Selain itu, King meraih medali perunggu di Asian Games 1974 yang digelar Teheran, Iran. Berturut-turut pada 1974 dan 1975, ia menjadi juara di Kejuaraan Nasional (Kejurnas).
___________________________________
1976
King tampil gemilang di All England 1976 dan lolos ke final untuk menghadapi seniornya, Rudy Hartono. Meskipun kalah, capaian King yang masih berusia 20 tahun kala itu mengejutkan. King juga turut mempersembahkan Thomas Cup 1976 di Bangkok untuk Indonesia setelah menang telak atas Malaysia 9-0.
___________________________________
1977
Swedia Open 1977 menjadi milik King berkat kemenangan atas Flemming Delfs di final. Namun, Delfs membalas di All England 1977 dengan mengalahkan King dalam pertarungan tiga set. Sementara di Kejuaraan Dunia 1977 di Swedia, King tersingkir di babak perdelapanfinal.
___________________________________1978
Inilah masa kejayaan Liem Swie King. Selama 33 bulan, ia tak pernah kalah. Para pemain terbaik dunia pun ditundukkannya, termasuk Rudy Hartono dalam final All England 1978. King akhirnya merengkuh gelar All England pertamanya. Di tahun ini, King juga menjuarai Denmark Open 1978 dan medali emas Asian Games 1978.
___________________________________
1979
Gelar juara All England berhasil dipertahankan King pada 1979, juga ikut mengantarkan Indonesia menjuarai Piala Thomas. Namun, ia mendapatkan sanksi skorsing tiga bulan dari PBSI karena telat datang ke lapangan saat SEA Games di Jakarta. Selama masa skorsing itu, King ikut membintangi film Sakura dalam Pelukan.
___________________________________
1980
Skorsing ternyata membuat King sempat melemah. Setelah tak terkalahkan sejak Kejuaraan Dunia 1977, kembalinya King ke lapangan bulu tangkis justru berakhir dengan kekalahan, yakni di ajang Dwi Lomba Indonesia-Cina yang digelar di Singapura pada 1980.
Status juara bertahan All England dua kali beruntun juga lepas setelah kalah dari Prakash Padukone asal India di final. Di Kejuaraan Dunia 1980, lagi-lagi King takluk, kali ini dari Rudy Hartono. Beruntung, ia berhasil membalas kekalahan dari Prakash dan Rudy di Kejuaraan Antar Master yang dihelat di London, Inggris.
___________________________________
1981-1982
Kembali berjumpa Prakash, King memenangkan duel di final All England 1981 dan menghasilkan gelar juara ketiga baginya. Namun, ia kandas di semifinal All England 1982 oleh Morten Frost Hansen dari Denmark. King sempat meraih gelar juara Piala Dunia di tahun ini.
___________________________________
1983-1987
King menggondol dua gelar dari turnamen Indonesia Open dan Malaysia Open pada 1983. Piala Thomas bersama Indonesia pun kembali ia persembahkan setahun berikutnya, juga medali emas SEA Games 1985.
Selanjutnya, King berlaga di ganda putra. Gelar Indonesia Open 1985-1986 dan Piala Dunia 1986 disabetnya bareng Kartono. Bersama Bobby Ertanto, pada 1987 King meraih juara Asia dan medali emas SEA Games. Sedangkan saat dipasangkan dengan Eddy Hartono, King menjadi kampiun Indonesia Open dan Japan Open 1987.
___________________________________
1988
Liem Swie King memutuskan gantung raket pada 1988, saat berusia 32 tahun. Ia sempat menganggur selama setahun sebelum terjun ke ranah bisnis dengan mengelola hotel dan usaha griya pijat kesehatan.
Editor: Ivan Aulia Ahsan