Menuju konten utama

Saran Kemenkes untuk Cegah Obesitas Seperti yang Dialami Titi Wati

Dirjen Kesehatan Masyarakat Kirana Pritasari menilai Titi Wati mengalami kasus obesitas luar biasa. Asupan makan, terutama gula, harus diseimbangkan dengan aktivitas fisik untuk mencegah obesitas.

Saran Kemenkes untuk Cegah Obesitas Seperti yang Dialami Titi Wati
Titi Wati (37), perempuan dengan berat badan 350 Kilogram ditandu petugas Pemadam Kebakaran dan Tanggap Bencana menuju RSUD Doris Sylvanus di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jumat (11/1/2019). ANTARA FOTO/Rendhik Andika

tirto.id - Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, dr. Kirana Pritasari mengatakan kasus obesitas yang dialami Titi Wati alias Titin, warga Palangkaraya yang memiliki berat badan 300 kilogram, adalah kejadian obesitas luar biasa.

"Untuk kasus Titin, tidak bisa hanya dengan anjuran untuk diet. Beratnya saja 300 kilogram. Mau berapa lama dietnya?" Kata Kirana ketika ditemui di kantorya, Jakarta Selatan pada Jumat (18/1/2019).

Untuk mencegah kasus obesitas seperti ini, menurut Kirana, salah satunya dengan menyeimbangkan antara asupan makan dengan aktivitas fisik.

"Lakukan juga pemantauan kesehatan secara periodik. Minimal setahun sekali kita tahu kondisi kita seperti apa. Kalau cuma mengukur berat badan saya rasa tidak sulit. Cek indeks massa tubuh," ujar dia.

Kirana menjelaskan obesitas kerap dipicu oleh asupan gula yang berlebih. Konsumsi gula berlebih juga memicu diabetes.

Oleh karena itu, Kemenkes akan mendorong pelaku bisnis makanan dan minuman mengontrol kadar gula di produknya. Selama ini, kata Kirana, Kemenkes selama ini baru menjalankan program edukasi ke masyarakat soal pembatasan konsumsi gula.

"Perlu juga kita pahami standar kecukupan gula. Kta akan coba intervensi para pebisnis, pengusaha restoran, misalnya," ujar dia.

Beberapa hari lalu, Titi Wati, perempuan berbobot 350 kg dievakuasi dari rumahnya di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Butuh 20 orang untuk memindahkan Titi dari kamar dengan menjebol pintu rumahnya.

Ia kemudian menjalani perawatan dan observasi di RSUD Doris Sylvanus Palangkaraya dengan rencana operasi bariatrik yang ditangani khusus sejumlah dokter spesialis dari Bali dan Kalimantan Tengah.

Hal yang sama pernah juga dialami oleh bocah asal Karawang, Arya Permana pada 2017, yang pernah memiliki berat badan yang mencapai 192 kg. Setelah menjalani operasi bariatrik pada bulan April 2017 di RS Omni Alam Sutera dan melakukan diet sehat, berat badan Arya kini berada di angka 90 kg.

Operasi bariatrik dimaksudkan untuk membatasi jumlah makanan yang ditampung lambung dan menyebabkan perubahan hormon sehingga mencegah rasa lapar dan menurunkan berat badan.

Baca juga artikel terkait OBESITAS atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Addi M Idhom