Menuju konten utama

Tionghoa di Dunia Olahraga Indonesia

Selain jago berdagang, orang-orang Tionghoa di Indonesia juga dikenal jago bermain bulutangkis. Namun, beberapa di antara mereka ternyata juga berprestasi di cabang olahraga lainnya seperti sepakbola, basket, Tenis, Tinju dan lainnya, juga berdarah Tionghoa.

Tionghoa di Dunia Olahraga Indonesia
Petinju Indonesia Daud Yordan berpose usai melakukan sesi latihan di Jakarta. [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]

tirto.id - Orang-orang Tionghoa tak hanya pandai berdagang. Mereka juga jago dalam urusan olahraga. Di Indonesia, orang-orang Tionghoa mendominasi cabang olahraga bulutangkis. Sebagian dari mereka sudah berhasil mengharumkan nama bangsa. Sebut saja Liem Swie King, Haryanto Arbi, Lilyana Nasir, Susi Susanti, Rudy Hartono, Tan Tjoe Hok, Alan Budikusuma.

Bagi orang-orang Tionghoa, seperti ditulis Rojil Bayu Aji, dalam bukunya Tionghoa Surabaya Dalam Sepakbola 1915-1942 (2010), olahraga dapat membantu melakukan pekerjaan. Baik pekerjaan fisik maupun pikiran. Olahraga permainan, bagi orang Tionghoa dapat menyeimbangkan sel-sel tubuh dalam bekerja.

Masih menurut Rojil, orang-orang Tionghoa termasuk kelompok yang percaya juga bahwa pikiran yang jernih terdapat di badan yang sehat (Mens Sana in Corpore Sano). Bagi mereka olahraga dan garis keturunan berhubungan erat. Olahraga memengaruhi kelestarian keturunan. Olahraga dipercaya juga bisa mengangkat kehormatan orang-orang Tionghoa. Rasa takut juga tak akan menghinggapi orang yang bugar dan kuat. Itulah alasan-alasan mengapa orang Tionghoa suka berolahraga.

Tionghoa Main Bola

Banyak orang Tionghoa yang berprestasi di cabang bulutangkis di Indonesia. Padahal di masa lalu, mereka tidak melulu bermain bulu tangkis. Banyak cabang olahraga lainnya yang juga ditekuni oleh orang-orang Tionghoa di Indonesia. Seabad silam, ketika sepakbola modern berkembang di Hindia Belanda, orang-orang Tionghoa tak ketinggalan main bola. Beberapa pemain bola Tionghoa juga tak kalah piawai dengan orang-orang Belanda, Indo maupun Indonesia asli.

Setidaknya, menurut Srie Agustina Palupi dalam Politik dan Sepak Bola di Jawa 1920-1942 (2004), pesepakbola terkenal Tionghoa di tahun 1912 antara lain Lie Teng Goan, Matjhon Ho, Tjan A. Tian, Soei Hok, Djoe Hin, Nio A. Bun, Tjoe Po Seng, Liauw Tek Fung, Lauw Ban Lip, Liauw Kie Fung, Liauw Soci Seng, Lim Djun Ho, Liem Djoe Soey. Pemain-pemain ini menjadi incaran klub-klub masa itu. Klub sepakbola THHK, Firma Kolie, Kwik Hoo Tong dan perusahaan-perusahaan.

Kompetisi-kompetisi sepakbola Tionghoa bahkan sering diadakan. Tercatat dalam Berretty, 40 Jaar Voetbal in Nederlandsch-Indie 1894-1934 (1934), sejak 1917 hingga 1933, setidaknya ada 17 kali kejuaraan sepakbola yang terkait dengan orang Tionghoa. Mulai dari Tiong Liat Kongsie, Hoo Bie, Yo Hing Kee, Tjoa Toan Hoen, CKTH dan HNVB. Klub yang pernah jadi juara antara lain UMS Batavia dan Tionghoa Surabaia,

Ketika Indonesia masih bernama Hindia Belanda sebagai koloni Kerajaan Belanda, orang-orang yang tinggal di tanah yang kala itu bernama Hindia Belanda ini pernah ikut serta dalam ajang akbar sepakbola dunia. Pada tanggal 5 Juni 1938, Tan Hong Djien dari Tiong Hwa Soerabaja, Tan See Han HBS Soerabaja, Tan Bing Mo Heng dari HCTNH Malang ikut serta sebagai punggawa tim nasional Hindia Belanda yang menghadapi Hungaria. Hindia Belanda kalah 6:0 oleh timnas yang belakangan jadi runner up itu.

Piala Dunia 1938 bukan kali terakhir aksi pesepakbola Tionghoa membela nusantara. Pada Olimpiade 1956 di Australia, setidaknya Tan Liong Houw, Kwee Kiat Sek, Thio Him Tjiang dan Beng Ing Hien terlibat dalam membela Merah-Putih di sana. Mereka berhasil menahan imbang tim raksasa Uni Sovyet 0:0 di pertandingan pertama, sebelum akhirnya kalah dalam tanding ulang.

Di era-era setelahnya, ada keturunan Tionghoa yang tak lama memakai nama Tionghoa mereka seperti Surya Lesmana, Endang Witarsa, Irvin Museng, Juan Revi, Budhi Tanoto, Sartono Anwar, Nova Arianto, Sutanto Tan dan lainnya yang menjadi pemain sepakbola Indonesia. Meski identitas Tionghoa mereka dimatikan oleh Orde Baru, orang-orang Tionghoa yang bermain bola tetap bermain bola, bahkan ikut serta dalam tim nasional Indonesia.

Selain Bulutangkis dan Sepakbola

Selain bulutangkis dan sepakbola, atlet-atlet Tionghoa juga banyak yang berprestasi di cabang olahraga lainnya. Di cabang tenis ada Angelique Widjaja, Benny Wijaya, Elbert Sie, Suwandi dan Wynne Prakusa. Wynne dan Angelique pernah juara di kompetisi regional Asia. Di cabang renang ada nama terkenal Felicia Tjandra, Catherine Surya, Sutanto bersaudara dan juara SEA Games dan Asian Games Richard Sambera.

Di dunia tinju, sebagian orang masih ingat nama Chris John. Juara tinju dunia kelas bulu versi WBA terlama ini juga keturunan Tionghoa. Namanya setara petinju legendaris Elyas Pical juga juga pernah jadi juara dunia juga. Julukannya adalah The Dragon atau Sang Naga. Selain Chris John, ada Daud Jordan, Hengky Gun, Setijadi Laksono, Kawanto dan Wongso Suseno. Nama-nama terakhir lebih senior dari Daud Jordan dan Chris John.

Petinju Tionghoa ini adalah bukti orang-orang Tionghoa berolahraga untuk menjadi kuat, selain sehat, seperti naga yang merupakan hewan kuat dalam mitologi Tionghoa. Untuk dunia tinju Indonesia, Chris John benar-benar Sang Naga.

Di cabang lain, orang-orang Tionghoa lebih sedikit lagi. Ada petenis meja Diana Wuisan, pecatur Edhi Handoko, atlet angkat berat Imron Rosadi, Liem Siauw Bok, atlet wushu Susyana Tjhan dan Lindswell Kwok. Juga Rio Haryanto sang pembalap formula yang sering jadi berita.

Sejumlah olahragawan keturunan Tionghoa juga yang menghiasi layar kaca Indonesia. Atlet Tae Kwon Do Lamting sering bermain dalam serial silat pada dekade-dekade lalu. Namun, namanya kalah tenar dengan Willy Dozan dan lainnya. Lamting bukan satu-satunya atlet beladiri turunan Tionghoa yang terkenal. Tentu saja, para pecinta film-film lagi kenal Joe Taslim. Juara judo seasia tenggara itu pernah muncul di film The Raid: Redemption (2011) dan Fast and Fourious 6 (2013). Selain Lamting maupun Joe Taslim, olahragawan Tionghoa lain yang main film. Legenda bulutangkis Indonesia, Liem Swie King, yang kisahnya difilmkan dalam film King (2009), pernah main dalam film Sakura Dalam Pelukan (1979), dengan lawan main Eva Arnaz.

Baca juga artikel terkait OLAHRAGAWAN atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Olahraga
Reporter: Petrik Matanasi
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti