tirto.id - Peneliti menyebut terdapat hubungan penting antara bau dan obesitas. Studi tersebut menyebut semakin baik seseorang dapat mencium bau, semakin besar kemungkinan orang tersebut menjadi langsing, atau sebaliknya.
Para ilmuwan dari University of Otago, Selandia Baru dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Obesity Reviews menganalisis data dari artikel ilmiah yang telah diterbitkan mengenai hubungan antara berat badan dan juga bau. Selain itu, mereka juga mengumpulkan informasi dari 1.500 responden.
"Setelah mengumpulkan bukti, kami menemukan adanya fakta hubungan yang kuat antara berat badan seseorang dan kemampuan penciumannya. Semakin baik seseorang dapat mencium bau, semakin besar kemungkinan orang tersebut menjadi langsing, atau sebaliknya," ujar penulis utama penelitian Dr. Mei Peng, seperti dilansir Medical Express, Kamis (3/1/2018).
Dari kelima indera, Dr. Peng menganggap penciuman terhadap bau adalah hal yang sulit dipahami, akan tetapi pada saat yang sama ia juga mengatakan, kemungkinan indera tersebut adalah indera yang paling penting untuk mempengaruhi perilaku makan melalui perilaku mendeteksi dan membedakan rasa pada makanan yang berbeda-beda.
"Kami menemukan kemampuan orang gemuk untuk mendeteksi dan membedakan bau tidak seefisien orang langsing. Hal ini dapat menyebabkan orang gemuk memiliki kesempatan lebih tinggi untuk membuat pilihan makanan yang buruk karena mereka akan memerlukan bentuk stimulasi lain untuk menikmati makanan.” Tambah Dr. Peng.
Misalnya mereka mungkin pilih, atau lebih tertarik, makanan yang lebih asin dan enak seperti bacon dan sirup maple daripada makanan yang lebih hambar seperti sereal rendah lemak dengan sedikit gula," lanjutnya.
Peng berharap penelitian ini akan meningkatkan kesadaran akan hubungan antara perilaku makan pada manusia dan indera penciuman. Dia berharap adanya kelanjutan penelitian untuk meneiliti faktor penciuman bau ini di berbagai bentuk tubuh manusia.
Obesitas adalah masalah kesehatan yang mempengaruhi jutaan orang di dunia. Dan obesitas merupakan faktor risiko beberapa penyakit mematikan seperti diabetes dan penyakit jantung.
Mengutip data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018, angka obesitas di Indonesia sendiri meningkat sejak 2013 dari yang semula 14 persen menjadi 21 persen atau naik sebanyak 7 persen.
Sedangkan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), obesitas global sejak 1975 telah meningkat menjadi hampir tiga kali lipat. Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, terungkap bahwa epidemi obesitas di Amerika Serikat terus memburuk meskipun miliaran dolar dihabiskan untuk mengekangnya.
Salah satu penyebab obesitas tentu adalah pola makan yang tidak teratur, yang biasanya disebabkan oleh pemilihan menu makan yang dinilai kurang sehat. Dan bisa jadi hal tersebut dikarenakan penciuman kita terhadap bau dinilai bermasalah.